Menilik Toni Morrison, Penulis Afrika-Amerika Pertama yang Meraih Nobel Sastra

Oleh : Afifah Rabiatul Layalia dan Ferdinal
(Civitas Academica Unand)

IMPIANNEWS.COM

Toni Morrison seorang penulis wanita asal Afrika-Amerika pertama yang meraih banyak penghargaan, salah satunya adalah Nobel Prize in Literature. Selain itu, Toni Morrison juga pernah meraih beberapa penghargaan diantaranya; Presidential Medal of Freedom, National Humanities Medal, serta Pulitzer Prize of Fiction. Morrison lahir dengan nama Chloe Ardelia Wofford yang lahir pada 18 Februari 1931 di Lorain, Ohio, Amerika Serikat.

Ia adalah seorang penulis Afrika-Amerika yang sudah menulis banyak karya. Romannya yang berjudul Beloved mengantarkannya memenangkan Penghargaan Pulitzer pada 1988. Pada 1993 ia dianugerahi Hadiah Nobel dalam Sastra, dan merupakan tokoh pertama Afro-Amerika yang menerimanya. Lahir dan dibesarkan di Lorain, Ohio, Morrison lulus dari Howard University dengan gelar BA dalam bahasa Inggris. Ia juga memperoleh gelar master dalam Sastra Amerika dari Cornell University. 

Morrison memulai menulis novel dilatarbelakangi oleh pengalaman orang-orang kulit hitam terutama perempuan di masyarakat Amerika yang tidak adil. Pada tahun 1965, Morrison bekerja sebagai editor di penerbit buku Random House dan menjadi editor senior wanita yang berkulit hitam pertama di departemen fiksi pada tahun 1967. Saat bekerja disana lah Ia memulai mengirimkan manuskrip novel pertamanya berjudul The Bluest Eye ke penerbit yang kemudian diterbitkan pada tahun 1970 ketika Ia berusia 39 tahun. Novel pertamanya ini, menceritakan tentang seorang gadis kulit hitam yang terobsesi menjadi ras kulit putih dan merindukan mata biru. 

Tahun 1973, Morisson menerbitkan novel keduanya berjudul Sula yang menggambarkan persahabatan dua perempuan kulit hitam. Pada tahun 1977, Novel ketiganya berjudul Song of Solomon diterbitkan dan mendapat banyak pujian kritis. Oleh sebab itu, di tahun yang sama Morisson memenangkan Penghargaan Lingkaran Kritikus Buku Nasional dalam bidang fiksi. Tidak hanya sampai disitu, Morrison masih terus menulis karya sastra. Karya sastra selanjutnya yang ia tulis adalah Tar Baby, menggambarkan konflik ras, kelas, dan jenis kelamin di Amerika Serikat. Novel ini diterbitkan pada tahun 1981 dan membuatnya diterima sebagai anggota American Academy of Arts and Letters.

Di tahun 1987, Morrison menerbitkan kembali novel berjudul Beloved, yang terinspirasi dari kisah hidup seorang wanita kulit hitam yang diperbudak. Novel tersebut mengambil setting pasca perang di Ohio, yang menceritakan tentang Sethe, seorang budak yang melarikan diri setelah kehilangan seorang suami dan menguburkan seorang anak yang telah ia bunuh. Dia telah bertahan dari kebiadaban perbudakan selama bertahun-tahun. Sethe berusaha untuk melupakan masa lalunya, tetapi itu membuat dirinya semakin terpuruk tanpa henti. 

Karya sastranya ini membawa Morrison memenangkan hadiah Pulitzer ‘Pulitzer Prize for Fiction’ di tahun yang sama untuk karya fiksi. Kemudian, Beloved dijadikan film yang dibintangi oleh Oprah Winfrey dan Danny Glover satu tahun setelah bukunya diterbitkan. Buku kedua setelah Beloved dalam Trilogi Cinta yang ia tulis adalah Jazz. Terbit tahun 1992, Jazz ditulis dengan gaya meniru ritme musik jazz yang menggambarkan cinta segitiga selama periode Harlem Renaissance di New York City tahun 1920-an. Sekali lagi, karya sastranya ini mendapatkan pujian kritis yang membuat Morrison menjadi wanita kulit hitam Amerika pertama yang dianugerahi Hadiah Nobel Sastra pada 1993. Kemudian buku ketiga dari Trilogi Cinta Morrison, berjudul Paradise yang berfokus pada warga kota fiksi serba-Hitam yang diterbitkan pada tahun 1997.

Dari banyaknya novel yang ia tulis dan penghargaan yang ia raih, Morrison tetap menjadi seorang wanita kulit hitam yang amat ramah dan menghargai antar ras. Dikutip dari New York Times, "Dalam memanfaatkan budaya Afrika-Amerika-nya sendiri, Ms. Morisson sangat ingin memuji 'orang asing' dengan memperkaya negara tempat mereka tinggal." Toni Morrison meninggal pada usia 88 tahun akibat komplikasi pneumonia di Montefiore Medical Center di The Bronx, New York City, pada 5 Agustus 2019. 

Sebelum Morrison wafat, ia sempat menulis novel berjudul Home bersama anaknya, Slide Morrison. Namun, baru setengah perjalanan mereka menulis novel tersebut, Slide meninggal karena kanker pangkreas pada tahun 2010. Kemudian, Morrison tetap melanjutkan novel terakhirnya itu yang ia dedikasikan untuk Slide yang kemudian diterbitkan pada tahun 2012. Home bercerita tentang kisah seorang veteran Perang Korea kulit hitam yang tinggal di Amerika Serikat pada tahun 1950-an yang berjuang menyelamatkan saudara perempuannya dari eksperimen medis brutal yang dilakukan pada mereka oleh seorang dokter kulit putih yang rasis.

Perjalanan hidup seorang Toni Morisson memberikan kita pelajaran bahwa menjadi seorang pribadi yang baik tidak dilihat dari ras dan warna kulit. Namun, menjadi baik juga tidak selamanya mendatangkan kebaikan. Dikutip dari New York Times, "Saya tidak tahu apakah cerita itu datang karena saya sedang mempertimbangkan aspek-aspek tertentu dari sabotase diri, cara-cara di mana hal-hal terbaik yang kita lakukan seringkali membawa benih kehancuran diri sendiri." ujarnya. Walaupun demikian, menjadi pribadi yang baik tetap akan mendatangkan suatu kebaikan kelak. Seperti kalimat yang ia tulis dari novelnya yang berjudul Tar Baby tahun 1981. "Pada titik tertentu dalam hidup, keindahan dunia menjadi cukup. Anda tidak perlu memotret, melukis, atau bahkan mengingatnya. Cukup."

Selain itu, Morisson juga mengajarkan untuk tetap mencintai dan menjadi diri sendiri. "Saya tidak ingin menjadi orang lain. Saya ingin menjadi diri saya sendiri," tulisnya dalam novel berjudul Sula tahun 1973. Morisson juga pernah berkata "Saya berharap saya tahu lebih banyak orang. Saya akan sangat mencintai mereka semua. Jika saya tahu lebih banyak, maka saya akan lebih dicintai." Tidak dapat dipungkiri, hal tersebut memang benar terjadi di lingkungan sekitar. Jadilah pribadi yang baik dan mencintai banyak orang, maka hal tersebut akan kembali kepada diri sendiri. Ketika seseorang menaburkan kebaikan, kebaikan pula lah yang akan ia dapatkan. Begitupun sebaliknya, karena apa yang kita tuai, maka itulah yang akan kita dapatkan.

Post a Comment

0 Comments