Perang Dagang Memanas, AS Ingatkan Israel Ancaman dari China

IMPIANNEWS.COM (Washington). 

Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperingatkan Israel, sekutu setianya di Timur Tengah agar tidak memperdalam hubungan bisnis dengan China, dengan alasan keamanan.

Dalam rancangan anggaran militer terbarunya, Senat memperingatkan Israel untuk tidak mengizinkan China mengoperasikan Haifa, titik Armada Keenam AS sejak dulu dan tempat latihan gabungan AS-Israel.

Shanghai International Port Group, yang sudah menandatangani kesepakatan dengan Haifa, dijadwalkan mengoperasikan pelabuhannya selama 25 tahun, mulai 2021.

"AS memiliki minat terhadap kehadiran kapal-kapal angkatan laut AS di pelabuhan Haifa di Israel di masa depan, namun memiliki masalah keamanan serius sehubungan denga. penyewaan pelabuhan Haifa," bunyi konsep Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional 2020.

Washington juga mendesak Israel mempertimbangkan implikasi keamanan investasi asing di Yerusalem, yang telah memberikan beberapa kontrak infrastruktur utama kepada perusahaan-perusahaan China.

RUU tersebut disahkan pada Kamis (13/6) oleh Komite Layanan Bersenjata Senat dan kemungkinan akan memberikan suara penuh Senat.
Tahun lalu, para pejabat AS memperingatkan Israel bahwa AS tidak bisa berteman dengan negara tempat China membangun pelabuhan.

Israel sudah memiliki masalah dengan China di masa lalu. Selama pemerintahan mantan Presiden George W. Bush, dialog strategis dengan Israel ditangguhkan selama tiga tahun hingga Tel Aviv setuju mengizinkan Washington meninjau kembali penjualan militer Israel ke China.

Direktur Yayasan Pertahanan Demokrasi, Mark Dubowitz, bereaksi terhadap kesepakatan baru di Twitter, mengatakan, "Ini serius dan pendukung terkuat Israel kehilangan kesabaran mereka."

Ini terjadi di tengah perang dagang yang sedang berlangsung antara AS-China, dua kekuatan ekonomi utama dunia.

Tahun lalu, perang dagang China-AS meletus saat Presiden Donald Trump pertama kali memberlakukan tarif impor produk dari Tiongkok. Sejak itu, kedua belah pihak telah bertukar tarif lebih dari 360 miliar dolar dalam perdagangan dua arah.

Beijing dan Washington mengadakan pembicaraan untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi sejauh ini tidak berhasil. Putaran terakhir negosiasi perdagangan mereka berakhir awal Mei tanpa kesimpulan.