ANIS AL-MUTTAQIN: MANUSIA UNGGUL DALAM KACAMATA ISLAM

IMPIANNEWS.COM

Penandaan Islam di Nusantara diwarnai dengan banyaknya wacana intelektual yang bernuansa tasawuf, baik yang bercorak falsafah, maupun yang bercorak sunni. Orientasi wacana yang dibuat lebih berfokus kepada pengamalan amal praktis dan pembinaan akhlak al-karimah seseorang. Hal ini dapat diamati secara jelas dengan munculnya beberapa tokoh ulama yang menulis berbagai karya yang sangat penting dalam ranah tasawwuf, seperti Hamzah Fansuri, Syams al-Din Sumatrani, Nur al-Din al-Raniri, ’Abd al-Ra’uf Singkel, ’Abd al-Samad al-Palimbani, Muhamamd Nafis al-Banjari, Syekh Yusuf al-Makassari, Isma’ilal-Minangkabawi, ’Abd al-Wahhab Rokan, Syekh Ahmad Khatib Sambas, ’Abd al-Karim al-Bantani dan lainnya sebagainya.

Salah satu tokoh yang dapat disorot pada perkembangan Islam di Nusantara adalah ’Abd al-Samad al-Palimbani. Syekh ‘Abd al-Samad al-Palimbani adalah salah satu ulama Nusantara yang mengembangkan tasawuf dengan corak sunni atau ‘amal serta lebih berorientasi akhlaki. Hal itu dapat ditemukan dari beberapa karya yang telah dihasilkan oleh . Syekh ‘Abd al-Samad al-Palimbani yang sebagian besar lebih berorientasi kepada syariah, ’amaliyah, ataupun pengajaran tentang akhlak yang sempurna bagi seorang manusia agar mampu menjalin hubungan yang baik dengan Allah dan dengan sesama makhluk.

Syekh ‘Abd al-Samad al-Palimbani telah melahirkan sebuah karya yang berjudul, Anis al-Muttaqin. Manuskrip yang ditulisnya ini berisi tentang bagaimana terciptanya kualitas manusia unggul yang tidak hanya mampu menjalin hubungan yang baik dengan Allah sebagai Pencipta, namun juga memiliki hubungan yang baik dengan sesama makhluk melalui akhlak yang terpuji. Manusia unggul juga mampu menciptakan keseimbangan hidupnya antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi.

BAGAIMANA KENYATAAN KONSEP MANUSIA UNGGUL HARI INI?

Seperti yang kita ketahui, manusia itu dinamis. Manusia adalah makhluk yang paling lemah dan mudah berubah. Baik itu dari keimanan, kekuatan, keinginan, dan hal lainnya yang terikat secara penuh dengan manusia itu sendiri. Hal ini biasanya cenderung berubah sesuai dengan keadaan atau lingkungan yang sedang dialami atau yang sedang terjadi sehingga sangat mudah berpengaruh terhadap diri seseorang. 

Konsep manusia unggul yang ditulis oleh Syekh ‘Abd al-Samad al-Palimbani menjelaskan bahwa manusia unggul adalah orang yang mampu menyelaraskana antara zikir dan pikir, serta orang yang mampu menyeimbangkan antara ilmu dan amal shalih. Berzikir harus didahulukan daripada berpikir karena keduanya akan mengantarkan manusia kepada ma’rifah (pengenalan) akan Allah sebagai pencipta dengan pengenalan yang sempurna. Pengenalan yang sempurna ini akan melahirkan keimanan yang kokoh kepada Allah swt. sebagai pondasi pembinaan pribadi, negara dan umat. Dengan keimanan itu akan lahirlah individu yang unggul pula dan masyarakat yang berbudi luhur, berdisiplin dan beramanah untuk tujuan kebaikan di dunia dan akhirat. Dalam aktivitas sehari-hari kita sebagai manusia harus melakukan setiap ibadah dan perbuatan dengan tetap menanamkan rasa ikhlas. Sebab, ikhlas adalah inti setiap ibadah dan perbuatan. Ibadah terbagi menjadi dua, yaitu ibadah zahir dan batin. Ibadah zahir dilakukan oleh anggota tubuh dan ibadah batin berlangsung dalam wilayah hati. Seberapa bagusnya ibadah zahir yang dilakukan oleh anggota tubuh, namun tidak akan diterima Allah tanpa adanya pekerjaan hati, yaitu keikhlasan.

Kosenp manusia unggul Syekh ‘Abd al-Samad al-Palimbani ini dapat saya korelasikan dengan kondisi manusia di Indonesia saat ini. Saya melihat dari berbagai sisi, ada dari dunia nyata dan dunia maya. Sosial media yang berkembang membuat saya mudah menjangkau saudara-saudara saya yang berada jauh di tempat yang berbeda. Dengan adanya sosial media, seperti _YouTube, Instagram, TikTok, Facebook, Snapchat,_ dan lain sebagainya, membuat saya mudah melihat bagaimana orang-orang dalam berkomunikasi dengan dunia luar dan sikapnya ketika berkomunikasi dengan sesamanya.

_“Don’t judge book by the cover_”, yang artinya jangan melihat buku dari halaman sampulnya. Saya mengaitkan kata-kata ini dengan perspektif yang akan saya ambil. Memang apa yang diunggah di sosial media itu biasaya hanya sebuah gambaran kecil atau bahkan bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya, namun hal ini tetap dapat membuat saya menilai bagaimana seseorang tersebut. Tidak ingin berburuk sangka kepada siapapun, saya akan tetap memberikan perspektif positif saya terhadap keadaan atau kondisi manusia unggul yang ada saat ini.  

Maraknya penggunaan sosial media, dimanfaatkan oleh mereka sebagai manusia untuk menyebarkan kebaikan dan hal-hal yang positif kepada khalayak ramai. Dari pantauan kacamata saya, kini manusia sedang berlomba-lomba agar menjadi manusia yang lurus. Artinya, tidak sedikit manusia sekarang mempelajari agama Islam dengan baik dan benar, bersama guru atau panduan yang kokoh yang nantinya akan membuat mereka mendapatkan kejayaan ilmu yang diharapkan. Sembari belajar, biasanya mereka juga membagikan ilmu tersebut kepada publik. Tujuannya tentu agar masyarakat tahu, bahwa ilmu yang mereka pelajari dapat bermanfaat bagi orang lain sehingga orang lain itu pun akan tertarik dan secara tidak sadar memahami dan mencerna ilmu yang telah dibagikan. 

Orang-orang yang berada di sekitar saya, juga sedang dalam proses memperbaiki diri agar menjadi manusia unggul. Bahkan tidak sedikit pula orang-orang yang di sekitar saya yang menurut saya beliau telah dapat dikategorikan sebagai manusia unggul sesuai dengan konsep manusia unggul yang ada pada naskah Anis al-Muttaqin tulisan Syekh ‘Abd al-Samad al-Palimbani. Alasannya tentu karena apa yang beliau lakukan dan apa yang beliau pikirkan itu semuanya berpegang teguh pada ajaran Islam dan tidak melenceng. Selalu mengingat Allah swt. di kondisi apapun dan tetap menjaga hubungan baiknya dengan manusia lain. Senantiasa menjaga hubungan sesama, tentu beliau tidak menginginkan adanya kedengkian atau ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang tidak sejalan dengannya. Namun, memang sudah takdir, bahwa kehidupan kita memang tidak selamanya akan didukung oleh manusia-manusia yang sejalan, tapi pasti juga dibarengi dengan manusia-manusia yang menentang bahkan sampai menginginkan kehancuran. Itulah kenyataan yang harus kita terima. 

Lalu, apabila saya telisik kembali, kondisi manusia unggul saat ini dapat kita jumpai biasanya pada orang-orang lanjut usia yang dapat kita kategorikan ke dalam manusia yang unggul. Mengapa? Karena beliau dengan penuh keikhlasan dan keyakinan yang kuat akan tetap beribadah, mengingat Allah, dan tetap menjalani hari-hari dengan kedamaian tanpa menginginkan permusuhan dengan pihak manapun. Ini bukan berarti manusia unggul hanya disandang oleh orang-orang lanjut usia, namun orang-orang dewasa lain, remaja pun, ada pula yang dapat kita jadikan teladan atas konsep manusia unggul yang ada pada diri mereka masing-masing. 

Indonesia sebagai salah satu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dengan persentase 86,88% dari jumlah penduduk 272,32 juta jiwa dalam perkiraan Kementrian Dalam Negeri tahun 2021, tentu tidak menutup kemungkinan hal-hal seperti yang telah saya tuliskan dapat terjadi. Orang-orang berlomba mengenal Allah, dan berharap penuh kepada-Nya agar mendapatkan kedamaian, ketenangan di dunia dan di akhirat kelak. Pemikiran seperti ini yang menimbulkan sikap ingin terus belajar dan menggali lebih dalam agama Islam dan berusaha menjadi salah satu bagian dari manusia unggul yang telah digariskan oleh Allah swt. Jadi, secara konsep, manusia unggul yang dipaparkan oleh Syekh ‘Abd al-Samad al-Palimbani sudah dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun kondisi manusia saat ini sudah semakin kacau, dan terpuruk, namun tidak menghilangkan citra manusia-manusia unggul dan manusia yang ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. 

Hidup memang untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Saya pribadi juga tengah berproses dalam menggali dalam agama saya, yakni agama Isam, agar saya mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tidak akan sia-sia apabila kita menggali ilmu lebih dalam, dan memahami dengan baik pengarajaran agama Islam dengan guru-guru atau orang-orang yang sudah paham, tentu akan membawa keberkahan tersendiri bagi kita yang sedang menjalaninya. Kita sebagai manusia haruslah saling mengingatkan, karena ini termasuk berbuat baik kepada manusia lain. Tidak akan sia-sia sekali lagi saya katakan. Kita tidak akan tahu apa yang kita sampaikan atau kita lakukan secara sadar atau tidak sadar, secara sengaja atau tidak sengaja, apabila itu baik, maka orang yang melihat, yang mendengar atau yang membaca akan memahami dalam-dalam dan nantinya akan ada perubahan dalam dirinya secara perlahan. Teruslah berbuat baik, bergunalah untuk sekitarmu, karena sejatinya itu manusia memiliki kebaikan dalam dirinya masing-masing. 

_Hanifahtul Hidayah, mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Andalas_

Post a Comment

0 Comments