Yaumani, Pedagang Lontong Keliling Naik Haji

Penuh kesederhanaan, Yaumani (62) penjual lontong kupang asal Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo (Tribunnews)

IMPIANNEWS.COM.

Sidoarjo, --- Dialah Yaumani (62) nenek pedagang lontong keliling asal desa Penatarsewu, kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo terlihat sumringah.

Pasalnya tanggal 5 Agustus 2019, Yaumani yang akrab disapa mbak Um ini akan menunaikan rukun islam kelima dari Bandara Internasional Juanda, Surabaya.

Dikutip dari media Tribunnews.com, bahwa mbak Um sudah mempersiapkan acara tasyakuran haji di kediamannya, Kamis (11/9/2019) bersama anak keduanya, Farida, serta dua cucunya.

"Anak saya yang pertama punya tiga anak. Jadi saya sudah punya lima cucu," ujar Mbak Um janda setelah ditinggal wafat suaminya tahun 1978, ini.

Kondisi janda, mbak Um harus menghidupi dua anaknya yang saat itu masih kecil-kecil, ibu dan adiknya yang tinggal bersamanya.
Setelah beberapa tahun kerja serabutan, sejak sekira tahun 1990-an, Yaumani memulai usahanya berjualan lontong kupang. Berkeliling ke berbagai tempat dengan berjalan kaki untuk menjajakan dagangannya. Bahkan, dia kerap berjualan sampai ke Mojokerto dan beberapa daerah lain di luar Tanggulangin. Seperti di Porong dan berbagai wilayah lain.

Biasanya, dari rumah sampai ke jalan raya yang berjarak lebih dari 5 kilometer, dia naik sepeda pancal.

Kemudian ke Mojokerto atau ke daerah lain naik bemo. Di sana baru jalan kaki keliling sambil nyunggi dagangannya. Dirinya mengaku hanya selalu berusaha dan berniat mencari rejeki untuk keluarga, tampa pernah mengeluh.

"Kalau tidak habis ya dibawa pulang. Kan bisa dimakan bersama anak-anak di rumah," ujar Mbak Um yang hanya tamatan MI (setingkat SD), dia tidak mau anak-anaknya tidak sekolah.

"Biar saya saja yang rekoso (sengsara), anak-anak harus sekolah. Harus lebih pinter dari saya. Sekarang dua anak saya sudah sama-sama tamat SMA. Dulu dia kerap bingung setiap kali harus bayar sekolah. Untungnya, dua anaknya juga sabar, sehingga mau gantian. Terkadang anak pertama dulu dibayari, kadang sebaliknya,"ungkapnya sedih.

"Kalau tidak ada uang ya apapun saya jual. Biasanya saya jual cincin atau anting emas untuk bayar sekolah. Tidak apa-apa demi anak," tambahnya.

Sampai dua anaknya berkeluarga pun, Mbak Um masih terus melakoni kesibukannya jualan kupang keliling.

Karena tanggungan sudah berkurang, anak-anak sudah berkeluarga, Mbak Um jadi bisa menabung. Caranya, setiap kali punya rejeki lebih selalu dibelikan perhiasan emas. Selain itu juga ikut arisan, dan saat dapat arisan juga kemudian dibelikan perhiasan.

Suatu saat, ada keluarganya yang butuh uang, kemudian beberapa perhiasannya pun dipinjamkan. Nah, saat dikembalikan, perhiasan itu diberikan dalam bentuk uang.

"Saya ingat, nilainya sekitar Rp 20 juta. Waktu itu saya juga bingung mau saya pakai untuk apa, kemudian anak pertama saya menyarankan untuk daftar haji saja.

Saya awalnya ragu, karena uang masih kurang, tapi dengan semangat dari anak-anak, akhirnya saya putuskan untuk daftar," urainya.

Waktu berjalan, penjual Kupang keliling itupun bisa melunasi ongkas hajinya.
Dia ikut dua arisan di dekat rumah, dan setiap kali dapat arisan, langsung disetorkan.

"Alhamdulillah lunas, dan ada sedikit kelebihan untuk uang saku (berangkat haji).

Saya sama sekali tidak pernah menyangka dan mengira bisa naik haji, wong hanya jualan kupang lontong saja," akuinya sambil berkaca-kaca.

Musim haji tahun ini, Mbak Um berangkat ke tanah suci. Dia dijadwalkan berangkat ke sana tanggal 5 Agustus nanti, dari Bandara Internasional Juanda. (rel/ul)