Trump Kembali Peringatkan Iran

Presiden AS kembali mengeluarkan peringatan pada Iran terkait ancaman nuklirnya dan menyebut ancaman itu akan jadi masalah besar jika tak segera dituntaskan.
IMPIANNEWS.COM (WASHINGTON DC). 
Pre­siden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Rabu (3/7) memperingatkan Iran bahwa ancaman nuklirnya bi­sa jadi masalah besar jika tak segera diselesaikan. Peringat­an Trump itu dilontarkan sete­lah Teheran bersumpah untuk melampaui batas maksimum pengayaan uranium yang di­izinkan oleh perjanjian nuklir pada 2015.
“Iran baru saja mengeluar­kan peringatan baru. (Presi­den Iran, Hassan) Rouhani me­ngatakan bahwa mereka akan memperkaya uranium dengan jumlah berapa pun yang mere­ka inginkan jika tidak ada kese­pakatan nuklir yang baru,” cuit Trump di media sosial.
“Hati-hati dengan ancam­an nuklir itu, Iran. Mereka bisa menjadi masalah besar di ke­mudian hari. Lebih besar dari pada yang pernah terjadi sebe­lumnya!” ucap Presiden AS itu.
Ancaman Iran untuk me­lampaui batas maksimum pe­ngayaan uranium merupakan realisasi dari tanggapan per­ingatan yang dikeluarkan pa­da 8 Mei lalu dimana Iran akan menangguhkan bagian-bagian dari perjanjian nuklir 2015 se­hubungan dengan diberlaku­kannya kembali sanksi oleh Trump, setelah AS menarik di­ri dari perjanjian pada Mei ta­hun lalu.
Presiden Rouhani menga­takan bahwa keputusan untuk melampaui batas pengayaan yang efektif berlaku terhitung Rabu lalu itu sebagai tang­gapan atas kegagalan pihak negara-negara lain (Inggris, Tiongkok, Jerman, Russia, dan Prancis) yang meneken kese­pakatan, untuk menepati janji mereka dan memberikan ban­tuan Iran dari sanksi AS.
Pengayaan maksimum yang ditetapkan dalam perjanji­an tersebut cukup untuk pem­bangkit listrik, tetapi jauh di bawah tingkat lebih dari 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.
Dalam penjelasannya, Pre­siden Rouhani menjelaskan bahwa berdasarkan kesepakat­an nuklir 2015, Teheran diwa­jibkan untuk menyingkirkan inti dari reaktor di Arak dan menutupnya dengan beton pa­da Januari 2016. Kewajiban itu bisa diabaikan setelah 7 Juli ji­ka tak ada komitmen dari pihak negara-negara lain
“Kami akan kembali memu­lihkan reaktor air berat Arak se­perti sedia kala,” ancam Rou­hani. “Itu artinya kondisinya seperti kalian sebut bahaya dan bisa memproduksi pluto­nium,” imbuh dia.
Perlawanan Aktif
Pada bagian lain, Iran pada Kamis (4/7) mengatakan bah­wa perlawanan aktif akan men­jadi penangkal peringatan Pre­siden Trump atas komitmen Teheran terhadap kesepakatan nuklir 2015.
“Dengan mundur dari ke­sepakatan nuklir, Trump telah merusak jalur diplomasi. Perla­wanan terbaik terhadap semua ancaman ialah perlawanan ak­tif,” kata juru bicara Dewan Ke­amanan Nasional Tertinggi Iran, Keyvan Khosravi.
“Iran bertekad maju terus de­ngan rencana mengurangi ko­mitmen nuklirnya berdasarkan kesepakatan,” imbuh Khosravi
Sementara itu Menteri In­telijen Iran mengatakan Tehe­ran dan Washington DC dapat menggelar pembicaraan hanya jika AS menghentikan sank­si mereka dan otoritas terting­gi Iran memberikan lampu hi­jau pembicaraan antara musuh bebuyutan tersebut.
“Mengadakan pembica­raan dengan Amerika dapat dipertimbangkan oleh Iran ha­nya apabila (Presiden) Trump mencabut sanksi dan pemim­pin tertinggi kami mengizinkan pembicaraan semacam itu,” ka­ta Mahmoud Alavi seperti diku­tip dari kantor berita IRNA.
“Amerika takut pada kekuat­an militer Iran, itulah sebabnya mereka memutuskan untuk membatalkan serangan terha­dap Iran,” imbuh Alavi.
Trump pada Juni lalu me­ngatakan bahwa ia memba­talkan serangan militer untuk membalas penembakan drone pengintai AS oleh Iran pada 20 Juni.AFP/Ant/AlJazeera/I-1