Melalui Terobosan Ekonomi, Indonesia dan Turki Diprediksi akan Jadi kekuatan Dunia


ILUSTRASI Bumi Pixabay

IMPIANNEWS.COM -- Kini populasi Bumi akan mencapai puncaknya dalam 44 tahun menjadi sekitar 9,7 miliar jiwa sebelum kemudian menyusut. Dan bahkan 23 negara terancam kehilangan setengah dari penduduknya.

Seperti yang diklaim oleh sejumlah ilmuwan Universitas Washington yang juga memperkirakan Nigeria akan berpenduduk lebih banyak daripada China.

Dan setelah tahun 2064 nanti, jumlah total penduduk dunia mulai turun, diakibatkan karena penurunan jumlah anak sekitar 900 juta dan mengurangi warga Bumi menjadi 8,8 miliar pada 2100.

Kekuatan baru dunia pun tak terhindarkan, dua di antaranya Indonesia dan Turki melalui terobosan ekonomi. Tetapi populasi hanya akan tumbuh atau tetap stabil jika perempuan rata-rata memiliki 2,1 anak. Tapi pendidikan dan kontrasepsi yang lebih baik akan menghentikan ini di masa depan.

Perempuan akan lebih mampu bekerja daripada tinggal di rumah sebagai ibu dan istri. Demikian diungkap tim ahli.
Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari Galamedianews dari DailyMail, Jumat (17 Juli 2020) banyak negara yang saat ini sudah memiliki angka kelahiran lebih rendah dari yang diperlukan untuk mempertahankan populasi, termasuk sebagian besar Eropa, Rusia, Kanada dan AS, Brasil, Cina dan Australia.

Dalam beberapa dekade mendatang, warga lanjut usia di negara-negara ini akan meninggal dengan laju yang lebih cepat daripada kelahiran dan populasi pun menyusut. Beberapa negara termasuk Jepang, Spanyol dan Thailand akan mengalami penurunan populasi hingga 50 persen atau lebih.

Karena populasi di Barat menyusut lebih cepat daripada di Afrika dan Asia dan dibutuhkan waktu 80 tahun atau lebih untuk penurunan tingkat kelahiran di negara berkembang, pergeseran kekuatan global tak terhindari.

Penelitian dilakukan tim yang terdiri dari 24 ilmuwan dan dipimpin Dr. Christopher Murray dan Profesor Stein Vollset dari University of Washington di Seattle. Studi diterbitkan dalam jurnal medis Inggris The Lancet. Dr Murray mengatakan,

 “Angka kelahiran diperkirakan akan turun secara global karena semakin banyak negara modern dan peran tradisional perempuan sebagai ibu dan ibu rumah tangga perlahan menghilang.”

Ketersediaan yang lebih baik dan keterjangkauan kontrasepsi di negara-negara yang saat ini memiliki layanan kesehatan yang buruk juga mengurangi kelahiran tak terencana.

Pendidikan yang lebih baik untuk perempuan, peningkatan hak-hak perempuan dan kesempatan kerja juga menjadikan lebih banyak perempuan berkarier penuh dan cenderung tak memiliki keluarga besar.

Hal ini diproyeksikan akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan populasi dunia dari rata-rata 2,37 anak per wanita (237 anak dari setiap 100 wanita) menjadi 1,66, atau 166 anak untuk setiap 100 wanita.

Tingkat kesuburan harus stabil di angka dua agar populasi tetap stabil dan 2,1 agar meningkat. Sebanyak 23 negara diperkirakan mengalami penyusutan populasi 50 persen atau lebih.

Mereka yaitu Latvia, El Salvador, Puerto Riko, Jamaika, Uni Emirat Arab, Bulgaria, Kroasia, Ukraina, Kuba, Romania, Polandia, Andorra, Moldova, Saint Vincent dan Grenadines, Bosnia dan Herzegovina, Portugal, Taiwan, Jepang, Serbia , Slovakia, Sri Lanka, Thailand dan Spanyol.

Meski ada kekhawatiran tentang penyusutan populasi, akselerasi lansia dan dampak ekonomi, semua hal itu dikatakan Profesor Vollset jangan sampai mengarah pembatasan hak perempuan.

Meski ada kekhawatiran tentang penyusutan populasi, akselerasi lansia dan dampak ekonomi, semua hal itu dikatakan Profesor Vollset jangan sampai mengarah pembatasan hak perempuan.***