Sumatera Barat Pendiri Negara dan Penyelamat PDRI Bukittinggi Ibukotanya.

 


Oleh: Rahma Nur Aini Mahasiswa IAIN Bukittinggi.

Penghujung tahun 2020, berbagai hal menarik dapat kita saksikan dalam ranah perpolitikan. Hiruk pikuk kontestasi politik menjelang pilkada semakin hari semakin mencuat ke permukaan. Pasalnya setelah pernyataan dari ketua DPR bidang politik PDIP Puan Maharani dalam pidatonya mengatakan bahwa semoga Sumatera Barat bisa menjadi Provinsi yang mendukung negara Pancasila.. Sontak pernyataan Puan Maharani tersebut menuai sejumlah kontroversi sehingga secara tidak langsung dinilai menyinggung masyarakat Sumatera Barat.

Problema ini mengakibatkan masyarakat untuk membuka kembali lembaran sejarah mengenai posisi penting Sumatera Barat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Seperti yang diketahui bahwasannya Sumatera Barat merupakan salah satu daerah penghasil tokoh-tokoh nasional Negara Pancasila. Dalam UU No 20 tahun 2009 menjelaskan Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indinesia.

Dilansir dari Swarakyat.com. Gubernur DKI Jakarta Anies Basweda sangat terimajinasi dengan Sumatera Barat, karena ia berpendapat ranah minang kampungnya para pendiri Negara. Hal tersebut disampaikannya langsung pada rombongan study tiru Komisi Informasi dan Wartawan Sumatera Barat, selasa (5/11/2019) di ruang kerjanya. Pernyataan ini sebagai saksi bahwa Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi yang berpengaruh besar dalam pendirian negara Indonesia. Tidak heran lagi banyak tokoh nasional pelopor kemerdekaan yang berasal dari Sumatera Barat. Tokoh tersebut mulai dari M. Hatta sebagai tokoh Proklamasi dan Wakil Presiden RI pertama, kemudian M. Yamin sebagai tokoh nasional yang ikut memeberikan sumbangsih dalam perumusan Pancasila, Sultan Syahril, Tuanku Imam Bonjol, Agus Salim, Mohammad Natsir, Tan Malaka, Tuanku Tambusai, Buya Hamka dll. Selain itu beberapa pahlawan perempuan yang tidak kalah berpengaruhnya dalam memperjuangkan Kemerdekaan RI diantaranya Rasuna Said, Rohana Kudus, Siti Manggopoh dan masih banyak lagi.

Mengingat kembali lebih jelasnya, romansa Sumatera Barat sebagai Pendiri Negara tidak hanya dilihat dari para tokoh yang berjuang dengan tenaga serta pemikirannya. Sumatera Barat juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan kewilayahan dan sistem pemerintahan NKRI. Pada saat Agresi Militer Belanda II kondisi Indonesia dalam keadaan genting, dimana pada tahun 1948 wilayah Yogyakarta sebagai Ibukota RI telah berhasil diduduki dan dikuasai oleh Belanda, kemudian secara tanggap Sumatera Barat menjadi wilayah penyelamat sebagai Pemerintah Darurat Republik Indnesia (PDRI) dengan Bukittinggi sebagai ibukotanya. Peristiwa tersebut merupakan mandet dari Presiden Soekarno dan Wakil presiden M. Hatta yang diperintahkan kepada Sjafrudin.

Mempertanyakan bahkan meragukan masyarakat Sumatera Barat belum Pancasilais adalah suatu kesalahan besar. Bagi masyarakat Sumatera Barat Pancasila merupakan sesuatu yang sudah finansial atau bisa dikatakan harga mati. Pernyataan ini tidak hanya dibuktikan dari alur sejarah, namun juga dapat disaksikan dalam rautan kenyataan hari ini. Bagaimana bentuk hubungan erat antara Sumatera Barat yang terkenal dengan Ranah Minang itu dengan Pancasila tidak dapat terpisahkan. Daerah yang dijuluki dengan masyarakat yang beradat ini memiliki sistem peraturan yang berlandaskan Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABSSBK).

Ustad Abdul Solmad dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada (9/10/2020) lalu, menjelaskan bahwa terkait tentang Pancasila dan Minangkabau yang pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana Minangkabau tidak hanya ber Tuhan, mereka bahkan mampu membuat orang yang tidak kenal Tuhan menjadi ber Tuhan, yang kedua tentang Kemanusiaan, di depan rumah orang Minangkabau terdapat yang namanya rangkiang yaitu tempat penyimpan beras, kemudian beras tersebut dibagi, ada beras yang dimakan keluarga, dan ada beras yang dijadikan untuk makan fakir miskin, orang Minangkabau adalah orang yang sangat peduli dengan kemanusiaan. Tidak hanya itu, saat orang Minangkaau membuka rumah makan, pekerja tidak pernah dianggap sebagai kuli yang sedang bekerja, melainkan pekerja diasamakan dengan saudara. Maka tidak heran rumah makan minangkabau tersebar dan berkembang pesat dimana mana. Ketiga Persatuan Indonesia, sejarah membuktikan bahwa mingkabau telah mempersatukan bangsa dalam masalah diplomatik yang hebat yaitu diplomtik Hj. Agus Salim saat berhadapan dengan orang-orang Belanda, Eropa, kemudian tentang masalah Ekonomi kita tahu siapa bapak koperasi Indonesia yaitu Bung Hatta kemudian masalah Agama, Tentara dan lainnya masayarakat Minangkabau sangat berkontribusi di dalamnya. Sila yang ke empat terkait tentang Musyawarah.

Ada suatu istilah yang dikenal dalam Minangkabau yaitu bulek aia dek pembuluah, bulek kato dek mufakaik. Artinya orang Minagkabau tidak mengambil keputusan sendiri karna di tahu mungkin dirinya memiliki kesalahan dan ketimpangan. Untuk itu orang Minagkabau memiliki yang namanya Tungku Tigo Sajarangan niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai yang akan menjadi pakar dalam suatu musyawarah. Orang Minangkabau berkata duduak surang sampik duduak basamo lapang, kenapa demikian karna mereka lebih mengutamakan musyawarah dan mufakat. Lalu yang terakhir tentang Keadilan Sosial, orang Minangkabau sangat adil dengan dibuktikannya dalam istilah, anak dipangku kamanakan dibimbiang. Permpuan Minangkabau tidak perlu pergi jauh merantau untuk mencari makan, perempuan tidak pernah mengalami deskriminasi karna dalam Minagkabau perempuan memiliki harato tinggi yang tidak di bagi. Ketika seorang perempuan tidak punya suami atau disaat ayahnya sudah meninggal, maka harato tinggi inilah yang akan menghidupinya. Begitu bentuk Minangkabau yang amat sangat mengutamakan keadilan.

Bagaimana dengan hari ini? Apakah masyarakat Minangkabau hanya terjebak dalam romansa (romantisme sejarah). Tentu saja tidak, masyarakat Minangkabau sudah terkneal baik dalam politik, ekonomi, bahasa, agama, budaya dll. Hal ini dapat dilihat dari beberapa milenial Minagkabau yang telah sukses dalam berkarya dan memiliki pemikiran yang luar biasa. Diantaranya yaitu, Alfatih Timur CEO Kitabisa.com, Harland Firman CEO Newbee dan Syaamil Internasioanl, Tareq Albana Ketua IPMI Cairo, Faldo Maldini Politikus muda, Hengki Kurniawan jaringan masyarakat Minangkabau-Malaysia, Cyintia Utami mahasiswa Jerman, Fadjar Mulia PPI Dunia, kemudian Ainal Syabri pemuda yang lahir di Padang Panjang ini, telah menorehkan berbagai prestasi di bidang Seni dan Musik dalam skala nasional mauapun Internasional, dan banyak lagi milenial, generasi muda Minangkabau yang berhasil mencetus segudang prestasi. Untuk itu masyarakat Minangkabau tidak mudah diremeh temehkan baik dalam kreativitasan maupaun pemikiran. Generasi muda Minangkabau adalah generassi yang terlahir dari patokan para Tokoh sejarah yang turut andil dalam pembentukan Negara Pancasila.

Sesungguhnya Minangkabau sangatalah Pancasilais, bahkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari masyarakat Sumatera Barat selalu menerapkan nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, sejarah dan kenyataan hari ini menjadi bukti bagaimana peran Sumatera Barat dalam memperjuangkan Kemerdekaan dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menyinggung kembali pernyataan Puan Maharani yang menganggap masyarakat Sumatera Barat belum Pancasilais bisa dikatakan paradoks dengan kenyataan sejarah. Sejatinya, kita harus mengingat dan memahami kembali sejarah, jangan hanya karena kepentingan politik semata sehingga mampu bertingkah seolah-olah mengkhianati perjuangan tokoh dan wilayah yang luar biasa di balik kemerdekaan Indonesia.


Post a Comment

0 Comments