Semua Warga Berperan Landaikan Kurva Covid-19


Oleh: 
Mahyeldi Ansharulah
(Wali Kota Padang)

Sehat, adalah harapan dan impian semua orang di dunia. Tak ada yang menginginkan dirinya sakit. Karena itu Organisasi Kesehatan Dunia, WHO (World Health Organization) membuat rumusan sehat itu adalah ‘satu keadaan yang terbebas dari penyakit serta meliputi seluruh aspek kebutuhan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual.

Bagi kita di Indonesia, sehat juga dimaktubkan dalam UU No 23 tahun 1992, bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Maka menjaga kesehatan sesungguhnya adalah kewajiban kita semua. Sedang negara wajib menyediakan infrastruktur, sarana dan prasarana layanan kesehatan. Dalam Islam, menjaga kesehatan adalah sebuah keniscayaan. Sebab, dengan tubuh yang sehat, dimungkinkan maksimal beribadah kepada Allah.

Rasulullah bersabda, “Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Sedangkan apabila datang penyakit, maka kita dianjurkan untuk bersabar seraya terus berikhtiar mencari obat dan menyembuhkan penyakit. Abu Darda berkata, “Ya Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya dan bersyukur karenanya, apakah itu lebih baik dari pada saya sakit dan menanggungnya dengan sabar?” Nabi saw menjawab, “Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti engkau juga menyenanginya.”

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda: ‘Barangsiapa bangun di pagi hari dengan badan sehat dan jiwa sehat pula, dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang yang memiliki dunia seluruhnya.”(HR Tirmidzi). Dan hari-hari yang kita alami belakangan ini adalah hari-hari dimana kita menyadari betapa pentingnya kesehatan itu. Hari-hari dimana kita berhadapan dengan serangan luas (pandemi) dari virus corona termutakhir yang ditemukan pada 2019 di Wuhan, provinsi Hobei, Tiongkok. Virus yang kemudian dikenal dengan nama Corona Virus Disease (Covid-19).

Kota Padang, Sumatera Barat menjadi bagian dari keseluruhan wilayah serangan Covid-19 yang menglobal itu. Sejak awal tahun, semua daya dan upaya digerakkan untuk bisa membentengi kota Padang dari serangan wabah mematikan ini. Bahkan Padang mengusulkan pertama kali untuk dipilihnya PSBB sebagai salah satu protokol membentengi kota dari Covid-19.

Saya harus mengakui, PSBB yang sudah tiga kali diperpanjang ini amat berat. Berat di biaya, berat dalam upaya penegakkan aturannya. Bahkan tak jarang memunculkan salah paham antara Satuan Tugas pelaksana PSBB di lapangan dengan masyarakat. Namun berkali-kali juga saya sampaikan kepada semua jajaran di Pemko Padang termasuk ke instansi vertikal, bahwa penegakkan protokol Covid-19 ini adalah juga ujian menempa kesabaran. 

Maka, kerjasama dan saling mendukung untuk kebaikan ini adalah hal mutlak ditempuh agar virus ini segera berlalu dari Padang. Dan setelah itu, kita semua dapat bekerja sebagaimana semula lagi dengan penerapan aturan-aturan dan disiplin-disiplin yang baru sebagaimana diatur dalam protokol kesehatan yang dibuat WHO.

Saya ingin memberi apresiasi kepada semua pihak yang sudah dengan sungguh-sungguh membantu menjalankan pelaksanaan PSBB di Kota Padang. Pertama kepada para dokter, para petugas medis, para apoteker, para administratur medis, para petugas kebersihan, para satpam di berbagai Puskesmas dan rumah sakit di Kota Padang. Mereka yang senantiasa siang malam berjuang dalam kecemasan akan tertular dari pasiennya, berjuang menyabarkan kerisauan keluarga mereka di rumah saat melepas mereka pergi bekerja.

Saya ingin memberi apresiasi khusus kepada Dr. Andani Eka Putra, dokter dan dosen FK Unand yang dengan tulus ikhlas bersama para para laborant yang dipimpinnya meneliti setiap sampel swab untuk mempertegas apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau bukan. Tiap hari mereka bekerja meneliti seribuan sampel tanpa kenal lelah. Semula ada yang khawatir dengan angka-angka yang diumumkannya melalui juru bicara Gugus Tugas Covid-19 bahwa yang positif di Padang dan Sumbar meningkat terus. Tapi setelah Dr. Andani menjelaskan bahwa semakin tinggi angka temuan bukan berarti kabar buruk, justru semakin baik karena akhirnya bisa dilacak untuk dilokalisir.

Bayangkan kalau laporan Dr. Andani angka-angkanya tidak naik, tetapi sebenarnya yang terinfeksi di tengah masyarakat justru sangat banyak dan sulit dilacak keberadaanya. Nah, itu akan lebih berbahaya. Saya juga memberi apresiasi kepada para petugas non-medis yang bekerja mengawal perbatasan dan sering dikecam sebagai pihak yang kaku, tidak bertoleransi dan sebagainya. Seandainya tidak dilakukan pengetatan di perbatasan itu, termasuk di Bandara dan pelabuhan laut, maka virus akan mudah berlalu-lalang, akhirnya menulari penduduk yang tadinya sehat wal afiat.Yang tidak kalah penting saya beri apresiasi adalah kawan-kawan media.

Penyebarluasan imbauan, memberi pengertian kepada masyarakat tentang bahaya Covid-19, melanjutkan pesan protokol Covid-19 agar menjaga jarak, cuci tangan, pakai masker dan sebagainya sudah dilakukan media tanpa henti sampai saat ini. Media juga sudah menyampaikan kritik yang konstruktif untuk perbaikan pelaksanaan PSBB. Ke depan, menurut saya justru peran media semakin besar karena front pertempuran melawan Covid-19 itu ada di masyarakat. Bagaimana 
masyarakat bisa bersatu-padu melawan Covid-19, sedang media bersama rumah sakit akan menjadi unit di garis belakang yang akan membereskan korban-korban pertempuran.

Saya ingin ajak media melahirkan konten-konten yang komunikatif dan kreatif yang dapat membentuk opini sehat agar masyarakat mau menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan. Kepada para ulama dan da’i, para pendeta, pastor, bhiksu, pengurus masjid, gereja, vihara, kelenteng, para dosen dan guru yang telah mendukung pemerintah kota untuk berjuang bersama-sama bahu membahu melandaikan kurva Covid-19 ini, saya juga sampaikan apresiasi  yang tinggi. Saya sadari tak jarang juga terjadi kesalahpahaman antara petugas dengan pengurus masjid, mushala, gereja, kelenteng dan vihara. Tetapi semua adalah bagian dari dinamika tugas kemanusiaan yang penuh dengan ketegangan secara psikologis.

Saya sampaikan terimakasih kepada para pedagang di Pasar Raya Padang yang sudah bersedia mengikuti test swab, lantaran diketahui kawasan8 ini sebagai episentrum transmisi Covid-19. Satu persatu dari tiap koneksi dan relasi masing-masing pedagang sudah ditelusuri untuk mengetahui secepatnya dimana dan kemana saja virus itu menjalar. TentuTentu saja kepada semua warga kota maupun warga daerah lain yang datang ke kota ini saya sampaikan penghargaan atas kesediaannya bersabar menjalankan protokol PSBB yang harus saya akui amat melelahkan kita semua. Namun, apapun, kelelahan dalam waktu pendek lebih baik daripada kesengsaraan dalam waktu panjang apabila kita abai dengan kesehatan.

Hasil dari kesabaran warga kota itu dapat dilihat dari angka-angka yang dirilis oleh Gugus Tugas Covid-19 beberapa hari terakhir ini. Per 13 Juni 2020 Kota Padang tercatat sebagai kota dengan angka kesembuhan pasien Covid-19 tertinggi di Indonesia, yaitu 51 persen. Dari total kasus terkonfirmasi positif corona 477 orang di Kota Padang, sebanyak 243 orang atau 51 persen di antaranya sudah sembuh. 

Secara nasional, angka kesembuhan pasien positif Covid-19 per tanggal itu hanya 36,81 persen (13.776 pasien sembuh dari kasus 37.420). Sementara  rata-rata dunia sebesar 45,19 persen (3.462.889 pasien sembuh dari kasus total 7.662.486). Bukankah ini dapat dimaknai sebagai sebuah hasil menggembirakan dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya di Kotga Padang? Dan secara nasional bahkan dunia, angka kesembuhan pasien positif corona di Kota Padang jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 51 persen.

Tidak bermaksud membanding-banding, tetapi dari data dapat ekspose nasional kita dapat membaca kesembuhan pasien positif corona di Kota Padang 51 persen tersebut itu melampaui beberapa kota besar di Indonesia per tanggal 13 Juni itu. (Bandung, 50,56 persen, Surabaya 36 persen dan Makassar 36,81 persen). Sebagai bonus, saya ingin menyampaikan bahwa saya baru saja menandatangani Perwako No 49 tahun 2020.

Isinya tentang dibolehkannya kembali warga kota melaksanakan pesta penikahan setelah sempat dilarang. Silahkan laksanakan pesta pernikahan tetapi dengan penerapan protokol Covid-19. Selamat bermenantu, selamat menikah, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah meskipun menikah di masa PSBB. ***

Post a Comment

0 Comments