Mengaku Sakti, Mampus Disengat Covid-19


PRIA TANTRA warga Ratlam, Negara Bagian Madhya Pradesh, India yang mengaku “ suci” dan bisa menyembuhkan orang-orang dari paparan Covid-19 hanya dengan mencium tangan mereka, tewas oleh virus yang menjadi pandemi tersebut.

Menurut harian Times of India, (12/6), pria “suci” dari India tersebut terlacak positif terinfeksi Covid-19 pada 3 Juni lalu dan kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir selang sehari kemudian.

Otoritas Kesehatan setempat langsung bergerak cepat melacak orang-orang yang pernah melakukan kontak fisik dengan Tantra dan 20 atau separuh dari 40 warga yang diambil specimennya melalui tes swab positif mengidap Covid-19 termasuk tujuh anggota keluarganya.

Mengindari kejadian berikutnya, petugas kesehatan, Ruchika Couhan meminta agar praktik semacam itu distop karena membahayakan diri dan orang lain dari ancaman gelombang baru serangan Covid-19.

Sebanyak 29 orang yang pernah terlibat dalam praktek “pengusiran Covid-19” bersama Tantra juga ikut dikarantina guna menghindari penyebaran lebih jauh virus tersebut.

Sampai hari ini, tercatat 298.283 kasus Covid-19 di seluruh India dengan jumlah korban tewas sebanyak 8.398 orang.

Pemerintahan PM Narendra Mohdi menjadi bulan-bulanan kritik karena kebijakan lockdown yang sebelumnya diberlakukan selama 10 pekan malah membuat karut-marut perekonomian dan menimbulkan tragedi kemanusiaan.

Sebaliknya, pelonggaran kebijakan lockdown yang diambil (11/6) lalumalah memicu lonjakan sekitar 10.000 kasus yang terdata di rumah-rumah sakit di kota besar seperti Mumbai, New Delhi dan Chennai.

Para pakar epidemiologi memperkirakan, lonjakan korban Covid-19 di India bakal masih terus berlangsung mengingat sejauh ini belum mencapai puncaknya, apalagi jika rencana pembukaan warung-warung makan, pusat perbelanjaan dan tempat ibadah jadi dilakukan.

“Kami tengah duduk di bom waktu,” kata President Progressive Medicos and Scientists Forum, Singh Bhatti dan menambahkan, mencabut karantina wilayah terlalu dini hanya akan menaikkan jumlah korban tewas, kecuali jika pemerintah menaikkan anggaran kesehatan.

Pendeta “Sakti” dari Kamerun

Kasus mirip lainnya dialami Frankline Ndifor, pendeta di kota Douala, Kamerun yang mengaku mampu menyembuhkan pasien Covid-19 hanya dengan menyentuhkan tangannya ke tubuh korban, tewas medio Mei lalu.

Testimoni kematian Ndifor akibat paparan Covid-19 disampaikan oleh dr. Galle Nnanga yang dipanggil untuk menanganinya dan bersaksi, ia menghembuskan nafas terakhir sekitar 10 menit setelah dirujuk.

Para pengikut Ndifor semula meyakini, tokoh panutannya tidak meninggal, tetapi sedang “berkonsultasi dengan Tuhan” sehingga menolak pemakamannya dan kemudian baru merelakannya dimakamkan di halaman rumahnya setelah diberi pengertian.

Perilaku menyimpang yang merugikan diri, keluarga dan orang lain di tengah pandemi Covid-19 juga terjadi di Indonesia seperti maraknya pengambilan paksa jenasah di rumah-rumah sakit, penolakan tes Covid-19 bahkan pengusiran para petugas kesehatan yang akan melakukan pengambilan specimen.

Komunikasi dan sosialisasi terkait ancaman Covid-19 harus terus diintensifkan oleh pejabat dari level paling bawah di daerah (RT,RW dan kelurahan) sampai pusat, dibarengi tindakan tegas aparat penegak hukum. ***

Post a Comment

0 Comments