PM Pakistan Imran Khan dengan Tegas Tak Akan Akui Israel hingga Rakyat Palestina Miliki Negara

PERDANA Menteri Pakistan, Imran Khan.* //AFP

IMPIANNEWS.COM (Pakistan).

Tampaknya kesepakatan yang diambil oleh Uni Emirat Arab dan Israel masih menjadi perbincangan hangat bagi negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Pakistan.

Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan mengatakan dengan tegas negaranya tidak akan mengakui Israel sampai ada Negara bagi Palestina.

Dalam sebuah wawancara dengan penyiar lokal News, Imran Khan mengatakan Islamabad tidak akan mengakui Israel sebagai negara.

Pernyataan itu keluar setelah Uni Emirat Arab melakukan kesepakatan dengan Israel ditengahi oleh Amerika Serikat.
"Apa pun yang dilakukan negara mana pun, posisi kami sangat jelas," kata Khan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

"Dan posisi kami dijelaskan oleh (pendiri Pakistan) Quaid-e-Azam Muhammad Ali Jinnah, pada tahun 1948: bahwa kami tidak akan pernah menerima Israel selama Palestina tidak diberikan. hak mereka dan tidak ada penyelesaian yang adil," tambahnya.

Seperti yang diketahui pada 13 Agustus 2020 UEA menjadi negara teluk arab pertama dan ketiga di Timur Tengah setelah Mesir serta Yordania mencapai kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel.

Mereka menutup tahun kontak rahasia kedua negara dalam perdagangan dan teknologi.

Khan mengatakan jika Pakistan menerima Israel dan mengabaikan penindasan terhadap Palestina, mereka juga harus menyerahkan Kashmir, ia menambahkan bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan negaranya.

"Ketika Anda berbicara tentang Israel dan Palestina, kami perlu berpikir, akankah kami dapat menjawab (Tuhan) jika kami meninggalkan orang-orang yang telah menghadapi setiap jenis ketidakadilan dan yang hak-haknya diambil?," ujarnya 

Perdana Menteri Pakistan itu mengatakan jika hatinya tak sanggup untuk meninggalkan negara yang selalu ditindas dan tak dapat menerima hal tersebut.

"Hati nurani saya tidak akan pernah mengizinkan saya untuk melakukannya. melakukan ini, saya tidak pernah bisa menerimanya," kata Khan.

Kedutaan Besar Palestina di Islamabad berterima kasih kepada Khan atas sikapnya terhadap Israel.

Sementara itu, Arab Saudi mengatakan tidak akan mengikuti UEA dalam membangun hubungan diplomatik dengan Israel, sampai telah menandatangani perjanjian perdamaian yang diakui secara international dengan Palestina.

"Perdamaian harus dicapai dengan Palestina berdasarkan perjanjian internasional sebagai prasyarat untuk normalisasi hubungan," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan.

"Setelah itu tercapai semua hal menjadi mungkin," tambahnya.

Palestina merasa dikhianati oleh kesapakatan yang dibuat oleh UEA.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dan para pejabatnya terkejut dengan kabar kesepakatan yang terjadi diantara UEA dan Israel.

Mereka mengeluarkan kecaman yang sangat keras terhadap tetangga regional Arab dan memerintahkan duta besar Palestina untuk UEA kembali ke negara itu.

"Pimpinan Palestina menolak dan mencela pengumuman trilateral UEA, Israel dan AS, mengejutkan," kata juru bicara Abbas Nabil Abu Rudeineh di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki.

Dalam sebuah pernyataan di televisi Palestina, Abu Rudeineh mengatakan bahwa kepemimpinan menanggap langkah UEA sebagai 'pengkhianatan'.***