Pentingnya Keluarga, Kerja Keras dan Pengorbanan Diri Dalam Perjalanan “Little Women”

Photo: Pinterest By BuzzFeed

Oleh : Revy Ardinata Salim
(Civitas Academica Universitas Andalas)

IMPIANNEWS.COM

Little Women (1968) adalah sebuah novel klasik yang ditulis oleh penulis Amerika, Louisa May Alcott (1832-1888). Novel ini masuk kedalam kategori novel autobiografi atau semi-autobiografi. Dirilis pada tahun 1868, novel ini langsung mendapat kesuksesan secara komersil maupun kritikal. Novel ini juga disebut sebagai novel terpenting bagi sejarah penulis perempuan di Amerika. “Reading this, and especially knowing later that the main character is (for all practical purposes) Alcott herself, inspired me to write myself, and I haven't forgotten the writing lessons even today: don't let money cloud your vision, write for yourself first, take criticism, write what you know,”  tulis Susan, seorang penulis muda yang terinspirasi oleh kisah di buku Little Women.

Louisa May Alcott merupakan salah satu penulis wanita di Amerika pada akhir abad ke-19. Ia lahir di Germatown, Pennsylvania pada 29 November 1832. Ayahnya merupakan seorang pengajar yang menganggap anak itu sebagai kertas putih yang siap dilukis. Louisa menjadikan ayahnya sebagai sosok panutan yang sempurna dalam hidupnya.  Sedari kecil, Louisa mengalami tekanan dan konflik batin dengan dirinya. Menulis adalah salah satu jalan untuk mengekspresikan perasaannya. Dan dari usia 7 tahun ia memulai menulis di buku hariannya dan ketika ia mulai memasuki masa remaja, Louisa mulai menulis cerita pendek dan novel.

Louisa menulis novel ini dengan tema yang sangat kurang diperbincangkan pada abad ke-19, yaitu bahaya stereotipikal gender dan kesulitan para wanita untuk mebagi waktu antara urusan keluarga dan pengembangan diri sendiri. “Alcott created a new form of literature, one that took elements from romantic children's fiction and combined it with others from sentimental novels, resulting in a totally new genre,” ujar Sarah Elbert dalam kepopuleran novel Little Women yang ia rasa merupakan pionir tema feminisme bagi penulis muda Amerika. 

Meskipun dipenuhi oleh petualangan yang seru, novel ini mengangkat tema tentang moralitas dan setiap petualangan memiliki pelajaran yang dapat dipetik untuk menjadi manusia yang baik, mendapatkan kebahagiaan dalam hidup serta nilai pengorbanan dan nilai kemanusiaan diantara keluarga. Hal-hal tersebut yang menjadikan novel ini klasik. Meski dirilis kurang lebih 2 abad yang lalu, novel ini tetap manjadi best-seller yang dicintai oleh pembaca-pembaca muda di seluruh dunia karena novel ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan sudah ada enam film adaptasi dari novel ini dan film terbarunya dirilis tahun 2019 yang disutradarai oleh Greta Gerwig dan diperankan oleh Saoirse Ronan, Timothee Chalamet, serta sederetan aktor dan aktris papan atas Hollywood lainnya.

“Relentlessly captivating story of sisters doing it for themselves. Alcott is a master of character, pacing, and creating page-turning suspense within a context of moderately low stakes. I admire everything about her, from her writing talent to her personal life as an abolitionist and feminist. Much of her personal advocacy makes it into the pages of Little Women. Sometimes in subtle ways, and sometimes not. I'm glad to see that the new movie appears to spotlight the feminist undertones because its groundbreaking depth is easily hidden behind a wall of nonstop entertainment,” tulis Justin Tate, seorang pembaca di forum online. Buku ini memberikan sudut pandang baru terhadap penulisan tentang topik feminisme yang dikemas dengan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh pembaca. Ia juga mengagumi cara Alcott menggambarkan setiap karakter saudari March yang membuat pembaca penasaran akan kelanjutan ceritanya. 

Alcott menceritakan tentang kehidupan keempat putri keluarga March. Novel ini menceritakan proses transformasi dari masa kanak kanak ke dewasa yang meliputi kehidupan March bersaudari: Meg, Jo, Beth dan Amy. Berlatar pada tahun 1860-an di Massachusetts, Amerika Serikat. Plot keseluruhan dari novel ini sederhana, keempat saudari memulai cerita dari remaja dan kemudian satu persatu mereka mulai tumbuh dewasa melalui pengalaman dan tantangan yang berbeda beda. Seiring poses pendewasaan, mereka belajar nilai segala hal dan prioritas individu. Seperti Jo yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan karena ayah mereka sedang tidak berada dirumah. Yang kemudian mendapat surat bahwa ayah mereka sedang sakit berat, hal itu membuat mereka semua merasa sedih. Terutama karena ibu mereka tidak mempunyai biaya untuk berangkat menyusul ayah mereka di Washington D.C.

Titik klimaks cerita pun terjadi ketika Jo memutuskan untuk memotong rambutnya dan menjualnya seharga $25.00 untuk membiayai keberangkatan ibunya. Tindakan Jo memberikan pelajaran tentang pentingnya nilai kekeluargaan dan pentingnya pengorbanan untuk keluarga. Selanjutnya  Beth mendadak jatuh sakit karena tertular dari seorang bayi. Dokter memvonis Beth akan meninggal seperti bayi itu. Kemudian cerita berakhir dengan kepulangan ayah mereka, Mr. March yang menutup cerita dengan kebahagiaan tepat saat natal tiba.

March bersaudari memiliki petualangan yang beragam dan memiliki keunikan masing masing. Seperti Meg yang bekerja diluar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Meg menghabiskan waktunya mengajar anak kecil. Sedangkan Jo sibuk membaca buku di perpustakaan rumah bibi March selagi mengurusnya. Terkadang ia membaca bersama Laurie. Laurie juga kerap mengajak Jo dan Meg menonton “Castle of the Diamond Lake.” Jo menolak mengajak Amy untuk menonton acara itu, hal itu membuat Amy kesal dan dia membakar tulisan dan karya Jo. Hal itu membuat Jo sangat marah sampai ia tidak bisa memaafkan Amy. Dalam amarahnya, Jo hampir membiarkan Amy tenggelam saat sedang selancar es. Di sisi lain, saat. Meg menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh Annie Moffat dimana ia merasa malu dengan kondisi keluarganya yang miskin sehingga ia tidak bisa membeli gaun baru..

Kisah dalam cerita ini dibalut dengan kesederhanaan yang diutarakan dengan menggunakan kalimat sehari-hari untuk menjelaskan kegiatan sehari-hari setiap karakternya. Unsur moralitas juga mengalir dalam setiap babak dalam cerita ini. Mungkin karena Louisa terinspirasi dari keluarganya, cerita keluarga March terlihat sangat nyata dan tidak terlihat seperti buku fiksi. Salah satu keunikan lainnya adalah Louisa menulis dengan kalimat yang kompleks tetapi menggunakan kosa kata yang sederhana agar tetap dapat dimengerti oleh pembaca muda.

Dari aspek karakterisasi, Alcott mendeskripsikan setiap karakternya dengan bagian yang pas sehingga semua karakter mendapat bagiannya dengan adil. Kita juga dapat langsung mengetahui protagonisnya dari segi penulisan dan penggunaan bahasa yang cenderung sederhana. Dari temanya, Little Women adalah novel yang mengajarkan pembaca untuk berbagi dengan orang lain, juga untuk memperlihatkan sisi lain dari kehidupan seorang wanita, dan perjuangan untuk mendapat kebahagiaan.

Novel klasik ini memberikan aspek tak lekang waktu karena gaya penulisannya yang berani dan mengangkat isu yang belum pernah dibahas pada zaman itu. Memiliki kesan hangat dan penuh kekeluargaan juga membuat novel ini dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Dari aspek karakterisasi, Alcott mendeskripsikan setiap karakternya dengan bagian yang pas sehingga semua karakter mendapat bagiannya dengan adil. Kita juga dapat langsung mengetahui protagonisnya dari segi penulisan dan penggunaan bahasa yang cenderung sederhana. Dari temanya, Little Women adalah novel yang mengajarkan pembaca untuk berbagi dengan orang lain, juga untuk memperlihatkan sisi lain dari kehidupan seorang wanita, dan perjuangan untuk mendapat kebahagiaan. Dengan nilai edukasi, pesan positif dan panutan yang baik yang dimilikinya. Novel ini sangat bagus untuk pelajar dan anak-anak.

Post a Comment

0 Comments