Pernyataan Muzakir Manaf, Isu Referendum Dihembuskan Sebagai Dinetron Politik.

Pernyataan Muzakir Manaf alias Mualem mengenai referendum mendapat reaksi dari berbagai pihak, salah satunya reaksi datang dari tokoh Aceh Muhammad Nazar

IMPIANNEWS.COM (Banda Aceh).

Pernyataan Muzakir Manaf alias Mualem mengenai referendum mendapat reaksi dari berbagai pihak, salah satunya reaksi datang dari tokoh Aceh Muhammad Nazar, menurut pandangannya, isu referendum yang dihembuskan sebagai sinetron politik.

Menurutnya ajakan referendum yang disuarakan Mualem, lebih kepada adanya kekecewaan dan depresi sosial politik para pendukung fanatik Prabowo dan itu tidak bermanfaat sama sekali untuk perbaikan Aceh, bahkan jika dipaksakan dan dipropagandakan secara berlanjut justru merugikan Aceh.

Isu referendum menurutnya ada kepentingan pribadi, kekecewaan dan bisa ditunggangi, "Kita tidak pernah berharap lagi ada tokoh Aceh yang direkayasa orang lain untuk jualan isu perjuangan demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dengan elit pemerintah di daerah maupun di pusat," katanya.

Tak hanya itu mantan Koordinator Sentra Informasi Referendum Aceh (SIRA) tersebut meminta semua pihak, terutama politisi agar tidak menjebloskan rakyat Aceh ke dalam sumur tua dengan harapan rakyat Aceh tidak terjebak lagi dalam permainan orang lain.

Namun pernyataan tersebut mendapat tanggapan dari mantan Wakil Ketua Pemuda Aceh Selatan (PAS) Fajriel Darmi, menurutnya tanggapan Muhammad Nazar sebagai bentuk mulai terkikisnya nilai-nilai perjuangan ke Acehan di dalam dirinya, seharusnya tak perlu menunjukkan sikap yang terlalu sensitif terkait isu referendum.

Fajriel juga menyebutkan semestinya Muhammad Nazar memberikan masukan-masukan kepada rakyat agar referendum itu berjalan damai dan demokratis sesuai yang termaktub di dalam konstitusi.

Sementara mantan aktivis SIRA 98, T. Said Machdy menyebutkan apa yang dikatakan terhadap Muhammad Nazar bukan seperti yang dipikirkan, isu referendum sekarang berbeda dengan masa dulu.

Proses referendum sekarang dengan masa lalu sangat jauh berbeda, dulu referendum itu dibangun atas kesadaran semua masyarakat Aceh, yang notabennya menginginkan agar referendum itu dilakukan untuk memilih bersama NKRI atau hidup mandiri.

"Tetapi hari ini kita melihat agendanya tidak seperti itu, makanya Muhammad Nazar bukan tidak mendukung, apalagi itu hal yang bersifatnya hak asasi manusia, "tuturnya kepada media ini. Jum'at (31/5/2019).

"Makanya isu referendum saat ini memang tidak bisa didukung karena arahnya bukan atas kemanusiaan," tambahnya.

Menurut mantan aktivis SIRA 98 itu, persoalannya isu referendum saat ini, ada kepentingan-kepentingan nasional yang dibalut dengan kekuasaan, makanya Muhammad Nazar tidak mau terlibat dalam kekotoran ini, karena dia tidak mau masyarakat Aceh ini hancur.

"Seperti pernyataan Bg Nazar mengenai mon tuha (sumur tua) itu maksudnya kita tidak mengiginkan lagi masuk ke dalam lembaran kepahitan, hanya gara emosional yang tak terkendali, hanya nafsu sesaat, karena memperjuangkan referendum itu bukan hal yang sederhana," ujarnya.

Selain itu Said mengaku kedewasaan dan kepahaman Muhammad Nazar terhadap referendum, karena ia sebagai pelaku, beliau sudah mampu melihat lebih jauh segala bentuk hal yang berhubungan dengan referendum.

Menurutnya, kehidupan masyarakat Aceh saat ini sudah mulai bangkit dan menuju perubahan yang lebih baik, perekonomian masyarakatpun membaik tidak seperti dulu, namun itu semua butuh proses untuk mencapai semakin lebih baik.

"Dulu kita tidak bisa berbuat apapun, konflik ada dimana-mana, kemiskinan sudah merata, tetapi hari ini sudah mulai bangkit walaupun masih banyak kendala-kendala di lapangan namun itu adalah proses untuk mencapai perubahan," katanya.

"Saya pikir Bang Nazar tidak sedikitpun membenci referendum itu, persoalannya dia tidak mau menjadi sebuah alat untuk kepentingan seseorang dan kelompok, masak masyarakat Aceh mau dikorbankan lagi, masyarakat Aceh saat ini sudah menemukan haknya," tutupnya. (nz)