Asthabrata: Falsafah Kepemimpinan dari Naskah Kuno

Oleh: Puteri Agustefanni
(Mahasiswi Sastra Indonesia Unand)

IMPIANNEWS.COM

Indonesia adalah negara dengan sejarah panjang yang sudah melawati berbagai masa dengan dipimpin oleh figur yang berbeda-beda. Pada sejarah panjang yang kita telah lewati itu, dapat terlihat, bagaimana kita dipimpin oleh pemimpin yang berbeda-beda. Secara garis besar, pemimpin adalah seseorang yang bertanggung jawab secara penuh untuk memberi arahan dan dorongan untuk mencapai tujuan bersama. Pengertian lain yang lebih sederhana dari pemimpin adalah  orang yang memimpin kelompok berisi dua orang atau lebih.

Dewasa ini banyak lahir isu-isu tentang aksi demontrasi yang mengkritik pemerintahan dan politik Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwasannya banyak kritik yang lahir ialah kritik-kritik negatif tentang pemerintahan dan pemimpin Indonesia, tetapi ada pula kritik-kritik positif. Begitulah keadaan politik Indonesia saat ini, apakah ada alasan untuk tidak memunculkan pertanyaan dalam benak kita sebagai rakyat Indonesia, mampukah atau bisakah Indonesia melahirkan sosok pemimpin yang bisa menunjang Indonesia menuju kata yang lebih baik? Pertanyaan itu pasti ada di dalam benak kita masing-masing. Pertanyaan siapa dan kapan, sebaiknya simpan saja terlebih dahulu, karena yang paling penting adalah seperti apa pemimpin ideal itu?

Tentu saja, kehadiran sosok pemimpin ideal sangat berpengaruh untuk Indonesia kini, sekarang, dan nanti. Menurut Stephen. P. Robbins (2005) pemimpin ialah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dan memiliki wewenang manjerial. Menurut Richard L. Daft dalam buku The Leadership Experience (7th  edition) Servant Leader merupakan gaya kepemimpinan yang terbalik. Pemimpin yang melayani tidak berfokus terhadap kepentingan diri sendiri melainkan  melayani kebutuhan orang lain, membantu orang lain tumbuh dan berkembang, dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk memperoleh keuntungan material dan emosional. 

Seperti yang sama-sama kita ketahui, Indonesia hari ini, dipimpin oleh pemimpin yang berasal dari suku Jawa. Tak dapat kita pungkiri, bahwa Suku Jawa memiliki pengaruh yang begitu besar dalam sejarah kepemimpinan di Indonesia. Pemimpin Indonesia pasca kemerdekaan, selalu berkaitan erat dengan Suku Jawa. Bahkan saya menemukan ada semacam anekdot, bahwa “selain orang Jawa tidak akan bisa menjadi Presiden di Indonesia”. Hal-hal itu begitu menarik bagi saya, kaitan antara pemimpin bangsa ini dengan Kejawaan.

Ketika membahas tentang Jawa dan kepemimpinan, maka kita perlu membahas Asthabrata, sebuah ajaran yang memuat amanat kepemimpinan ideal, yang mana masih sangat relevan dengan keadaan hari ini ataupun di masa yang akan datang. Amanat Asthabrata, harus dimiliki  oleh seorang pemimpin, meskipun merupakan ajaran yang sangat ‘Jawa’, Asthabrata sepertinya juga harus dimiliki oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin.

Asthabrata merupakan ajaran kepemimpinan yang terdapat dalam cerita Ramayana. Astha berarti delapan dan brata berarti kesetiaan. Asthabrata adalah delapan sifat atau watak dari delapam dewa, yaitu Indra, Yama, Surya, Candra, Bhayu, Kuwera, Baruna, dan Agni. Dari delapan dewa tersebut maka lahirlah istilah Asthabrata, sifat delapan dewa.

Asthabrata ini sangat tersohor dalam masyarakat Indonesia, Khususnya masyarakat Jawa. Bahkan telah diabadikan dalam naskah-naskah kuno, seperti Asthabrata Winedhar atau Serat Astha Lokapala. Amanat yang masih relevan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sesuai ajaran Barata Rama kepada Gunawan Wibisma, seperti:

1. Memberikan kesejukan dan ketenteraman kepada warganya, seperti sifat air

2. Membasmi kejahatan dengan tegas tanpa pandang bulu, seperti sifat malaikat kematian.

3. Memberikan cahaya secara terus-menerus, seperti sifat matahari.

4. Bijaksana, sabar, ramah, dan lembut, seperti sifat bulan.

5. Melihat, mengerti, dan menghayati keadaan seluruh warganya, seperti sifat angin.

6. Memberikan kesejahteraan dan bantuan dana bagi warganya yang membutuhkan, seperti sifat kekayaan/dana.

7. Mampu menampung segala sesuatu yang datang kepadanya, baik keadaan itu menyenangkan maupun menyusahkan, yang menyusahkan diusahakan menjadi baik kembali, seperti sifat Samudra.

8. Gigih dalam mengalahkan musuh dan dapat memberikan pelita bagi warganya, seperti sifat api.

Dengan melihat kondisi masyarakat saat ini, maka nilai-nilai kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting untuk direalisasikan. Coba sekarang kita berandai-andai bahwasannya para pemimpin Indonesia mengemban sifat-sifat yang dianugrahkan dari Asthabrata. Mungkin, tidak ada atau kecil kemungkinan rakyat Indonesia menanyakan kabar Indonesia. Hal-hal demikian dapat dicapai dengan menanamkan nilai-nilai Asthabrata kepada generasi bangsa, salah satunya dalam bidang pendidikan, seperti halnya mengenalkan naskah kuno mengenai Asthabrata kepada generasi-generasi muda.

Nilai-nilai Asthabrata terbukti membawa masa kejayaan pada kerajaan-kerajaan besar di Nusantara. Maka dari itu, ada baiknya jika pemimpin hingga calon pemimpin atau siapa pun dapat mengemban nilai-nilai Asthabrata untuk kepemimpinan sekarang atau yang akan datang.

Post a Comment

0 Comments