Fenomena Caleg Frustasi Akibat Sistem Kapitalis Demokrasi

Oleh: Siti Maryam
(Muslimah Pemerhati Umat)

IMPIANNEWS.COM

Kekalahan sejumlah Caleg pada Pileg berdampak tekanan pada timses. Seperti baru-baru ini, di daerah Cirebon Jawa Barat, dua timses mengalami tekanan hebat hingga harus mengambil kembali amplop yang sudah diberikan kepada warga pada sabtu sore. Sementara itu, oknum timses salah satu caleg di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat melempar rumah tim sukses caleg lawan karena diduga melakukan kecurangan.

Belum lagi, dua orang timses caleg di Kabupaten Cirebon yang datang di pelataran Padepokan Al Busthomi. Timses salah satu Caleg ini depresi usai calonnya yang digadang-gadang meraih suara tinggi justru keok dan anjlok. Bahkan dua kali pemilihan ini ia gagal mengantarkan calonnya duduk di kursi Legislatif tingkat Kabupaten.

Sungguh sangat disayangkan, akibat dari pemilihan kekuasaan banyak masyarakat ikut mengalami dampak negatifnya. Karena Dalam demokrasi, siapa yang banyak uang dia yang berkuasa.

Kasus-kasus tersebut merupakan salah satu dari sekian banyaknya kasus yang tidak mencuat di media sosial, karena pada faktanya di daerah yang lain pun mengalami hal yang serupa. Bahkan dikabarkan bahwa ada penarikan paving oleh salah satu calon Legislatif. Paving block tersebut ditarik kembali setelah sempat dikirim menggunakan truk untuk pembangunan salah satu jalan di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur.

Miris, beginilah potret buruk masyarakat yang saling bersaing untuk mengantarkan calegnya pada kursi kekuasaan. Meskipun mereka harus kesana kemari membujuk dan membajak masyarakat agar ikut memilih caleg yang mereka gadang-gadangkan dengan yakin dan pasti. Namun mereka tidak mempersiapkan diri untuk menerima kekalahan. Walhasil ketika kekalahan itu terjadi, akhirnya mentalnya yang menjadi korban. Naasnya, masyarakat saat ini memiliki pandangan siapa yang memberi paling banyak maka dia akan mendapatkan suaranya. Akhirnya para caleg rela merogoh kocek yang tidak sedikit agar bisa mendapat suara terbanyak dari masyarakat sekitarnya.

Begitulah kekuasaan dalam sistem Kapitalis Demokrasi yang membuat pelakunya menghalalkan segala cara, agar bisa mendapatkan suara terbanyak dari masyarakat. Karena dalam Sistem ini suara rakyat adalah suara Tuhan. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh ketika banyak sekali korban yang depresi, bahkan kehilangan nyawanya akibat dari pesta rakyat yang kemarin digelar.

Karena kebobrokan sistem inilah yang menjadikan masyarakatnya rela menjual hak suaranya demi mendapatkan uang. Apalagi saat ini kebutuhan pokok mengalami kenaikan tinggi sementara pemasukan tidak cukup untuk memenuhinya. Alhasil ketika ada yang memberi, mereka merasa sah-sah saja untuk menerimanya dengan dalih "ambil saja uangnya, pilihannya tergantung nanti".

Sungguh sangat jauh berbeda dengan sistem Islam. Seluruh tatanan aturannya sangat menyejahterakan umatnya, apalagi dalam masalah pemilihan seorang penguasa.

Seperti yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. dalam pemilihan seorang pemimpin, khalifah atau gubernur sangat mudah dan praktis. Tidak membutuhkan waktu yang banyak, tidak mengeluarkan dana yang sangat besar, dan tidak pula banyak mengganggu mental umatnya. Karena pemilihannya berdasarkan metode pembai'atan. Umat dapat langsung memilih pemimpin tersebut. Atau umat hanya mewakilkan kepada seseorang untuk membaiat calon pemimpin tersebut. Sedangkan untuk pemilihan wakil rakyat, dipilih calon yang menjadi representasi umat. Biasanya mereka merupakan tokoh-tokoh yang alami hidup dan berada di tengah masyarakat. Sehingga tidak butuh dana besar untuk kampanye, karena mereka sudah menjadi bagian masyarakat. Tugas wakil rakyat di dalam Islam tidak mencakup pembuatan perundang-undangan.

Selain itu, pemimpin yang ditunjuk harus memiliki kriteria sesuai dengan Islam, bukan berlandaskan paling banyak memiliki materi. Oleh karenanya, dalam Islam tidak ada istilah timses yang membantu untuk meraih suara rakyat, karena dalam Islam suara rakyat bukanlah suara tuhan. Mereka dipilih sesuai kemampuan dan kriteria yang sesuai dengan Islam, dan yang paling penting adalah memiliki kesadaran penuh bahwa kekuasaannya hanya sebatas pelayanan bagi umat yang berada di bawah kepemimpinannya. 

Begitulah Islam yang sejatinya Rahmatan lil a'lamin bagi seluruh manusia. Yang senantiasa menjaga umatnya dari perbuatan yang melanggar aturan Allah Swt. Namun penjagaan ini belum kita dapatkan pada saat sekarang, karena sistem Islam tidak lagi dipakai oleh umat manusia. Sehingga banyak masyarakat yang berprilaku menyimpang dari aturan Allah Swt.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita kembali menegakkan Islam. Karena hanya Islam saja yang mampu menjadi perisai hakiki bagi manusia. Menjaga akidah, iman, dan juga perilaku manusia dari perbuatan keji dan munkar.

Wallahua'lam bishawab

Post a Comment

0 Comments