Marak Kekerasan Terjadi, Tak Ada Jaminan Keamanan Negara

Oleh: Annisa Siti Rohimah
(Pemerhati Sosial Masyarakat)

IMPIANNEWS.COM

Amarah dan dendam seringkali menjadikan seseorang gelap mata, apalagi amarah tersebut sudah pasti ditunggangi oleh hawa nafsu setan. Akhirnya membuat seseorang lepas kendali melakukan kekersan hingga terjadinya kematian. Dari hari ke hari kabar penganiayaan dan pembunuhan terus bermunculan. 

Belum lama ini, di Sulawesi Selatan, seorang bayi perempuan berusia 4 bulan dibanting pamannya hingga tewas di Dusun Parenggi, Desa Mattoangin, Bantimurung, Kabupaten Maros. Insiden itu diduga dipicu usai paman dari bayi tersebut terlibat pertengkaran hebat dengan adiknya sendiri yang tak lain merupakan ibu dari bayi itu. Bayi tersebut ditemukan tewas di kamar rumah dengan kondisi penuh luka dan isi kepala berceceran. (kompas.com, 22/10/2022).

Tak kalah sadisnya, di Medan seorang suami menghabisi nyawa istrinya dengan membacok berulang kali. Dia melakukan hal itu berawal dari keributan mengenai anak mereka. Sebelumnya juga beredar berita yang mengerikan terjadi. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan eks pendeta muda (R) pada rekannya (AYR). Pelaku (R) melakukan searching di internet bagaimana cara membunuh tanpa suara. Itu dipelajari selama 3 hari. Pembunuhan ini dipicu karena masalah bisnis dan merasa dikhianati teman dalam circlenya.

Fakta tersebut hanya contoh kecil dari berbagai banyak kasus kekerasan dan pembunuhan yang pernah terjadi di negara ini. Tidak mengenal baik itu istri, suami, orang tua maupun anak, ketika sudah dikuasai oleh amarah dan hawa nafsu, kasih sayang pun lenyap seketika berganti menjadi amarah yang tidak terbendung sehingga berujung penyesalan.

Kapitalisme Faktor Pemicu Kekerasan Tinggi 

Banyaknya kasus kekerasan yang mencengangkan di negeri ini. Hal tersebut membuat kita jadi berpikir betapa mahal harga sebuah keamanan untuk setiap warganya. Padahal di negeri ini mayoritas penduduknya adalah umat muslim. Namun sayangnya, hal itu tidak menjadi jaminan bagi keamanan tiap-tiap warganya. Banyak pula solusi-solusi yang diupayakan oleh pemerintah tetapi hanya solusi pragmatis dan tambal sulam, yang tak bisa menurunkan angka kriminalitas yang semakin hari jumlahnya semakin bertambah.

Beberapa faktor yang menyebabkan tingkat kriminalitas tinggi antara lain kemiskinan. Kemudian, minimnya lapangan kerja yang mengakibatkan angka pengangguran tinggi dan disparitas kelas. Serta adanya sikap mental terhadap tanggung jawab sosial yang kecil dan kemungkinan dibangun akibat tidak terpenuhinya hak-hak dasar seorang manusia. Di samping itu juga peran aparatur serta penegakkan hukum yang tidak ideal terhadap masyarakat itu sendiri. Ditambah hukum yang bisa dibeli dan direkayasa hingga ringannya hukuman yang sama sekali tidak menimbulkan efek jera.

Semuanya terjadi, akibat dari penerapan sistem kapitalis sekuler di negeri ini. Agama dinihilkan perannya dalam menyelesaikan masalah manusia. Sementara aturan kehidupan diserahkan pengaturannya pada manusia yang jelas punya keterbatasan. Sehingga berpeluang menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan pertentangan. 

Sistem kapitalis sekuler juga telah membuat masyarakat berada dalam kesempitan hidup dan berbagai tekanan mental bagi penduduknya. Sehingga amarah rakyat yang tertekan tersebut mudah meluap dan tak terkendali. Oleh karena itu, sudah saatnya sistem ini dicampakkan dari sistem kehidupan manusia.

Solusi Islam Menjamin Keamanan 

Negara yang seharusnya bertugas untuk melindungi dan mengurusi rakyatnya justru seolah-olah acuh tak acuh dengan kasus yang menimpa rakyatnya. Padahal dalam Islam satu nyawa manusia lebih berharga dari pada dunia dan seisinya. Negara saat ini sudah kehilangan peran dalam memberi kenyamanan dan keamanan bagi  rakyatnya. Sehingga rakyat merasa ketakutan hidup dan bersosialisasi dengan yang lainnya. 

Berbeda dengan sistem Islam yang mampu memberikan rasa aman dan tentram pada setiap umat manusia. Langkah Islam dalam mencegah kejahatan di antaranya dengan membina individu sehingga bertakwa, dan ketakwaannya ini menjadi bekal untuk merasa takut kepada Allah SWT dan merasa perbuatannya selalu diawasi sehingga mencegahnya berbuat kriminal.

Kontrol dari masyarakat yang senantiasa beramar makruf nahi mungkar dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingga terbiasa berdakwah, saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan agar selalu berada dalam jalan yang benar. Bahkan negara pun ikut berperan memberi jaminan kebutuhan hidup yang layak dan tercukupi. Hal itu terangkum dalam kebijakan ekonomi Daulah Khilafah dalam mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan penyediaan lapangan kerja. Sehingga orang tidak akan mudah berutang lantaran kekurangan kebutuhan. Atau ia berdalih melakukan kejahatan karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika kebutuhan rakyat terpenuhi, lapangan kerja mudah diperoleh, angka kriminal seperti pencurian, pembegalan, perampokan akan terminimalisir dengan sendirinya. 

Negara juga memiliki struktur kepolisian atau syurtoh. Polisi ini dipilih dari orang-orang terbaik saat itu. Polisi akan bertugas berpatroli setiap waktu dan tempat serta bereaksi cepat menangani berbagai kasus pelanggaran terhadap syariat Islam. Mereka digaji dengan mencukupi dari kas baitul mal. Jadi rakyat tak perlu membayar satpam dan butuh pula ronda malam. Negaralah yang bertanggung jawab menjamin keamanan rakyatnya secara gratis berkualitas.

Apabila langkah-langkah pencegahan belum mampu untuk mencegah tindak kekerasan, tindakan menekan yang akan diberlakukan negara adalah penegakan sanksi secara tegas dan ketat. Sanksi dalam Islam memiliki dua fungsi yaitu sebagai penebus dosa dan memberi efek jera bagi pelakunya. Perbuatan yang dikenai sanksi adalah tindakan meninggalkan kewajiban, mengerjakan perbuatan haram, serta menentang perintah dan melanggar larangan yang pasti dan telah ditetapkan oleh negara. Dengan penerapan syariat Islam menyeluruh dalam naungan Daulah Khilafah, keadilan dan rasa aman akan terwujud. Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

0 Comments