“Keprihatinan Kehidupan Shirley Jackson”

Oleh:  Fenny Marta Arsita
(Civitas Academica Universitas Andalas)

IMPIANNEWS.COM

Shirley Jackson adalah seorang penulis Amerika yang paling dikenang karena cerita pendeknya yang berjudul “The Lottery”, yang bercerita tentang kehidupan yang keras disebuah kota kecil di Amerika. Dari kecil Jackson sudah merasakan kejam nya dunia. Jackson membenci diri nya karena sering dihina oleh ibu nya sendiri, yang mengatakan ia malu mempunyai anak seperti Jackson. Ibu nya selalu mencela penampilan Jackson dan selalu mengatakan Jackson adalah anak hasil kegagalan aborsi nya.

Shirley merasa tertekan dengan ketidakpekaan Geraldine terhadap kepribadiannya yang sejati dan masalah yang dihadapi, ditambah dengan kontrol penuh atas kekurangan yang dimiliki Jackson serta ekspektasi berlebihan terhadap dirinya. Bahkan setelah menikahpun, Geraldine seringkali mengungkapkan ketidaksukaanya terhadap hal-hal yang beratribusi dengan anaknya tersebut. Obesitas dan masalah kesehatan yang diidap Shirley Jackson menjadi salah satu alasan mengapa Geraldine masih sering mengomentarinya.

Hal ini mengindikasikan adanya okupasi tubuh oleh Geraldine terhadap Jackson yang menjadikan ia tertekan. Relasi yang terjalin berusaha untuk mengekang dirinya sehingga hal ini menjadi alasan mengapa Shirley Jackson memiliki kecenderungan untuk memiliki kecemasan berlebihan. Namun bukan berarti Jackson tidak bisa maju untuk lebih baik. Jackson lulus di univeritas Syracuse,disana ia bertemu dengan Stanley Hyman, seorang intelektual Yahudi dari Brooklyn yang menjadi kritikus dan sekaligus guru. Dan pada akhirnya mereka menikah, namun penikahan mereka menghasilkan kemarahan orang tua mereka berdua.

Pada tahun 1940 pasangan ini pindah ke New York, dimana Stanley ditunjuk sebagai sebagai asisten editorial untuk The New Republic. Publikasi pertama Jackson adalah “My Life with R.H. Macy” diterbitkan pada tahun berikutnya di The New Republic dan anak pertama mereka lahir. Dua tahun berikutnya ceritanya “Come Dance with Me In Ireland” dipilih untuk Best American Short Stories. Lalu mereka menetap di Vermont, dimana Hyman telah ditawari jabatan di fakultas sastra di Bennington College. Jackson bekerja sebagai guru pengganti kelas kreatif &avriting sampai kelahiran anak kedua nya.  

Pada tahun 1948 jackson menerbitkan novel pertama nya yang berjudul “The Road Through the Wall” dan juga tujuh cerita pendek nya terbit pada tahun yang sama. Termasuk “ The Lottery”. Dan dia melahirkan anak ketiga nya. Mereka pindah ke Westport Connecticut karena Stanley mengambil posisi jabatan sebagai The New Yorker. Namun akhirnya mereka kembali pindah ke Bennington, Vermont tempat anak keempat mereka lahir .

Satu hal yang membuat Shirley Jackson semakin menderita dalam keterasingan dalam dunia opresifnya tersebut adalah kenyataan bahwa ia sangat percayakan kepada Hyman. Ia butuh Hyman sebagai sebuah pelindung psikologis nya . Namun pernikahannya tidak seindah yang ia bayangkan. Dia merasa suami nya hampir sama dengan ibu nya. Terkadang Jackson sangat mencintai suami nya dan terkadang ia membenci suami nya. Perilaku Hyman mendorong Jackson ke dalam kesedihan sehingga ia merasa takut untuk sakit jiwa. Jackson sangat menderita sepanjang waktu, dia ketergantungan oleh alcohol,obat penenang dan amfetmin. Jackson merasa ditindas oleh suami nya sendiri. Namun jabatan Hyman tidak berlangsung lama. Dia tidak bisa memberikan keluarga nafkah dan dia hanya bergantung kepada Jackson.

Keadaan yang menjadi perusak tersebut secara tidak langsung membentuk ketakutan-ketakutan dalam narasi Jackson dan diceritakan lewat hubungan karakter karakter utama dalam novelnya dengan orang tua mereka. Dampak yang terjadi pada kondisi mental Jackson diwujudkan lewat kesulitannya dalam beroperasi di tatanan masyarakat, serta ketakutan berlebih pada dunia luar atau agoraphobia. Kontrol terhadap dirinya juga diterimanya dari perlakuan sang suami. 

Selama Jackson menjadi pencari nafkah utama di keluatga Hyman terus mengendalikan keuangan keluarga. Hyman percaya hanya dari tulisan Jackson keluarga tetap bertahan.  Jackson mulai merasa membenci karya-karya nya sendiri karena dorongan dari suami nya. Namun karena pengaruh obat penenang yang ia konsumsi membuat ia tidak fokus kepada tulisan-tulisan. Dan juga membuat ia takut untuk bertemu orang-orang di dunia nyata. Dia mengatakan saya takut dengan apa yang saya takuti.

Selama beberapa bulan, Jackson tidak ingin keluar rumah. Dia merasa kacau karena ketakutan yang ia alami. Dan dia memaksa diri nya untuk berkonsultasi dengan psikolog, dan dia dinyatakan terkena “Acute anxiety". Dia mengatakan bahwa  Semuanya lebih buruk jika Anda berpikir ada sesuatu yang melihat Anda

Jackson mulai mencoba membuka diri nya Kembali dengan cara menulis dan pergi ke desa untuk makan siangdan makan malam dengan teman-temannya. Dia menulis cerita tentang anak-anak . Meskipun kesehatannya menurun, Jackson terus menulis dan menerbitkan beberapa karya pada 1960-an, termasuk novel terakhirnya, We Have Always Lived in the Castle (1962), sebuah novel misteri Gotik. Itu disebut oleh majalah Time sebagai salah satu dari "Sepuluh Novel Terbaik" tahun 1962.

Selama Anda menulisnya secara teratur, tidak ada yang benar-benar dapat menyakiti Anda.

Meskipun kesehatannya menurun, Jackson terus menulis dan menerbitkan beberapa karya pada 1960-an, termasuk novel terakhirnya, We Have Always Lived in the Castle (1962), sebuah novel misteri Gotik. Itu disebut oleh majalah Time sebagai salah satu dari "Sepuluh Novel Terbaik" tahun 1962. Tahun berikutnya, dia menerbitkan Nine Magic Wishes, sebuah novel anak-anak bergambar tentang seorang anak yang bertemu dengan seorang pesulap yang memberinya banyak permintaan yang mempesona. Aspek psikologis dari penyakitnya merespon dengan baik terhadap terapi, dan pada tahun 1964 ia mulai melanjutkan aktivitas normal, termasuk sesi ceramah di konferensi penulis, serta merencanakan sebuah novel baru berjudul Come Along With Me.

Pada tahun 1965, Jackson meninggal dalam tidurnya di rumahnya di North Bennington, pada usia 48 tahun. Kematiannya dikaitkan karena serangan jantung yang Ia alami Ketika sedang tidur. Dia memberi wasiat bahwa Ketika dia sudah mati, ia ingin mayat nya dikremasi. Kehidupan Shirley ini dijadikan film yang berjudul “Shirley” yang tayang pada tahun 2020 lalu.

Demikianlah kisah dari Shirley Jackosn. Dari pengalaman beliau kita bisa mengambil pelajaran dan meniru semangat nya untuk berkarya meskipun memiliki beban yang berat. Di balik keras nya hidup, banyak ide-ide maupun inspirasi yang ia keluarkan untuk menulis kisah-kisah yang mengagumkan yang dapat kita baca sekarang ini.

Post a Comment

0 Comments