"Into The Wood", Cerita Horror Pendek Namun Menakutkan


Oleh: Asyifa Ratu Az-zahra
(Civitas Academica Universitas Andalas)

IMPIANNEWS.COM

Robert Aickman;1968

Into the Wood adalah cerita pendek karangan dari Robert Aickman, seorang penulis berbakat yang memang berfokus pada cerita horror. Ia memulai karir sebagai penulis pada tahun 1954 dengan menerbitkan kumpulan cerita pendek dengan judul We are for The Dark.

Cerita ini menjelaskan tentang karakter utama yang bernama Margareth. Bosan dengan pekerjaan dan kehidupannya, Ia dan suaminya Harry memutuskan untuk pergi mengunjungi negara Sweden untuk jalan-jalan. Margareth menginap di sebuah tempat bernama Kurhus, yang ternyata merupakan sebuah tempat kesehatan yang menampung banyak orang dengan gangguan tidur atau insomnia. Bahkan disana juga terdapat seorang gadis kecil yang tidak pernah tidur seumur hidupnya.

Into the Wood sendiri merupakan salah satu cerita pendek yang terdapat di dalam buku Aickman yang berjudul Sub:Rosa,Strange Tales. Berhubungan dengan terbitnya cerita ini pada tahun 1968, maka dari itu banyak sekali kosakata asing yang berasal dari old english sehingga sedikit sulit untuk dimengerti untuk pemula namun dapat sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan dalam berbahasa inggris. 

Banyak sekali ulasan positif mengenai karya ini yang dapat ditemukan dalam situs goodreads, contohnya adalah salah satu ulasan yang diberikan oleh pengguna Yorgos st lewat akunnya, “dimana letak tombol karya masterpiece yang sempurna? Bahkan tombol 5 bintang pun tidak cukup untuk memberikan penilaian atas karya Aickman ini…” dan serangkaian pujian lain yang Ia tulis untuk mengungkapkan kekagumannya pada karya Aickman. Ulasan ini mendapat banyak dukungan dari pengguna lainnya hingga menunjukkan bahwa cerita ini memang layak mendapat apresiasi serupa, tidak hanya sekedar hiperbola seorang penggemar saja.

Tidak hanya ulasan dari Yorgos, namun cerita ini juga mendapat feedback positif dari seorang pengguna lamanyang sama. Ulasan yang menitikberatkan pada plot twist yang terjadi dalam cerita. Dikutip dari ulasan Quirkyreader dari laman goodreads, “Banyak bagian yang membuat saya bingung dalam cerita ini karena alurnya yang tidak tertebak. Bahkan saya harus mengulang membaca beberapa  kali untuk memastikan bahwa saya tidak melewatkan detail apapun,” Hal ini mengingatkan kepada salah satu plot dalam cerita into the woods di bagian dimana Margareth seperti berkali-kali mengalami hal yang sama padahal sebenarnya tidak. Apabila pembaca kurang teliti, maka hal ini akan menjadi pertanyaan saat melanjutkan bacaan.

Aickman sangat piawai dalam membentuk dan menginterpretasikan karakternya menjadi suatu karakter yang terlihat rumit dari seharusnya. Banyak sekali adegan dimana tokoh pada cerita melakukan hal-hal sederhana, namun dijabarkan dengan rumit yang membuat pembaca bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh tokoh tersebut. Ditambah dengan keadaan dimana Aickaman selalu menyelipkan satire dan sarkasme, contoh dimana ketika Margareth berpikiran romantisme dalam pernikahannya berhubungan dengan caranya berpakaian, memberikan sarkasme terhadap pemikiran orang-orang terkait pernikahan hanya bertumpu pada penampilan Istri.

Beberapa hal dalam cerita ini juga menimbulkan efek ganjil, terutama dalam kutipan “isolated Kurhus by the dense of the wood around them and cut off from normal society,” yang benar-benar sudah dipersiapkan oleh Aickman sebagai topik utama dalam cerita ini, dimana sang tokoh yang bergabung dengan para pengidap insomnia di sebuah rumah penampungan. 

“Dreams...are misleading, because they make life seems real. When it loses the support of dreams, life dissolves”adalah salah satu quote terbaik yang dapat ditemukan di dalam cerita ini. Mungkin orang awam tidak akan menemukan sesuatu yang aneh dari konsep cerita pendek ini, sebagian besar akan berpendapat ini adalah hal yang biasa untuk mengangkat tema cerita Insomnia. Namun dengan kepiawaian Aickman, yang terkenal dengan jeniusnya menyelipkan makna, bisa saja sebenarnya into the wood juga mengusung tema terselubung tentang legenda lama mahluk penghisap darah yang abadi, Vampir.

“No milk. It is black coffee, pure but strong. That fortifies against the power of darkness with which the world is filled,” adalah salah satu kalimat yang ditulis Aickman dalam Into the Wood. Menggambarkan kehidupan sebenarnya di dunia ini, dimana semua kenyataan itu pahit seperti kopi, yang menyukainya akan tetap menikmati, namun yang belum siap dengan pahit tersebut akan menelannya dengan terpaksa.

Meski memiliki konsep menarik yang patut dibaca, cerita ini sedikit sulit untuk dimengerti terutama apabila pembaca tidak fokus. contohnya adalah untuk beberapa halaman awal nama suami dari Margareth adalah Harry, namun di bagian pertengahan sampai akhir cerita berganti menjadi Henry. Entah ini salah cetak atau memang sebuah petunjuk bahwa sebenarnya Margareth mengalami perpindahan dimensi sejak awal dia tinggal di Kurhus?

Kita benar-benar harus fokus saat membaca cerita ini dan memperhatikan setiap detail yang dilakukan oleh tokoh cerita. Aickman sangat jenius dalam memasukkan petunjuk dalam setiap gerak gerik tokoh. Oleh karena itu jika kita tidak membaca dengan baik, maka kita tidak akan paham dengan maksud dari cerita ini.

Dan terakhir berikut salah satu kutipan yang bermakna dalam dari cerita; “Losing one’s way was largely an act of intention”.

Post a Comment

0 Comments