IMPIANNEWS.COM
BATAM-Ada pemandangan baru terlihat ketika kita sedang berada di daerah Batu Aji menuju ke arah Tanjung Uncang, Kota Batam, Senin (19/4/2021).
Pasalnya, disejumlah persimpangan lampu merah dan sebagian lainnya berada di pinggir jalan, tampak terpasang spanduk-spanduk berukuran 5x1 meter bewarna putih menghiasi jalan-jalan tersebut.
Adapun tulisan-tulisan yang ada didalam spanduk itu berbeda-beda. Namun, sangat jelas terbaca tulisan didalam spanduk-spanduk itu dari Aliansi Gerakan Kebangkitan Industri Maritim Batam.
Tulisan didalam spanduk itu bermacam-macam, ada yang bertuliskan Bangkitkan Industri Maritim Batam. Ada juga spanduk yang bertuliskan 300.000 Pekerja Galangan saat ini butuh lapangan kerja. Lalu, ada juga spanduk yang bertuliskan Cabut Perka No. 11 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Pelaksana Jenis dan Tarif Kepelabuhanan.
Menanggapi hal itu, salah seorang perwakilan Serikat Pekerja Perkapalan dan Jasa Maritim, Tamrin yang ditemui saat dilokasi pemasangan spanduk mengatakan aksi ini sebagai bentuk keprihatinan pihaknya melihat hancurnya industri kemaritiman khususnya industri galangan kapal di kota Batam.
"Ini bentuk keprihatinan kami melihat hancurnya industri galangan kapal di kota Batam," ungkap Tamrin, Senin (19/4/2021).
Dikatakannya, sebelum bulan puasa pihaknya bersama-sama dengan pihak dari asosiasi yang berhubungan dengan bidang kemaritiman melakukan rapat. Dalam rapat tersebut, para pengusaha itu menyampaikan keluh kesahnya tentang tingginya tarif kepelabuhanan yang dibebankan oleh pemerintah dalam hal ini BP Batam.
"Mereka mengeluhkan banyaknya tarif yang dibebankan kepada pengusaha galangan ketika melakukan perbaikan ataupun membangun kapal baru," imbuhnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, sebagai daerah yang memiliki wilayah yang strategis sudah seharusnya Batam menjadi daerah yang makmur dan disegani. Namun, kenyataannya dengan potensi sumber daya maritim yang berlimpah, Batam seakan tak berdaya.
Posisi Batam yang sangat strategis merupakan “District Reserve” yang tidak dapat dinilai dengan angka namun memiliki potensi ekonomi yang sangat besar dan berkelanjutan. Tidak seperti daerah lain yang kaya Sumber Daya Alam (SDA) maka berbeda cara pengelolaan perekonomiannya.
Akibat pengelolaan seperti sekarang ini yang hanya mengejar pendapatan melalui jasa kepelabuhanan dengan cara sembarangan mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Tidak hanya kerugian ekonomi akan tetapi kerugian psikologis karena tidak adanya kepastian hukum dan hilangnya kepercayaan bagi kapal-kapal untuk melakukan kegiatannya di Batam.
Hilangnya kepercayaan akibat dari banyaknya pungutan diluar ketentuan Ini mengakibatkan kapal-kapal yang ingin berkunjung, melihat Batam sangat “menakutkan”.
Hal itu menjadikan biaya kepelabuhanan dan biaya lain yang harus ditanggung menjadi sangat mahal. Pelaksanaan kebijakan kepelabuhanan Batam yang salah menyebabkan terbunuhnya industri maritim kita.
"Dari 115 perusahaan shipyard di Batam, diperkirakan hanya 30 persen yang masih aktif mengerjakan proyek kapal," jelasnya.
Sebagai industri padat karya, penurunan proyek pembuatan dan perawatan kapal menyebabkan anjloknya serapan tenaga kerja.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri, tahun 2012 tenaga kerja galangan kapal di Batam mencapai 250 ribu orang. 100 ribu di berbagai industri pabrikasi angjungan lepas pantai/off-shore dan industri penunjang minyak dan gas.
"Sementara saat ini hanya mencapai 15 ribu orang, sekitar 335 ribu orang di kehilangan pekerjaan," imbuhnya.
Potensi maritim Batam itu bak tambang emas yang tidak ada habis-habisnya. Letak Batam yang strategis dan unik menjadi sumber daya berkelanjutan dan tidak dimiliki daerah lain bahkan negara lain.
Fakta bahwa di periode krisis ekonomi tahun 1998, tahun 2008, tahun 2010 dan tahun 2014 Batam selamat dari krisis. Sejak tahun 2017 sampai dengan saat ini industri maritim dan pelayaran Batam jeblok.
Kita semua berharap industri maritim dan pelayaran bangkit kembali memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi Batam dari hantaman badai resesi ekonomi dunia yang terjadi.
"Kami seluruh asosiasi maritim dan stakeholder berharap Bapak Presiden Republik Indonesiame-reset kembali demi menyelamatkan investasi dan industri maritim Batam yang berdaya saing menuju kemakmuran serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian Batam," pungkasnya. (Ef)
0 Comments