Sedia Ruang Isolasi Untuk Caleg Depresi, Bukti Rusaknya Sistem Demokrasi

Oleh: Ratna Juwita

IMPIANNEWS.COM

Pemilihan Umum atau pemilu akan segera dilaksanakan. Para calon wakil rakyat berlomba-lomba berkampanye supaya terpilih menjadi anggota legislatif ataupun pemimpin daerah dan pemimpin negara.

Bukan rahasia umum, bahwa setelah pemilu selesai maka banyak ditemukan caleg gagal yang stres, depresi, bahkan gangguan jiwa dikarenakan kalah dalam pemilihan umum. Ekpektasi yang berlebihan membuat mereka tidak bisa mengendalikan diri  ketika gagal terpilih dan menjadi gila, hingga melakukan bunuh diri.

Dilansir dari JawaPos.com Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Oto Iskandar Dinata, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat telah menyiapkan 10 ruangan khusus bagi calon anggota legislatif (caleg) yang kejiwaannya terganggu akibat gagal pada Pemilu 2024.

Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUD Otista Kabupaten Bandung dr. Marsudi, Sp.KJ(K), ruang khusus isolasi ini untuk memberikan pelayanan kepada caleg mengidap depresi atau gangguan jiwa usai menerima bahwa dirinya tidak terpilih menjadi anggota legislatif pada Pemilu 2024 (27/11/23).

Sistem demokrasi-kapitalisme mengharuskan para caleg siap dengan dana besar untuk mencalonkan diri dan mereka menjadi stres ketika gagal karena modal besar yg dikeluarkan tidak akan bisa kembali dan merugi dengan angka fantastis. 

Dalam tayangan podcast di televisi, disinyalir bahwa caleg DPR pusat untuk bisa terpilih menjadi anggota DPR pusat minimal harus menggelontorkan dana 40 milyar. Uang tersebut digunakan untuk kampanye, dana partai, dan lain-lain. Bahkan uang tersebut belum jaminan bisa terpilih apabila saingan mereka juga menggelontorkan uang yang lebih di atas 40 Milyar.

Penyediaan ruangan yang dikhususkan untuk para caleg gagal terpilih secara tidak langsung merupakan bentuk "pengakuan" terhadap rusaknya sistem politik buatan manusia di negeri ini. Sistem yang rusak akan menghasilkan manusia yang tidak amanah dan cenderung mudah stres ketika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Jika dari awal cara untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara yang salah, memakai uang sebagai pelicin dan sebagainya, maka ketika memimpin, ditengarai bukan untuk kepentingan rakyat, tetapi fokus pada bagaimana agar modal kampanye bisa kembali. Hal ini disebabkan motivasi nyaleg hanya demi mencapai kekuasaan sehingga bisa memperkaya diri dan keluarganya.

Berbeda halnya dengan sistem Islam, dalam Islam jabatan itu amanah berat yang harus dipertanggungjawabkan. Sungguh berat tugas dan kewajiban seorang pemimpin rakyat, umat, kaum atau kelompok karena mereka akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan akhirat. 

Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya menyampaikan bahwa seorang hamba yang diberi amanat menjadi seorang pemimpin oleh Allah SWT, tapi tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik atau tidak amanah, maka dia tidak akan mencium bau surga. 

Dalam sistem Islam, ketika maju jadi pejabat maka niatnya adalah fastabiqul khoirot (berlomba dalam kebaikan) dan saat tidak terpilih, rasa tawakal kuat akan menghindarkan mereka dari stres saat tidak terpilih, bahkan bisa jadi malah bersyukur ketika tidak terpilih. Maka sudah seharusnya umat menolak dan membuang sistem bathil buatan manusia yang merusak sistem perpolitikan yang berefek pada kesalahan tujuan kepemimpinan dan membuat depresi orang-orang yang gagal dalam pemilihan.

Post a Comment

0 Comments