Ketekunan Dan Kegigihan Flannery O'Connor Dalam Menulis

Oleh: Syerli Ermita Putri
(Civitas Academica Universitas Andalas)

IMPIANNEWS.COM

Mary Flannery O’Connor merupakan seorang penulis Amerika. Dia lahir pada tanggal 25 Maret 1925 di Savannah, Georgia, Amerika Serikat. Dia telah menulis dua novel, tiga puluh dua cerita pendek, dan sejumlah ulasan dan komentar selama hidupnya. Dia merupakan salah satu penulis cerita pendek terbesar abad ke-20. Dia sering menulis dengan gaya Gotik Selatan yang sinis dan bergantung pada latar daerah dan karakter aneh, serta dalam situasi kekerasan.

Flannery O’Connor dibesarkan oleh kedua orangtuanya Edward Francis O’Connor dan Regina Cline. Dia merupakan seorang anak tunggal. Ketika kecil dia tinggal di Lafayette Square yang sekarang dikenal dengan museum The Flannery O’Connor Childhood.

O’Connor dan keluarganya pindah ke Milledgeville, Georgia pada tahun 1940. Mereka tinggal bersama keluarga ibunya yang dikenal dengan Cline Mansion. Pada tahun 1947, ayahnya menderita penyakit lupus yang menyebabkan kematiannya pada tahun 1941. O’Connor dan ibunya tetap tinggal di Milledgeville kemudian pindah ke Andalusi Farm pada tahun 1951. Sekarang tempat ini menjadi museum yang didedikasikan untuk karya-karya O’Connor.

O’Connor bersekolah di Peabody High School. Dia belajar sekaligus bekerja sebagai editor seni surat kabar sekolah. Flannery O’Connor sangat berminat dalam menulis saat tahun-tahun sekolahnya. Ketika dia bersekolah di Peabody High School, dia bergabung dengan Georgia Satet College for Women dan bekerja sebagai editor untuk majalah kampus. Dia lulus pada tahun 1942. 

Pada tahun 1946, O’Connor diterima di Lokakarya Penulis Lowa di Paul Engle. Ketika melanjutkan pendidikannya di Universitas Lowa, dia tidak melupakan gairahnya dalam menulis. O’Connor menghadiri berbagai lokakarya penulis. Dia berhasil lulus selama tiga tahun dengan gelar BA dalam sosiologi dan sastra Inggris pada tahun 1945. Disinilah dia menerbitkan cerita pertamanya yang berjudul "The Geranium" di jurnal sastra aksen. The Geranium merupakan tesis O’Connor di Lowa yang berisi kumpulan cerita pendek. Dia mendapatkan gelar MFA dari Universitas Lowa pada tahun 1947.

Selama hidupnya, O’Connor telah menulis dua novel, tiga puluh dua cerita pendek, dan sejumlah ulasan dan komentar. Dia terkenal karena cerita pendeknya. Dia merupakan salah satu penulis cerita pendek terbesar abad kedua puluh. Cerita pendeknya yang paling terkenal yaitu A Good Man is Hard to Find (1955) dan Everything That Rises Must Converge (1965). Selain itu, O’Connor juga terkenal dengan novelnya. Dua novelnya yang terkenal yaitu Wise Blood (1952) dan Violent Bear It Away (1960).

Flannery O’Connor memiliki keunikan dalam menulis. Whit yang merupakan salah satu penggemar Flannery O’Connor berkata, “Sungguh menakjubkan kisah-kisah yang dibuat oleh wanita ini. Untuk banyak alasan, zamannya, katoliknya. Belum lagi tulisannya sangat dalam dan menyerang pembaca dengan pesan yang jelas dari berbagai sudut pandang.” Dia sering menulis dengan gaya Gotik Selatan yang sinis dan bergantung pada latar daerah dan karakter aneh, serta dalam situasi kekerasan. Karya tulisannya seringkali didasari oleh kecacatan, ras, kejahatan, agama atau kewarasan sehingga menarik untuk dibahas. Karena keunikan ini lah banyak yang meminati hasil karya-karyanya. 

O’Donnel yang merupakan salah satu penggemar karya O’Connor berkata “Karya-karyanya kuat, ikonik, dan penggambaran yang sangat realistis tentang bagaimana rasanya hidup dalam budaya yang sangat rasis di selatan Amerika selama Gerakan Hak Sipil, selama masa perubahan besar.” Flannery O’Connor sering menulis karakter cacat moral, berinteraksi dengan orang-orang cacat, dan masalah ras. Tulisannya juga mencerminkan iman Katolik Roma dan mengandung moralitas dan etika. Dia memiliki selara humor yang sinis.

Flannery O’Connor memang memiliki karya yang bagus dan menarik. Banyak yang menyukai karya-karyanya. Michael Meckr merupakan salah satu orang yang menyukai karya-karya O’Connor mengatakan, “Dia adalah penulis yang paling produktif, ceritanya selalu kontradiksi, kontras dengan kontradiksi yang entah bagaimana berhasil menjadi cerita yang hebat. Saya suka gaya penulisannya dengan cara dia mengatur nada sejak awal. Penjahatnya terkadang menjadi pahlawan dan tulisannya selalu membuat anda terpikat untuk membaca setiap detail.”

Pada tahun 1950, O’Connor menderita penyakit lupus, penyakit yang pernah diderita ayahnya. Dia dirawat di rumah sakit di Andalusia. Disinilah cintanya terhadap menulis bertambah. Rutinitasnya selama sakit yaitu menghadiri misa, menulis, dan membaca. Meskipun penyakitnya bertambah parah, dia tetap menghadiri kuliah untuk membaca karya-karyanya. Dia telah menulis lebih dari dua lusin cerita pendek dan dua novel saat dia sakit. O’Connor akhirnya meninggal pada 3 Agustus 1964 dan dimakamkan di Milledgeville, Georgia.

Sampai saat ini banyak yang menyukai karya-karya O’Connor. Raasha Gutierrez yang merupakan alumni Universitas Georgia dan Universitas State mengatakan, “Dia adalah alumni perguruan tinggi yang saya hadiri. Mereka memilki seluruh kelas yang didedikasikan untuk pekerjaannya yang diajarkan oleh ahli Flannery O’Connor.”

Flannery O’Connor merupakan sosok yang menginspirasi. Seperti kita ketahui bahwa O’Connor merupakan penulis yang giat dan tekun. Dia telah berkarir di bidang kepenulisan sejak remaja. Dia tidak pernah merasa bosan akan hobinya dalam menulis, bahkan hingga akhir hayatnya. Cintanya terhadap menulis makin hari terus bertambah. Bahkan, ketika dia menderita sakit parah dia tetap menulis. 

Atifah Khoiriyah, salah satu mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Andalas mengatakan, “Flannery O’connor merupakan penulis yang hebat dan tekun. Sejak sekolah menengah, dia telah berkarir di bidang kepenulisan. Itulah mengapa O’Connor dapat dikenal sebagai penulis dengan karya-karyanya yang luar biasa. Saya sangat kagum dan terinspirasi dalam menulis berkat Flannery O’Connor.”

Dari kehidupan Flannery O’Connor kita dapat meneladani ketekunan dan kegigihannya dalam menulis bagaimanapun kondisinya. Kita juga dapat menanamkan rasa cinta terhadap menulis karena menulis itu penting dalam kehidupan. Oleh karena itu diharapkan dengan mengetahui kehidupan Flannery O’Connor, kita dapat terinspirasi dalam menulis.

Post a Comment

0 Comments