Suramnya Mitigasi Bencana di Negeri Kaya Bencana

Oleh: Siti Maryam
(Muslimah Pemerhati Umat)

IMPIANNEWS.COM

Beberapa hari yang lalu, berbagai bercana alam terus-menerus terjadi di Indonesia, seperti longsor, gempa bumi, banjir dll. 

Seperti dilansir dari cnnindonesia.com pada hari Kamis (6/7) terjadi luapan sungai sehingga  ribuan rumah di Kecamatan Luwuk, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terendam banjir imbas luapan air sungai Kokat. Banjir terjadi setelah hujan lebat dari sore hingga malam hari. 

Menurut letkol Czi Eko Cahyo Setiawan wilayah yang terdampak paling parah adalah dusun Kalbir, Desa Emang Lestari. Ada 1,370 rumah warga yang terendam air dengan ketinggian 50 centimeter. Banjir juga mengakibatkan 28 ton pupuk urea milik warga terendam. Stok sembako warga pun turut terendam.

Selain itu, Banjir dan longsor juga melanda beberapa titik di wilayah selatan Kabupaten Malang. Akses jalan Malang-Lumajang terputus akibat longsor. Jembatan terputus di perbatasan kedua daerah tersebut. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang menginformasikan bahwa banjir merendam Desa Sitiarjo dan Sidoasri di Kecamatan Sumbermanjing wetan serta Desa Pujiharjo di Kecamatan Tirtoyudo. Sementara longsor terdapat di Desa Lebakharjo Kecamatan Ampelgading. 

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD kabupaten Malang Sadono Irawan menyatakan, belum menghitung nilai kerugian akibat bencana. Banjir di Sitiarjo sebenarnya tidak separah tahun lalu. Sitiarjo merupakan salah satu desa di kawasan pesisir Selatan yang rawan banjir. Seperti peristiwa-peristiwa sebelumnya, banjir di Sitiarjo kali ini diakibatkan oleh air Sungai Penguluran yang membelah desa itu. Hujan dengan Intensitas sedang-deras semalaman membuat debit air di hulu sungai meluap.

Dampaknya air menggenangi jalanan dan masuk ke sejumlah rumah warga di dusun Krajan Kulon, Krajan Tengah, Krajan Wetan dan Rowo Terate. Akses jalan pun dilaporkan tergenang dengan ketinggian 20-15 sentimeter tergantung pada kontur tanah.

Sementara itu banjir lahar dingin gunung Semeru yang beberapa waktu lalu menerjang beberapa desa di wilayahnya. Sementara diketahui bahwa banjir lahar dingin gunung Semeru ini terjadi usai hujan deras dengan intensitas tinggi mengguyur lereng tertinggi di Jawa itu, Akibatnya debit air di daerah aliran sungai lahar gunung Semeru meningkat dan menerjang jembatan juga meluber hingga ke jalan. Wargapun terpaksa mengungsi. Karena banjir lahar dingin yang menerjang rumah-rumah warga di pinggiran sungai. Himbauan pun terus digencarkan, bahkan bupati Lumajang pun menetapkan status darurat di daerah tersebut.

Minim Mitigasi 

Begitulah negeri kita tercinta ini, yang terus menerus dilanda bencana alam yang tak kunjung usai. Bencana alam seperti banjir, longsor, gempa bumi, tsunami dll. Merupakan ketetapan dari sang pencipta yang tidak bisa ditolak keberadaannya. Baik itu sebagai ujian atau bahkan peringatan. Namun sebagai manusia kita memiliki andil dalam menjaga keamanan dan keselamatan kita, bahkan Negaralah yang wajib memberi keamanan bagi setiap individu masyarakatnya. Namun hal ini tidak kita dapatkan dari sistem sekuler kapitalis. Negara tak cukup mampu menyelamatkan nyawa masyarakat yang terkena dampak bencana alam. 

Kita sadari bahwa saat ini teknologi sangatlah canggih. Pemerintah seharusnya bisa lebih banyak lagi menyediakan sebuah teknologi yang bisa digunakan untuk mendeteksi akan terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami dll. Sehingga masyarakat bisa waspada dengan kondisi alam yang sedang tidak baik-baik saja. Nyatanya banyak terjadi kelalaian dalam mendeteksi terjadinya bencana alam. Entah itu karena bendanya tidak berfungsi dengan baik, atau bahkan bisa hilang tanpa diketahui seperti yang pernah terjadi di Indonesia. 

Selain itu, patut kita sadari bahwa bencana alam pun ada yang disebabkan oleh ulah tangan manusia, seperti banjir. Bisa kita lihat di sekeliling kita. Sampah limbah plastik berserakan dimana-mana. Tak ada solusi untuk mengatasi masalah sampah yang menggunung ini. Karena kerakusan para pemilik modal yang memproduksi barang baik itu makanan, minuman, deterjen, sabun, dll. dalam bentuk kemasan plastik. Akhirnya memproduksi barang dalam jumlah yang banyak tanpa memberi solusi tentang mendaur ulang plastik tersebut. Agar tidak menjadi limbah sampah yang menjadi penyebab terjadinya banjir. Dan kita sadari bahwa ketika plastik ini dibakar, maka asapnya pun akan mencemari udara. Dan ketika sampah ini di kubur, maka butuh waktu 100 tahun agar bisa hancur. Lalu bagaimana dengan sampah-sampah plastik yang terus di produksi oleh pabrik-pabrik tersebut?

Begitulah dalam sistem sekuler. Para pemilik modal diberikan kebebasan untuk memproduksi barang tanpa mau tahu dampak yang akan terjadi pada lingkungan akibat limbahnya. Pada akhirnya rakyat sendirilah yang harus menjadi korban kehilangan harta atau jiwanya. 

Begitupun dengan para korban bencana, sungguh sangat minim dalam penanganannya. Banyak masyarakat korban bencana alam yang kesulitan  ketika harus mengungsi ke tempat aman. Karena harta mereka telah habis maka mereka tak memiliki sandang atau pangan untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga ada yang mengalami kelaparan, kurang gizi, sakit dll. Demikianlah akibat kurangnya pasokan bansos bagi mereka yang terkena dampak bencana.

Tak hanya itu. Gempa bumi yang sering kali terjadi, tidak lepas dari campur tangan manusia. Sumber daya alam yang terlalu banyak dikeruk sampai habis, pada akhirnya menyebabkan pergeseran bumi. Hal ini nyatanya sering terjadi tanpa kita sadari. Para oligarki mengambil mengeruk sumber daya alam tanpa mempedulikan dampaknya. Dan lagi-lagi rakyat juga yang menjadi korbannya. Dan penyebab utamanya lagi-lagi karena sistem sekuler yang memberi kebebasan kepemilikan bagi setiap individu.

Selain itu, banyak juga para oknum yang memanfaatkan kondisi bencana alam ini untuk merauk keuntungan bagi mereka sendiri, dengan dalih meminta bansos untuk korban bencana alam. Namun akhirnya mereka sendirilah yang mengambil hasil sumbangan untuk korban bencana tersebut.

Sangat miris, begitulah keadaan masyarakat kita ketika berada dalam sistem sekuler. Tak ada jaminan keamananpun dengan sandang dan pangan. Sadar atau tidak, masyarakat hanya mampu bertahan dengan kekuatannya sendiri. 

Hanya Islam Sebagai Solusi

Setiap bencana yang menimpa merupakan qada dari Allah Swt. Namun Allah juga memberikan kekuasaan pada manusia untuk dapat menjaga dan melindungi lingkungan dan alam sekitar kita. Selain itu patut kita sadari bahwa bencana alam yang sering terjadi kemungkinan besar merupakan peringatan dari dari Sang Pencipta. Termasuk setiap perbuatan yang kita lakukan, bukan hanya lalai dalam melindungi alam sekitar. 

Kemaksiatan merajalela dimana-mana bahkan tidak dapat lagi terhitung jumlahnya. Dari mulai perzinahan, mengkonsumsi barang-barang haram, melakukan transaksi riba, pencurian, pergaulan bebas, korupsi, saling fitnah, bahkan sampai mencampakkan hukum-hukum Allah Swt di muka bumi ini. Maka bukan hal yang aneh ketika bencana alam terus-menerus menimpa negeri kita tercinta ini.

Dalam masa kekuasaan  Khulafaur Rasyidin, Madinah pernah mengalami goncangan bumi. Namun pada masa itu Khalifah Umar memukulkan tongkatnya ke tanah dan berkata agar bumi segera berhenti bergetar. Lantas beliau pun mencari sumber utama bencana itu. Ternyata berupa kemaksiatan yang dilakukan oleh penduduknya. 

Begitulah kita sebagai manusia, seharusnya mencari sumber utama dari bencana alam ini. Nyatanya kemaksiatan di negeri kita tak kunjung usai. Pemimpin dan masyarakat harus mulai berkaca bahwa kita sudah mencampakkan hukum-hukum Allah yang seharusnya kita terapkan saat ini. Karena hanya hukum Allah sajalah yang dapat menyelamatkan kita di dunia dan akhirat kelak. Kemudian kita cabut sumber masalah dan menggantinya dengan solusi yang hakiki. Yaitu mengganti sistem sekuler dengan sistem Islam. Karena hanya Islam saja yang diridai oleh Allah Swt. dan dapat memberikan keamanan bagi setiap individu masyarakatnya.

Wallahualam bishawab.

Post a Comment

0 Comments