COVID-19 BISA TERATASI, JIKA SISTEM ISLAM YANG JADI SOLUS


Oleh: Ulfah Alawiyah
(Muslimah Pemerhati Umat)

IMPIANNEWS.COM

Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan keputusan  untuk mengakhiri darurat Covid-19 yang tidak lagi masuk kriteria sebagai darurat Global, pada Jumat(5/5).

Padahal peningkatan penyebaran Covid-19 ini masih terus ditemukan di dunia apalagi di Asia Tenggara dan Timur Tengah. Di Indonesia sendiri jumlah kasus Covid-19 menduduki peringkat ke 13 dari per 1 juta penduduk Indonesia.

Itu membuktikan jelas bahwa sesungguhnya COVID-19 masih ada dan belum bisa dikatakan sudah berakhir. Virus masih ada dan bahkan bisa jadi virus itu bermutasi lagi agar  terus berkembang.

Anehnya reaksi masing-masing negara malah diberi kebebasan agar bisa menyelesaikan pandemi ini secara sendiri-sendiri. Lalu bagaimana dengan nasib masyarakat yang terinfeksi Covid-19?

Yang pengobatan dan penanggulangannya tidak lagi ditanggung oleh pemerintah, maka masyarakat akan merasa bahwa penyakit menular ini tidak perlu dikhawatirkan dan ditangani. Bahkan salah memahami penyakit tersebut. Bukannya Covid itu hilang dari muka bumi ini tetapi justru malah akan terus ada. Ini membuktikan bahwa di dalam kapitalisme masalah tidak akan pernah terselesaikan, termasuk dalam hal menangani masalah pandemi.

Gambaran ini begitu jelas, bahwa negara tidak ingin mengambil perannya dalam mengakhiri pandemi ini.

Negara malah berserah tangan kepada masyarakat agar mampu menganggulanginya secara mandiri.

Semua ini tidaklah aneh karena di dalam kapitalisme pelayanan kesehatan merupakan aset untuk meraup keuntungan lalu bersekongkol dengan para mafia.

Maka ketika masyarakat terinfeksi dan mengharuskan vaksinasi maka mereka diwajibkan untuk membayar pengobatan tersebut. Ketika pelayanan kesehatan diperjualbelikan, masyarakat akan mulai berpikir dengan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Akibatnya akan banyak masyarakat yang mengabaikan rasa sakitnya daripada harus mengeluarkan banyak uang untuk pengobatannya.

Negara juga sangat kurang dalam mengedukasi masyarakat dalam upaya kesehatan promotif dan preventif. Seolah-olah mereka sudah menyerahkan semua kebutuhan masyarakat kepada masing-masing individu masyarakatnya. Termasuk dalam perkara menjaga kesehatan.

Ini semua adalah hasil dari penerapan sistem kapitalis yang memandang bahwa segala sesuatu itu haruslah menghasilkan keuntungan (materi) meskipun harus merugikan dan menyiksa masyarakat.

Solusi Islam 

Berbeda dengan pandangan Islam terhadap kesehatan.

Islam memandang bahwa kesehatan adalah tanggung jawab negara atas setiap rakyat yang wajib dipenuhi setiap saat. Karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Negara harus menjamin kesehatan rakyatnya secara cuma-cuma dengan kualitas terbaik.

Sebagaimana sabda Rasullullah SAW., "Siapa saja yang ketika memasuki pagi hari mendapati keadaan aman kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya." (HR.Bukhari).

Karena di dalam Islam negara memahami bahwa layanan kesehatan merupakan tanggung jawab negara. Dan semua ini telah Rasul contohkan tatkala beliau menjadikan seorang dokter yang merupakan hadiah dari raja Mesir Muqauqis untuk mengobati kaum muslimin pada saat itu.

Kaum muslimin pada saat itu kesehatannya benar-benar terjamin karena negaranya menerapkan Islam yakni Khilafah.

Di dalam Khilafah, masyarakat akan diberikan pelayanan kesehatan dengan layanan bermutu serta fasilitas terbaik secara gratis. Semua masyarakat bisa merasakan pelayanan ini dari yang kaya ataupun miskin, yang tua maupun yang muda, kalangan pejabat sampai rakyat jelata. Sarana prasarana, pelayanan, pengobatan akan diberikan dan diperlakukan sama oleh negara. Dilaksanakan dalam keadaan normal ataupun genting semisal ketika terjadi pandemi. Maka negara akan terus menjalankan perannya dengan memberikan pelayanan terbaik.

Tak cukup sampai itu,  negara juga akan melakukan berbagai upaya promotif dan preventif terhadap masyarakat. Negara akan terus mengedukasi masyarakat agar selalu waspada dan berupaya untuk mencegah terjadinya penyebaran virus, serta menyadari adanya ancaman infeksi. Negara akan memberlakukan peraturan kepada masyarakat agar patuh terhadap aturan prokes, menjaga jarak, menghindari kerumunan, melarang orang sakit keluar rumah. Khususnya jika orang sakit tersebut masuk kriteria terpapar virus Covid-19.

Maka pemerintah akan menjadi yang pertama mencontohkan dan menjalankan peraturan tersebut. Masyarakat juga akan patuh terhadap apa yang diperintahkan negara. masyarakat juga sudah paham akan kewajiban menaati pemimpin. Apalagi dalam rangka untuk kebaikan semua manusia.

Masyarakat akan dengan senang hati menaati penguasa. Negara tidak hanya menjamin kesehatan masyarakat saja tetapi menjamin semua kebutuhan hidupnya mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan.

Rakyat tidak perlu khawatir dengan kehidupannya karena telah ditanggung oleh negara. Orang sakitpun tidak perlu pusing memikirkan bagaimana nasibnya setelah keluar dari rumah sakit, karena negara siap menjadi penanggungnya.

Tidak seperti kapitalisme yang diterapkan pada saat ini. Kapitalisme begitu abai terhadap kepentingan rakyat sehingga rakyat pun menolak untuk sakit meskipun fisiknya sudah mulai kesakitan.

Bahkan di dalam kapitalisme muncul slogan bahwa orang miskin dilarang sakit. Mahalnya pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya menjadi kendala tersendiri selain sulit dan ribetnya administrasi. Itulah mirisnya hidup dalam penerapan sistem kapitalis.

Berbeda dengan sistem Islam kafah dalam naungan Khilafah. Negara tersebut akan selalu menjaga dan mementingkan kesehatan umat. Negara tidak akan pernah menjadi kaki tangan para mafia yang ingin meraup keuntungan di atas penderitaan rakyatnya.

Khilafah akan berada di garda terdepan dalam melayani umat dengan menjalankan perannya yaitu mencegah dan mengatasi penyebaran virusnya.

Khilafah akan menerapkan aturan lockdown lokal pada daerah pertama yang menemukan kasusnya. Sehingga virus tersebut tidak cepat menyebar. Lalu melakukan tracing dengan memisahkan orang yang sakit dan orang yang sehat.

Orang yang sakit akan dirawat dan dilayani sepenuh hati sampai dia benar-benar sembuh.

Kepada orang sehat negara akan mengedukasi agar mau menjalankan prokes dan juga dipastikan kesehatannya. Lalu melakukan monitoring terkait hal ini yang akan dibantu oleh Biro kesehatan dari Departemen kesehatan umum.

Kerjasama antara negara dengan masyarakat akan mampu menekan penyebaran virus ini dan menurunkan jumlah kasus infeksi. Sehingga pandemi bisa berakhir tanpa perlu memakan waktu bertahun-tahun tanpa ada hasilnya. Dan semua harapan ini bisa terwujud jika saja sistem Islam diterapkan dalam naungan Khilafah Islamiyah.

Wallahu'alam bishawab

Post a Comment

0 Comments