AS Persenjatai Indonesia dan Beri Pelatihan Militer

Perbatasan Laut China Selatan. /Instagram /

IMPIANNEWS.COM - Sengketa Laut China Selatan belum juga menemukan titik terang. Bahkan, ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat malah semakin menjad-jadi.

Sudah beberapa waktu ini, Tiongkok dan AS saling memamerkan kekuatan militer milik negaranya untuk menggertak negara yang lain. Hal tersebut tentunya malah mengompori konflik antar negara.

Bila LCS meletus, akan ada banyak negara yang terpengaruh, salah satunya adalah Indonesia.

Terbaru muncul rilis yang menyebutkan Amerika Serikat (AS) akan mempersenjatai Indonesia dan siap menggelar latihan bersama.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo yang menyebutkan klaim Beijing terhadap kepemilikan 90 persen wilayah perairan Laut China Selatan. 

Ditandaskannya, merupakan tindakan ilegal dan melanggar hukum.
Apalagi, dugaan tumpang tindihnya klaim Tiongkok atas Laut China Selatan dengan wilayah perairan dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejumlah negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, termasuk Indonesia.

“Kami jelaskan, Klaim Beijing terhadap sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut China Selatan benar-benar tidak sah secara hukum, sama seperti upaya perusakan mereka untuk mengontrol area tersebut,” ungkap Pompeo.

Disinggung Pompeo, bahwa Tiongkok telah melanggar keputusan Mahkamah Arbitrase yang didasari pada Konversi Laut (UNCLOS) 1982. Di mana, Republik Rakyat Tiongkok juga merupakan salah satu anggotanya.

“Seperti yang pernah disampaikan sebelumnya oleh Amerika Serikat, dan seperti yang secara khusus dinyatakan dalam Konvensi, keputusan Mahkamah Arbitrase adalah final dan mengikat secara hukum bagi kedua belah pihak,” jelas Pompeo lagi dalam pernyataan yang dikeluarkan secara resmi pada 13 Juli 2020.

Diketahui, sejak 4 Juli 2020, dua kapal induk Amerika Serikat (AS) sudah memasuki wilayah Laut China Selatan.
Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) tampak sedang berlatih tak jauh dari lokasi tersebut. Dan, Pejabat Angkatan Laut AS menyebut aksi ini sebagai operasi kebebasan navigasi.

Terlihat juga Kapal USS Ronald Reagen dan Nimits dikerahkan untuk ‘mendukung perairan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka’.

Kapal-kapal tersebut sedang meningkatkan pertahanan terhadap seranagn udara dan rudal jarak jauh dalam wilayah operasi yang berkembang cepat. Hal ini menurut pernyataan dari Armada ketujuh Angkatan Laut Amerika Serikat.

Dalam pernyataannya pula, disebutkan bahwa aksi tersebut merupakan sokongan atas perlawanan terhadap klaim Tiongkok terhadap Laut China Selatan yang menjadi alur utama bagi sepertiga kapal di dunia.

Secara terang-terangan, Amerika Serikat menyatakan bakal mendukung segala keputusan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia atas masalah LCS dengan China menyuplai negeri ini dengan tambahan kekuatan Alutsista.

Melansir dsca.mil, Rabu 8 Juli 2020, Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan delapan unit helikopter hybrid canggih Tilt Rotor V-22 Osprey untuk Indonesia.

Penjualan V-22 Osprey kepada Indonesia ini sendiri bagian dari program Foreign Military Sale (FMS) AS kepada pemerintah Indonesia.
Rincinya AS bakal menjual 8 unit V-22 Osprey Block C dan peralatan pendukungnya seharga 2 miliar dolar AS ke Indonesia.

Selain itu pemerintah Indonesia juga bakal membeli dua puluh empat (24) AE 1107C Rolls Royce Engine; dua puluh (20) AN / AAQ-27 Forward Looking InfraRed Radars; dua puluh (20) Sistem Peringatan Rudal AN / AAR-47; dua puluh (20) Penerima Peringatan Radar AN / APR-39; dua puluh (20) Sistem Dispenser Penanggulangan AN / ALE-47; dua puluh (20) AN / APX-117 Identification Friend atau Foe Systems (IFF); dua puluh (20) AN / APN-194 Radar Altimeter; dua puluh (20) AN / ARN-147 VHF OmniDirectional Range (VOR) Instrument Landing System (ILS) Sistem Navigasi Beacon; empat puluh (40) ARC-210 629F-23 Radio Multi-Band (Non-COMSEC); dua puluh (20) Penerima Miniature Airborne Global Positioning System (GPS) AN / ASN-163 (MAGR); dua puluh (20) Sistem Navigasi Lintas Udara Taktis AN / ARN-153; dua puluh (20) Sistem Penghindaran Tabrakan Lalu Lintas (TCAS II); dua puluh (20) Senjata Mesin M-240-D 7.64mm; dua puluh (20) GAU-21 Senapan Mesin, serta Sistem Perencanaan Misi Gabungan (JMPS).
Rilis DSCA mengenai penjualan senjata ke Indonesia.

Rilis DSCA mengenai penjualan senjata ke Indonesia dsca.mil
Lebih gilanya lagi, AS juga akan memberikan dukungan pelatihan personel militer disertai peralatannya kepada Indonesia, jaminan suku cadang produk militer buatan AS yang dipakai TNI hingga perawatan alutsista produknya secara jangka panjang.

Dalam rilisnya, DSCA mengungkapkan segala bantuan dan dukungan militer AS bagi TNI ini untuk mewujudkan tujuan dan kebijakan luar negeri Amerika di Indo-Pasifik yang saat ini berbenturan dengan China.

Penting bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang kuat serta efektif dalam menghadapi ancaman dari Utara.

Terlebih penjualan peralatan dan dukungan ini tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di wilayah tersebut.

DSCA menyebut dukungan militer kepada Indonesia ini akan dilaksanakan oleh manufaktur pembuat senjata kenamaan AS, Bell Textron Inc dari Amarillo, Texas dan The Boeing Company dari Ridley Park, Pennsylvania.

Bukan cuma karena kekayaan alam dan potensi bisnisnya saja yang membuat Tiongkok tergila-gila dengan Laut China Selatan.

Rupanya, Tiongkok memiliki niatan busuk dibalik penguasaan Laut China Selatan yang hingga kini terus dihalang-halangi Amerika Serikat.

Sebuah lembaga pemikir Amerika Serikat telah mengumpulkan peta interaktif tentang bagaimana pangkalan udara, rudal, dan radar Tiongkok di Laut China Selatan yang disengketakan memungkinkan Beijing untuk memproyeksikan kekuatan militer hingga Singapura, Vietnam, dan Indonesia.

Peta tersebut, yang disusun oleh Pusat Kajian Strategis dan Internasional, menggambarkan jangkauan senjata dan radar Tiongkok yang dikerahkan di berbagai pulau kecil dan terumbu karang di Laut China Selatan.

Misalnya, mengklik tab Pesawat Pengebom peta menunjukkan bahwa pembom H-6 China yang berbasis di Pulau Woody - sekitar 400 mil dari Hong Kong - dapat menyerang target jauh di timur Filipina, dan sejauh selatan Singapura, pengiriman penting rute melalui Selat Malaka, dan ibu kota Indonesia Jakarta.

Pesawat tempur J-11 China dapat menjangkau hingga Singapura, Balikpapan, dan Laut Jawa, serta ke timur Filipina.

Vietnam Selatan dan Malaysia akan berada dalam jangkauan kekuatan udara China.

Rudal anti-kapal dan anti-pesawat Tiongkok yang dikerahkan di Kepulauan Spratly, yang merupakan sekelompok terumbu kecil di tengah Laut China Selatan juga dapat menutupi sebagian besar wilayah, menurut peta CSIS.

Dari Mischief Reef, sekitar 900 mil tenggara Hong Kong dan sekitar 500 hingga 600 mil dari Manila dan Kota Ho Chi Minh, YJ-62 dan YJ-12B rudal jelajah anti-kapal dapat menyerang sejauh pantai Vietnam, Brunei dan Filipina pulau Palawan.

Rudal permukaan-ke-udara HQ-9 akan menutupi wilayah udara di sekitar pulau dan terumbu karang yang dikuasai China.*** Lusi Nafisa/Zona Jakarta