Tolak Israel Bela Palestina

Oleh: Siti Maryam
(Ibu Rumah Tangga)

IMPIANNEWS.COM

Pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Indonesia akhirnya dibatalkan FIFA. Kehadiran tim sepak bola Israel menjadi pemicu kontroversi di tanah air. Sejumlah kalangan secara terang-terangan menyampaikan penolakan kehadiran tim itu.

Aksi penolakan kehadiran tim Israel di Piala Dunia U-20  bermunculan. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH. Muhyiddin Junaidi, Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqig, Partai Keadilan Sejahtera PKS hingga ormas yang selama ini mendorong kemerdekaan Palestina telah mendesak pemerintah agar berani mengambil sikap, dengan menolak kehadiran delegasi Israel di Piala Dunia U-20.

Alih-alih penolakan itu, Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terus melakukan persiapan. Deputi lll Kemenpora, Raden Isnanta mengatakan pemerintah Indonesia selaku tuan rumah berkewajiban menyediakan fasilitas sesuai standar organisasi sepak bola dunia FIFA. Hal lain tergantung sepenuhnya pada FIFA sendiri.

Sejumlah kepala daerah, organisasi masyarakat dan organisasi keagamaan ini menyatakan menolak kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20 yang rencananya digelar di enam provinsi, meliputi DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.

Penolakan mereka merujuk pada berbagai alasan yang utamanya bersumber dari pendudukan Israel di Palestina dan komitmen Indonesia mendukung kemerdekaan setiap bangsa sebagaimana diatur konstitusi. 

Berikut beberapa tokoh dan institusi yang terang-terangan menolak kedatangan Timnas Israel U-20 ke Indonesia yaitu, PDIP, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Bali I Wayan Koster, persaudaraan Alumni 212, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Namun respon pemerintah meminta agar semua pihak tidak mencampuradukkan politik dan olahraga dan melihat secara jernih persoalan ini. Indonesian tidak menggugurkan sikap dan pemikiran memperjuangkan hak kedaulatan negara Palestina meskipun menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 yang dihadiri Israel.

Butuh Sikap Tegas Pemerintah 

Banyaknya penolakan dari berbagai pihak seharusnya diperhitungkan oleh pemerintah Indonesia. Meskipun menjadi tuan rumah adalah cita-cita besar Indonesia, tetapi nyatanya membela Palestina jauh lebih penting dari hal tersebut.

Beberapa sebab penolakan ini terjadi salah satunya akibat kesalahan Israel sendiri. Juru bicara aksi penolakan delegasi Israel di Solo, Endro Sudarsono juga mengatakan banyaknya pihak menolak kedatangan Timnas Israel merujuk pada sikap Presiden RI Soekarno yang melarang tim Indonesia melawan tim Israel dalam Kualifikasi Piala Dunia tahun 1958 di Yugoslavia, dan menolak tim Israel dalam Asian Games tahun 1962 di Jakarta. Menurutnya penolakan ini juga tidak melanggar konstitusi. Ditambah lagi dengan tidak adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel.

Meskipun diketahui bahwa ketika Indonesia menolak kedatangan tim nasional Israel, besar kemungkinan akan dikenai konsekuensi dari FIFA karena Indonesia yang sudah berkomitmen menerima semua negara peserta Piala Dunia U-20 tanpa terkecuali. Namun hal tersebut tidak sebanding dengan penderitaan yang di alami oleh saudara muslim kita di Palestina. 

Israel merupakan negara yang terus menerus menggempur Palestina dengan serangan-serangannya yang brutal terhadap kaum Muslim di Palestina. Akibat hal tersebut, banyak negara yang mengutuk perilaku Israel terhadap Palestina begitu juga Indonesia. Sejalan sikap bung Karno terhadap Israel memutus setiap celah yang bisa menghubungkan dengan Israel termasuk dalam masalah olahraga.

Hal ini menjadi dilema besar bagi Indonesia. Di satu sisi cita-cita besar menjadi tuan rumah. Sehingga banyak yang masih ingin mempertahankan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Di sisi lain keuntungan ekonomi yang akan didapatkan bagi Indonesia pun akan sirna. Karena ketika Indonesia menjadi tuan rumah dalam turnamen Piala Dunia secara otomatis akan banyak para wisatawan dari mancanegara yang datang ke Indonesia. Sehingga tempat pariwisata, penginapan dan hotel akan banyak dikunjungi oleh para turis penonton turnamen Piala Dunia ini. Namun perhitungan ekonomi tidaklah sebanding dengan pembelaan terhadap Palestina.

Sejak awal seharusnya memilih menutup celah hubungan dengan Israel. Karena Indonesia sudah memiliki prinsip akan mendukung kemerdekaan Palestina. Tanpa memperhitungkan untung rugi bagi Indonesia. Karena negara Palestina merupakan negara yang sejatinya mempertahankan tanah suci kaum muslimin. Palestina merupakan negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Kita sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar seharusnya membantu menyelamatkan tanah Palestina sebagai tanah suci kaum muslimin. Tidak hanya mengutuk dan memutus hubungan apapun dengan Israel. Namun lebih dari itu, seluruh kaum muslimin seharusnya turun tangan menyelamatkan Palestina.

Inilah wajah buruk kapitalisme sekuler, kaum Muslim tersekat-sekat oleh ide nasionalisme, sehingga mereka terpisah dari bagian tubuh lainnya.

Butuh Negara Pemersatu Sebagai Perisai

Banyaknya pihak yang menolak kedatangan tim nasional Israel setidaknya membuktikan masih adanya kepedulian kita sebagai sesama muslim terhadap Palestina. Bayangkan betapa bahagianya saudara kita di Palestina melihat sikap kita terhadap Israel. Mereka akan sangat berterimakasih karena masih ada negara yang membela mereka meskipun hanya dengan menolak kedatangan Israel. Apalagi ketika seluruh kaum muslimin turun tangan sendiri membantu melawan negara Israel.

Disinilah terbukti bahwa kaum muslim membutuhkan Daulah Islam untuk mempersatukan kaum muslim yang sudah lama tersekat oleh nasionalisme. Terjadi kekisruhan di Indonesia antara pihak yang ingin terus mempertahankan Indonesia menjadi tuan rumah dengan pihak yang meminta untuk menolak kedatangan tim Israel. Meskipun pada akhirnya FIFA sendiri membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah sebagai konsekwensi yang harus ditanggung oleh Indonesia. Namun hal tersebut tidak lebih buruk dari membolehkan Israel ke Indonesia.

Dalam sistem Islam seluruh kaum muslim bagaikan satu tubuh. Ketika satu bagian tubuh merasakan sakit maka seluruh tubuh lain juga merasakan sakit. Begitulah seharusnya kita merasa tersakiti ketika saudara muslim kita tersakiti. Kita mencoba untuk membela, melawan dan menyelamatkan mereka dari cengkraman musuh tanpa mempertimbangkan untung dan rugi.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw bahwa barang siapa yang bangun di pagi hari, tetapi dia tidak memikirkan urusan kaum  Muslim maka dia bukan termasuk golongannya. Bayangkan bagaimana kelak Rasulullah tidak mengakui kita sebagai umatnya? Lalu apa yang bisa kita lakukan tanpa syafaat darinya?

Oleh karena itu, kita hanya membutuhkan sistem Islam untuk menyatukan seluruh kaum muslim dan menyelamatkan kaum muslim lainnya dari kejahatan musuhnya. Yaitu negara yang menerapkan seluruh aturan Allah SWT tanpa terkecuali. Negara yang diperhitungkan oleh musuh sehingga mereka tidak akan berani menyakiti seorang muslim. Negara yang sejatinya selalu terdepan menjadi perisai demi keselamatan kaum muslim. Seperti yang sudah kita saksikan dalam sejarah 13 abad lamanya Sistem Islam memimpin dunia, menjadi pusat peradaban yang diakui dunia, dan sangat ditakuti oleh musuh.

Negara Islam yang saat ini dibutuhkan kaum Muslim untuk menyelamatkan kehormatannya, yaitu negara Khilafah Islamiyah yang akan menjadi Rahmat bagi seluruh alam semesta. Rasulullah saw. bersabda, "... kemudian akan kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian." Kemudian beliau diam. 

Wallahua'lam biashawab.

Post a Comment

0 Comments