Bertemu Murid Ngaji, “Pidato Pak Wali Tak Membosankan”



Bertemu Murid Ngaji, “Pidato Pak Wali Tak Membosankan”

IMPIANNEWS.COM (Padang).

 Fiona Putri kaget ketika melihat Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah mendatangi rumahnya, Selasa (8/9/2020). Malam itu, Mahyeldi datang untuk membesuk orangtuanya yang sedang terbaring sakit. Fiona pun langsung teringat masa kecil, saat dirinya belajar mengaji dengan Mahyeldi.

“Saya masih menyimpan foto saya khatam Quran yang ada gambar pak Wali,” ujar Fiona kepada Mahyeldi.

Rumah milik Dosen Fakultas Pertanian Unand, Karmatias, di jalan Parupuak Raya nomor 23 Tabing mendadak ramai malam itu. Kedatangan Mahyeldi melihat dosennya yang sakit sejak dua minggu belakangan ini. Tak disangka, putri pertama Kamartias adalah murid mengaji Mahyeldi di tahun 1988 silam.

Fiona yang sedari tadi sempat tertegun melihat kedatangan Mahyeldi kemudian bergegas mengambil foto usang yang dibingkainya. Di foto itu terlihat Mahyeldi muda berdiri di deretan paling belakang bersama guru mengaji lainnya. Sedangkan Fiona bersama murid lain duduk bersimpuh di depan. Mahyeldi yang berpostur paling tinggi dibanding lainnya berdiri tegap dengan tangan di belakang.

Melihat foto 32 tahun silam itu, Mahyeldi tersenyum simpul. Fiona menjelaskan masing-masing yang ada di dalam foto tersebut. Ingatan Mahyeldi pun kembali lagi ke masa itu.  

“Diantara guru lain, pak Mahyeldi yang paling bagus mengajar dan berwibawa,” sebut Fiona yang tiga tahun belajar mengaji dengan Mahyeldi.

Wali Kota Padang dulunya merupakan guru mengaji di Masjid Iklhas Parupuak Tabing. Sejak menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Andalas pada tahun 1986, Mahyeldi menjadi guru mengaji di masjid itu selama beberapa tahun. Kesan mendalam didapati Fiona ketika menjadi muridnya.

Fiona menyebut, ketika belajar pidato, suara Mahyeldi paling bergetar. Vokalnya paling bagus dibanding guru mengaji lainnya. Apalagi jika Mahyeldi sudah bercerita tentang kisah nabi, akan selalu teringat dan terekam setiap penggalan cerita itu.

“Terbayang bagaimana pak Wali berpidato dulu, gaya tangan menunjuk-nunjuk, suara juga lantang berwibawa. Kalau pak Wali berpidato dan berceramah, semua kami mendengar. Biasanya kan kalau ada yang berceramah dan tidak bagus, pasti yang lain pada ngobrol. Kalau pak Wali tidak, kita tidak pernah bosan,” aku wanita yang kini berusia 42 tahun itu.

Fiona belajar mengaji di Masjid Ikhlas sejak duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Fiona mampu khatam Quran tiga tahun setelah itu. Fiona mengaku, Mahyeldi adalah sosok guru mengaji yang tegas namun tidak pemarah.

“Pak wali rendah hati dan tidak sombong, kalau guru mengaji yang lain suka marah,” tuturnya.  

Fiona mengaku bersyukur mampu khatam Quran ketika ditempa Mahyeldi selama dua tahun lebih. Dirinya menyebut, semua pelajaran agama yang didapatkannya dapat teraplikasikan dengan baik hingga saat ini.

“Teraplikasikan ke anak saya, mereka mengerti dan paham tentang agama,” sebut wanita dua anak ini.

Karmatias beruntung. Tiga anaknya sejak kecil belajar mengaji dengan Mahyeldi. Hingga kini ketiganya mengajarkan ilmu agama ke anak-anaknya, turun temurun.  

“Semoga pak wali selalu menjadi orang yang rendah hati,” kata Fiona mendoakan.(Charlie Ch. Legi)