Sekularisme dan Liberalisme Merusak Generasi Muslim

Oleh: Nena Fatimah

IMPIANNEWS.COM

Opini - Fenomena Citayam Fashion Week belakangan ini marak diperbincangkan, bukan sekedar ramai di media sosial, namun juga membuat kawasannya menjadi hits dan banyak dikunjungi. Walaupun CFW telah dibubarkan oleh pemerintah setempat, persoalan tidak tuntas dan malah berpindah tempat saja, bahkan semakin menjamur di berbagai kota. Seperti di Kota Bandung, dibuatlah Braga Fashion Week Bandung dengan konsep yang sama, yakni menjadi ajang aksi remaja yang berkumpul di ruang terbuka, berpakaian menarik dan nyentrik serta berjalan dengan berlenggak-lenggok bak model. 

Diakui atau tidak keberadaan muda-mudi nongkrong di berbagai fashion week adalah sebagai simbol bahwa pergaulan remaja yang mengusung kebebasan sudah sangat memprihatikan. Salah satu fakta yang mengejutkan yaitu data dari survei Dinas Pendidikan Kota Bandung mengungkap sebanyak 56% remaja Kota Bandung mengaku pernah melakukan seks bebas atau hubungan badan di luar nikah (Republika, 7 Juli 2022).

Sungguh miris, generasi muda hari ini sungguh telah kehilangan identitasnya. Mereka tidak lagi dapat menata masa depan dengan baik. Kesenangan dunialah yang mereka agung-agungkan. Fenomena CFW tadi misalnya, banyak di antara mereka yang putus sekolah, enggan meneruskan pendidikan karena ingin membuat konten yang viral di medsos semata. Mereka bisa dengan luwes bergaya bak model, namun terbata-bata ketika melafalkan niat untuk sholat. Bahkan mereka mungkin tidak paham, apa tujuan mereka diciptakan dan untuk apa mereka ada di dunia ini. 

Sebagai remaja muslim harusnya kita semua sadar untuk apa kita diciptakan di dunia ini. Allah SWT berfirman dalam surat Adz Dzaariyat: 56, “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada Ku”. Ketika remaja sudah paham untuk apa ia diciptakan, remaja tak akan kehilangan jati dirinya. Jika mereka paham bahwa hidup ini adalah untuk ibadah, pastinya hal itu akan memotivasi remaja agar selalu terikat dengan syariat yang Allah tetapkan. Namun untuk mengembalikan fitrah remaja sesuai dengan syari'at Islam tidak bisa dilakukan sendiri. Butuh kerja sama antara orang tua di rumah, sekolah, masyarakat, bahkan negara, karena jika kita cermati saat ini, potensi remaja telah teracuni oleh racun sekularisme, liberalisme dalam pola hidup kapitalis. Padahal, pemuda adalah sumber daya strategis bagi suatu bangsa. Di tangan merekalah masa depan suatu bangsa digantungkan. Maka proses pembentukan pemuda yang tangguh harus dilakukan jika suatu bangsa ingin tetap mempertahankan eksistensinya. 

Pemikiran sekularisme membuat para remaja meninggalkan syariat sebagai pegangan dalam berkiprah di tengah umat.  Agama dipandang sebagai sesuatu yang tabu untuk dibahas di luar masjid. Dengan pemikiran sekuler ini, Islam hanya diambil esensinya. Syariat-syariatnya lebih banyak yang ditolak karena dianggap kaku, tidak sesuai zaman dan bertentangan dengan nilai-nilai universal seperti kesamaan, keadilan, kebebasan, toleransi dan kesetaraan gender. Pemahaman seperti ini bertentangan dengan apa yang Allah perintahkan kepada kaum muslimin untuk berislam secara kaffah:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208).


Liberalisme atau atau paham kebebasan dimaknai dengan bebasnya melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan agama. LGBT, misalnya, dianggap merupakan kebebasan untuk mengekspresikan kecenderungan seksual seseorang. Bahkan beberapa negara penganut konsep HAM, mendukung gerakan LGBT sebagaimana Inggris yang mengibarkan bendera pelangi di depan kantor kedubesnya di Surabaya. 

Inilah racun-racun pemikiran Barat yang memiliki efek merusak generasi muda dari sisi agama. Merupakan tantangan tersendiri bagi setiap pengemban dakwah untuk menawarkan racun-racun tersebut dan membilas benak generasi kita dengan bilasan yang benar. Karena itu semua uslub harus ditempuh, terutama uslub-uslub yang mampu menjangkau generasi muda kita seiring dengan perkembangan teknologi di kalangan mereka. Media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, Youtube, dan sebagainya bisa menjadi salah satu uslub efektif yang memiliki jangkauan luas. 

Kepada para pemuda harus dipahamkan bahaya perang pemikiran yang menyasar mereka dan menjelaskan Islam sebagai suatu ideologi, bahwa Islam adalah agama yang lengkap, mengatur kehidupan dengan aturan yang terbaik.  Hanya dengan penerapan Islam secara keseluruhan, dari bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik dan pemerintahan, akan dihasilkan umat terbaik dan generasi terbaik.

Post a Comment

0 Comments