Emily Dickinson: Puisi Yang Tertinggal Setelah Kematiannya

Photo: Culture Club / Getty Images

Oleh: Amelia Rhahmah dan Ferdinal
(Civitas Academica Universitas Andalas)

IMPIANNEWS.COM

‘I felt a Funeral, in my Brain’

Ini adalah salah satu puisi Dickinson yang paling terkenal tentang kesehatan mental, menggunakan beberapa metafora favoritnya: kematian dan akhirat. Puisi ini memiliki akhir dari catatan merek dagang, sehingga pembaca harus menebak di mana kerusakan mengarah ke – surga kesejahteraan, atau neraka penderitaan mental yang berkelanjutan.

Emily Dickinson adalah salah satu penyair terkemuka pada abad ke-19 di Amerika Serikat. Dickinson dikenal dengan puisi nya yang berani dan misterius. Namun kecerdasannya baru dikenal ketika memasuki abad ke- 20 bersama dengan penulis terkemuka lainnya termasuk Hart Crane, Allen Tate dan Elizabeth Bishop. 

Emily Elizabeth Dickinson atau yang dikenal dengan Emily Dickinson, lahir pada tanggal 10 Desember 1830 di Amherst, Massachusetts, AS. Dia telah menulis hampir 1.800 puisi yang dia kirimkan kepada teman dan kerabatnya yang seringkali ada dibagian suratnya. Namun, hanya 10 yang diketahui terbit semasa dia hidup. Puisi-puisinya yang banyak ditemukan dalam surat yang dia kirimkan kepada temannya lalu mulai tertinggal begitu saja hingga ditemukan oleh saysara perempuannya. Volume pertama karyanya diterbitkan secara anumerta pada tahun 1890 dam yang terakhir pada tahun 1955 tidak begitu diakui oleh publik. Dia mengagumi puisi Robert dan Elizabeth Barrett Browning, serta John Keats. 

Ketika Emily Dickinson meninggal pada tahun 1886, dia tidak dikenal sebagai penyair di luar lingkaran kecil keluarga dan teman-teman. Warisan puitis Dickinson terdiri dari hampir 1800 puisi, dan tidak ada instruksi tentang apa yang harus dilakukan dengan mereka. Saudara perempuan penyair Lavinia menemukan ratusan puisi Emily tak lama setelah kematiannya dan memutuskan bahwa puisi itu harus diterbitkan. Dia kemudian menulis: 

"Saya memiliki perasaan 'Joan of Arc' tentang puisi Emilies dari yang pertama" (Surat kepada Thomas Wentworth Higginson, 23 Desember 1890, seperti dikutip di Bingham, hal. 87). Kemudian pada abad ke-20, Ralph W. Franklin tertarik pada naskah Dickinson, menimbulkan pertanyaan provokatif tentang praktik penulisan penyair. Franklin memasang kembali fasia Dickinson dalam edisi faksimili, The Manuscript Books of Emily Dickinson, pada tahun 1981, sementara 1998-nya The Poems of Emily Dickinson, edisi lengkap dalam cetakan puisi Dickinson, menyempurnakan karya Johnson.

“It was not Death, for I stood up,

And all the Dead, lie down—“ Penggambaran penyair Emily Dickinson sebagai perawan tua yang suka menutup diri dan 'panutan bagi mereka yang pemalu' telah membuatnya menjadi idola bagi orang muda dari beberapa generasi. Namun gambaran akan Emily Dickinson ini salah, tulis Hephzibah Anderson. Gambaran identitas Dickinson digabungkan dari detil-detil teraneh dalam biografi Dickinson: kesukaannya menggunakan pakaian putih, keengganannya meninggalkan kamarnya, kebiasaannya berbicara pada tamu lewat pintu daripada secara tatap muka.

Aktris Cynthia Nixon terlihat sangat cocok memerankan Emily Dickinson dalam film mengagumkan karya Terence Davies, A Quiet Passion. Bagi anak-anak yang tertarik dan ingin melihat bagaimana keseharian perempuan yang puitis ini bisa menonton film yang berdurasi 2 jam ini. Dari film ini dapat dilihat kehidupan sehari-hari penulis asal amerika ini.

Post a Comment

0 Comments