IMPIANNEWS.COM (Beijing).
Tiongkok pada Selasa (12/5) merilis daftar 79 jenis barang dari Amerika Serikat(AS) yang akan dibebaskan dari tarif impor tambahan. Pengumuman daftar tersebut dilakukan satu hari setelah AS mengesampingkan negosiasi ulang kesepakatan perdagangan kedua negara, sebelumnya.
Daftar jenis barang yang diunggah secara online oleh Komisi Tarif Bea Cukai, Dewan Negara Tiongkok, itu mencakup produk desinfektan medis, bijih logam tanah jarang, dan beberapa wafer silikon yang digunakan dalam industri elektronik.
Namun, tidak disebutkan berapa banyak Tiongkok telah mengimpor produk-produk tersebut tahun lalu.
“Barang-barang itu akan dibebaskan dari tarif perang dagang sejak 19 Mei hingga satu tahun ke depan, dan tarif yang telah dipungut dapat dikembalikan,” kata komisi itu.
Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump, menyatakan menolak negosiasi ulang kesepakatan perdagangan “Fase 1” AS-Tiongkok. Penolakan itu muncul setelah sebuah surat kabar milik pemerintah Tiongkok melaporkan beberapa penasihat pemerintah di Beijing mendesak pembicaraan baru dan mungkin membatalkan kesepakatan pedagangan.
Trump, yang tengah mempertimbangkan untuk meninggalkan pakta yang ditandatangani pada Januari lalu, mengatakan pada konferensi pers bahwa dia ingin melihat apakah Beijing menyetujui kesepakatan untuk meningkatkan pembelian barang AS secara besar-besaran.
“Tidak, tidak sama sekali. Bahkan sedikit pun tidak,” kata Trump ketika ditanya apakah dia akan menyetujui gagasan pembicaraan ulang kesepakatan fase 1.
Dia mengatakan tidak tertarik untuk berunding lagi karena telah menandatangani kesepakatan.
“Saya telah mendengar itu, mereka ingin membuka kembali pembicaraan perdagangan, untuk membuat kesepakatan yang lebih baik bagi mereka,” kata Trump.
Perjuangan Tiongkok
Diketahui, Tiongkok telah mengumumkan pembebasan tarif impor tambahan terhadap 65 produk AS, termasuk suku cadang pesawat terbang dan peralatan medis, yang berlaku selama satu tahun dimulai pada 28 Februari 2020.
Perkembangan ini terjadi ketika Tiongkok tengah berjuang atas gangguan rantai pasokan dan kejatuhan ekonomi akibat Covid-19, yang semakin memperarah ketegangan negara itu dengan AS. SB/AFP/AR-2