Impiannews.com. Muaro Pingai - Kabupaten Solok kembali menorehkan prestasi membanggakan di sektor pertanian. Melalui inovasi “Sawah Pokok Murah” (SPM) yang lahir dari program Sekolah Lapang Tematik (SL Tematik) DAK Tahun 2025, para petani kini menikmati hasil panen yang melimpah dengan biaya produksi yang jauh lebih hemat.
Keberhasilan program ini tampak jelas pada Panen Raya Sawah Pokok Murah di Muaro Pingai, Kecamatan Junjung Sirih, Minggu (26/10/2025). Acara penuh semangat itu dihadiri langsung oleh Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, Wakil Bupati Solok Candra, dan Kabid Penyuluh Pertanian Mus Mulyadi.
Dalam sambutannya, Gubernur Mahyeldi Ansharullah mengapresiasi terobosan Kabupaten Solok yang dinilai mampu menggabungkan inovasi, efisiensi, dan keberlanjutan dalam praktik pertanian modern.
“Kita menyaksikan sendiri, bagaimana sistem Sawah Pokok Murah memberi hasil nyata. Bahkan bukan hanya padi, tetapi juga dikembangkan Sayur Pokok Murah yang menggunakan busa jerami sebagai media tanam,” ujar Gubernur.
Mahyeldi menegaskan, metode ini membuat pertanian jauh lebih hemat dari penggunaan pupuk, air, hingga tenaga kerja.
“Ketika sawah lain gagal karena kekurangan air, sistem ini tetap produktif. Kini sudah diterapkan di 65 nagari di Kabupaten Solok dan hasilnya luar biasa,” tambahnya.
Menurutnya, Kabupaten Solok telah menunjukkan bahwa inovasi sederhana bisa membawa perubahan besar bagi kesejahteraan petani sekaligus pelestarian lingkungan.
“Inilah pertanian masa depan. Hemat sumber daya, tangguh menghadapi perubahan iklim, dan berpihak pada petani,” puji Gubernur.
Sementara itu, Wakil Bupati Solok Candra menyampaikan rasa syukur atas panen yang melimpah dan hasil kerja keras petani yang kini membuahkan hasil.
“Biasanya petani hanya menghasilkan 4–5 ton per hektare. Kini, dengan sistem ini hasilnya mencapai 6 hingga 7 ton per hektare. Bahkan di Junjung Sirih ini bisa menembus 7,3 ton per hektare,” ujarnya bangga.
Wabup Candra menjelaskan, keberhasilan tersebut sejalan dengan arah pembangunan daerah.
“Setelah pelayanan dasar kita kuatkan, sekarang fokus kami ada pada dua sektor unggulan: pertanian dan pariwisata. Dan sektor pertanian terbukti menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Tahun ini, potensi panen padi Kabupaten Solok mencapai 316 ribu ton, dengan 80% hasilnya disalurkan ke daerah tetangga.
“Artinya, Solok bukan hanya mandiri pangan, tapi juga menjadi penyangga utama kebutuhan pangan Sumatera Barat,” ungkapnya.
Selain padi, Kabupaten Solok juga semakin dikenal sebagai sentra bawang merah dan cabai terbesar di Sumatera Barat.
“Untuk bawang merah, Solok berada di peringkat dua nasional setelah Brebes. Dari total produksi, 94,7% dikirim ke luar daerah, sedangkan 72% cabai kita juga bantu memenuhi kebutuhan daerah tetangga,” lanjutnya.
Belajar dari Lapangan: Petani Kian Melek Teknologi
Dari sisi teknis, Kabid Penyuluh Pertanian Kabupaten Solok, Mus Mulyadi, menjelaskan bahwa kegiatan Sekolah Lapang Tematik DAK 2025 dilaksanakan di 14 kecamatan, dengan 12 lokasi berbasis padi dan 2 lokasi berbasis sayur.
“Kami kemas dalam konsep Sayur Pokok Murah (SPM), di mana petani belajar menanam bawang merah secara mudah, murah, dan ramah lingkungan,” katanya.
Hasilnya, penggunaan pestisida kimia berhasil ditekan lebih dari 50%, sedangkan hasil panen justru naik hampir 24% dibanding sistem konvensional.
“Kami terapkan teknologi sederhana seperti retrek lampu perangkap hama malam hari, pestisida nabati, dan sistem tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1. Hasilnya selalu di atas rata-rata,” jelas Mus Mulyadi.
Inovasi “Sawah Pokok Murah” kini menjadi simbol semangat baru petani Solok semangat untuk beradaptasi, berinovasi, dan maju bersama teknologi yang ramah lingkungan.
Sinergi antara pemerintah provinsi, daerah, penyuluh, dan kelompok tani membuat Solok menjadi contoh nyata bagaimana inovasi lokal mampu mengubah wajah pertanian nasional.
“Pertanian Solok hari ini bukan sekadar soal panen melimpah. Tapi juga tentang harapan baru bahwa dengan inovasi dan gotong royong, kita bisa menciptakan pertanian yang tangguh, hemat biaya, dan berkelanjutan,” tutup Gubernur Sumatera Barat.
Kabupaten Solok kini bukan hanya dikenal sebagai Lumbung Beras Sumatera Barat, tapi juga sebagai pelopor pertanian cerdas dan berkelanjutan di Indonesia.**(YM-Koto)
.jpg)
