KAJIAN RUTINAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG UNTUK MEMINIMALISASI PERSOALAN ANAK, SOLUSIKAH?

Oleh: Ira Fuji Lestari

IMPIANNEWS.COM

Pengajian bulanan yang dilaksanakan TP PKK Kabupaten Bandung dengan tema “Menjalin Harmoni Orang Tua dan Generasi Milenial Berdasarkan Islam” dihadiri oleh Bupati Bandung, Dadang Supriatna, Ketua TP PKK Kabupaten Bandung, Hj. Emma Dety Dadang Supriatna, hingga perangkat kecamatan, desa, dan para kader se-Kabupaten Bandung. Pengajian ini dilaksanakan di Gedung Moch Toha, Komplek Pemkab Bandung, Soreang, Rabu (8/5/2024).

“Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan pengajian rutin itu bisa memberikan pemahaman dan pengetahuan serta pemantauan terhadap anak-anaknya sendiri supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diharapkan,” ujar Bupati Bandung Dadang Supriatnal

Sementara itu, Ketua TP PKK Kabupaten Bandung Hj. Emma Dety Dadang Supriatna mengajak kepada seluruh jajaran pengurus TP PKK Kabupaten Bandung agar mewujudkan masyarakat Kabupaten Bandung yang BEDAS (Bangkit, Edukatif, Dinamis, Agamis, dan Sejahtera) dan mampu mendorong semua pihak di wilayah kerja masing-masing untuk menjadi energi penggerak yang mampu menjadikan setiap perempuan semakin tangguh menghadapi berbagai tantangan saat ini dan di masa yang akan datang.

Arah rencana pemerintah Kabupaten Bandung yang akan mengadakan pengajian rutinan dengan mengajak para penguasa tingkat daerah adalah mampu mengajak masyarakat dalam mendidik anak-anaknya agar tidak terjerumus pergaulan bebas. Jika diteliti, solusi ini tidak menyelesaikan akar persoalan tatanan pergaulan para generasi muda saat ini.

Akar kerusakan moral generasi muda adalah karena penerapan sistem selain Islam dalam tingkat negara, yaitu sistem kapitalisme liberal yang sekuler yang meninggalkan Islam dan syariat-Nya. Inilah yang menyebabkan dekadensi moral anak didik, mulai dari pergaulan bebas, zina, aborsi, bahkan sampai kasus bunuh diri. Sistem kapitalisme liberal membebaskan generasi muda berperilaku sekehendak hati mereka, bahkan sekalipun melanggar agama. Agama hanya dianggap sebagai ajaran kuno yang tidak sesuai dengan trend. Sehingga pelajaran agama yang hanya diberikan selama sekitar dua jam dalam seminggu dan nasehat orang tua di rumah tidak digubris. Apalagi pengaruh media sosial sangatlah besar. Konten media sosial saat ini berdampak pada gaya hidup liberal generasi muda.

Tentu kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlama-lama. Umat Islam seluruhnya harus segera bangkit dari keterpurukan. Caranya dengan kembali pada sistem Islam. Di tingkat terendah, keluarga muslim harus kembali berfungsi sebagai benteng umat yang melahirkan generasi terbaik dan individu-individu bertakwa. Visi hidup mereka dikembalikan sebagai hamba Allah yang mengemban misi kekhalifahan di muka bumi. Dengan itu, ketakwaan individu tetap terpelihara. Kemudian masyarakat harus menjadi mesin kontrol penguat ketakwaan. Terakhir, negara menjadi penjaga umat dari celah kerusakan dengan menerapkan sistem Islam.

Di sinilah urgensi membangun kesadaran. Islam bukan hanya agama ritual, tetapi juga mengatur seluruh aspek kehidupan, baik dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, maupun negara. Pemahaman ideologi Islam harus ditanamkan, dan umat harus melaksanakan aturan Islam secara kaffah. Umat harus tergerak untuk berubah, bersama-sama memperbaiki kondisi yang rusak. Dengan itu pula kelak umat Islam kembali menjadi umat terbaik di antara seluruh umat manusia di muka bumi ini. Allahu a’lam bii sowwab.

Post a Comment

0 Comments