Badrul Mustafa : TIDAK MUDAH MENJADI IMAM SHALAT

Gambar Illustrasi
IMPIANNEWS.COM 
Hari kemarin saya banyak menerima postingan video mengenai tatacara menjadi imam shalat tarawih di rumah. Seperti kita ketahui, di dalam masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang sebelumnya sudah dimulai dengan himbauan untuk berdiam di rumah saja, umat islam dihimbau untuk shalat di rumah saja, termasuk shalat tarawih.  

Bagi muslim yang sudah terbiasa ke masjid untuk shalat berjamaah, termasuk shalat tarawih dan mendengarkan ceramah di bulan Ramadhan seperti sekarang ini, tidak bisa ke masjid tentu perasaan menjadi  tidak enak. Terasa ada sesuatu yang kurang. Tapi apa hendak dikata. Dalam rangka memutus mata rantai penularan/penyebaran wabah, maka terpaksa semua ibadah dilakukan di rumah.

Di dalam video yang diposting tersebut dijelaskan bahwa untuk shalat sunat seperti tarawih ini, seorang  imam boleh membuka mushaf al-Quran, atau membaca al-Quran (AQ) yang tersimpan di HP/smartphone.  Bahkan dijelaskan pula teknik membukanya agar gerakan yang dilakukan masih dalam batas yang dibolehkan rukun shalat. Ini sangat memudahkan. 

Bagi seorang kepala keluarga yang hafalan AQ tidak cukup banyak, dengan dibolehkannya mengimami shalat sambil membaca AQ, maka terobatilah keinginan untuk tidak membaca ayat yang itu ke itu saja. 

Tapi, tetap menjadi soal bagi seorang kepala keluarga yang tidak fasih dalam membacanya.  Sebesar apa pun huruf AQ diletakkan di depannya, kalau ia tidak "khatam" belajar membaca AQ dengan baik, terutama menyangkut tajwid, maka ini menjadi beban baginya.  Apalagi kalau  anaknya yang masih usia SD lebih bagus membaca AQ karena sudah mendapat pendidikan yang baik tentang membaca AQ. Tentu merasa minder dia.

Tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa kondisi seperti sekarang ini terjadi, sehingga orang shalat tarawih terpaksa berjamaah di rumah saja. Kepala keluarga yang tidak bagus dan tidak mengerti membaca AQ dengan benar bisa menjadi masalah di hadapan anggota  keluarganya. Kalau persoalannya hanya menyangkut jumlah hafalan, membuka mushaf bisa menjadi solusi. 

Tidak mengerti tajwid, tentu menjadi masalah. Selain masalah psikologis (kepercayaan diri), juga bisa berubah makna/arti bacaan.  

Sebab, huruf arab/AQ itu ada yang sulit membacanya.  Itu perlu latihan yg cukup lama. Anak usia muda lebih cepat mahir membaca. Semakin tua umur seseorang, semakin susah ia untuk bisa. Ada beberapa huruf yang bunyinya mirip seperti zai, dzal, zha, tsa dll. Ha besar dan ha kecil juga tidak mudah. 

Karena itu, tidak ada salahnya jika seorang kepala keluarga yang bacaannya belum baik, maka anaknya atau anggota keluarga lain di rumah itu yang menjadi imam shalat tarawih.  Kalau shalat yang lain, terutama shalat yang bacaannya sirr, silakanlah si Bapak yang jadi imam.

Ternyata menjadi imam shalat itu tidak mudah.  

Menjadi imam shalat di tengah keluarga saja tidak mudah. Apalagi mengimami shalat orang banyak (jamaah). Terlebih lagi kalau di belakang imam ada seorang hafiz yang bacaannya bagus. Kalau kita tahu bahwa di belakang kita ada makmum yang bacaannya lebih bagus dan hafalannya lebih banyak, maka sebaiknya serahkan ke dia untuk jadi imam. 

Jangan mentang-mentang kita tokoh atau pejabat, lalu kita terima saja permintaan orang untuk jadi imam.  Malu kita nanti.(rel/014)

Post a Comment

0 Comments