Catatan Yal Aziz, "Anak Nagari Kuciang Aie di Pilwako Padang"


IMPIANNEWS.COM

ANAK Nagari Kota Padang yang populer juga dengan sebutan anak PAPIKO atau Padang Pinggir Kota, hanya punya dua pilihan di Pilwako Padang, yakni memilih pasangan Emzalmi-Desri Ayunda dengan nomor urut 1 atau Mahyeldi-Hendri Sapta nomor urut 2. Kenapa? 

Karena hanya dua pasangan inilah yang punyo mantagi untuk maju di Pilwako Padang yang pemilihannya akan berlangsung, 27 Juni, 2018 mendatang.

Kedua pasangan ini, baik Emzalmi-Desri Ayunda atau Mahyeldi-Hendri Sapta sudah sama-sama melakukan kampanye dengan berbagai dinamikanya. Bahkan segala cara dan upaya telah mereka lakukan, termasuk berbagai dugaan money politik yang dibungkus dengan berbagai istilah.

Khusus bagi anak nagari atau anak Padang pinggiran, yang sudah tujuh turunan berdomisili di Kecamatan Pauh, Lubuk Kilangan, Lubuk Bagalung, Koto Tangah, Nanggalo tentu punya cerita lain dan berbeda dengan anak nagari Kecamatan Padang Selatan, Padang Barat, Padang Timur, dan Bungus Teluk Kabung. 
Bagi anak nagari Kecamatan Pauh, Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung dan Kecamatan Koto Tangah, mereka ada yang menyebutkan mereka sebagai anak nagari Kota Padang pinggiran. 

Istilah itu muncul karena mereka punya pandan perkuburan dan masih memegang ketat tradisi leluhurnya, baik untuk pesta pernikahan, maupun untuk berlangsungkawa jika ada sanak familynya yang meninggal dunia.

 Khusus bagi perantau yang dari Piaman Laweh dan Pesisir Selatan, walaupun mereka sudah dari neneknya menjadi warga Kota Padang, tapi mereka tersebut masih taat dan kuat memegang budaya leluhurnya, baik dalam pesta perkawinan, maupin tradisi meninggal dunia. 

Yang hebatnya kini, warga masyarakat yang leluhurnya dari Piaman Laweh dan Pesisir Selatan, tapi mereka telah mengklim pula sebagai orang Kota Padang. Bahkan, mereka akan tersinggung kalau dikatakan tidak orang Kota Padang. 

Kini terlepas dari asal usul nenek moyangnya mereka, secara fakta memang mereka itu orang Kota Padang Tercinta. Fakta ini, tentu berpengaruh terhadap Pilwako Kota Padang dan fakta ini tentu pula kian membuat persaingan kandidat Calon Walikota Padang kan seru.

Secara fakta politik, pasangan nomor urut 1, Emzalmi-Desri, menegaskan mereka orang Padang Pinggiran. Emzalmi dari Kecamatan Kuranji dan Desri Ayunda Tabing Koto Tangah. Keduanya sama-sama punya pandan perkuburan di nagari asalnya.

Peluang pasangan Emzalmi dan Desri Ayunda hanya di Kota Padang ini. Soalnya sangat tak mungkin Emdes maju di Pilwako Padang Panjang, Bukittnggi, Kota Sawahlunto dan Kota Payakumbuh. Kenapa? Karena  sosok jeraminya di Padang pinggiran.

Begitu mereka maju selain Kota Padang, masyarakat langsung bertanya sosok jeraminya. Jadi, anak Padang pinggiran hanya punya peluang di Kota Padang. 

Kaluan maju di daerah lain, mari bertanya kepada rumput yang bergoyang.
Kemudian pasangan Mahyeldi-Hendri Sapta, disebut pendatang. Kenapa? Karena Mahyeldi orangtuanya bersal dari Agam dan Hendri Sapta orang tua perempuannya dari Padang Panjang dan orang tua laki-lakinya dari Lubuk Kilangan. Keduanya disebut pendatang.

Kini terlepas dari asal usulnya itu, yang jelas keduanya maju sebagai kandidat calon Walikota Padang, yang finalnya, 27 Juni 2018 medatang. 

Khusus bagi calon pemilih, tentu kita bisa juga menduga, kalau yang bersangkutan tidak orang partai politik pengusung kandidat, tentu keikut sertaannya memilih pasangan Mahyeldi-Hendri Sapta patut dicurigai. Kenapa? Karena secara budaya mereka satu tumpak dengan anak nagari Padang pinggiran, tapi kenapa berbeda pilihan ?. Untuk itu  wajar jika mereka ini disebut KUCIANG AIA.  

Jadi kini, banyak anak nagari yang lah jadi KUCIANG AIA. Kepentingan mereka hanya perut, perut dan perut. Bravo KUCIANG AIA. (penulis waratwan tabloidbijak dan padangpos.com)