Riza Falepi (Oleh : Arie Alfikri, Wartawan Luak Limopuluah) |
Catatan, --- Inovasi menjadi kata yang sudah begitu melekat pada pribadi Riza
Falepi. Menjabat Wali Kota Payakumbuh sejak 2012, berbagai inovasi sudah
dilakukan oleh kepala daerah dua periode itu untuk kemajuan Kota
Payakumbuh. Maka tak heran, Kota Payakumbuh semakin bergerak maju dan
diganjar ratusan penghargaan baik oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov)
maupun Pemerintah Pusat.
Beberapa penghargaan yang berhasil
diraih antara lain Leadership Award, Investment Award, Bung Hatta Award,
Perpamsi Award, dan lain-lain. Payakumbuh juga dinobatkan sebagai Kota
Layak Anak, Kota Sehat, Piala Adipura, Opini Keuangan WTP, Pelayanan
Publik Terbaik, SAKIP BB, Perencana Pembangunan Terbaik, Pengelola
Pendidikan Terbaik, Penghargaan Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah
Bidang Pekerjaan Umum (PKPD-PU), Penyelenggara Irigasi Terbaik Nasional,
dan seterusnya. Meskipun sudah banyak prestasi yang ditorehkan Riza,
sepertinya masih banyak masyarakat Sumatera Barat yang belum mengenal
sosok yang suka bekerja keras tanpa ekspos media ini.
Riza Falepi
lahir di Payakumbuh, 17 Juni 1970. Setelah menempuh pendidikan SD
sampai SMA di Payakumbuh, Riza melanjutkan pendidikan di Institut
Teknologi Bandung (ITB). Pendidikan strata dua juga dia lanjutkan pada
perguruan tinggi yang sama hingga berhak menyandang gelar S-2 Magister
Tekno Ekonom.
Tamat kuliah, Riza mulai menjalani dunia bisnis
sesuai dengan latar belakangnya sebagai tekno ekonom. Berkat keikhlasan,
kesungguhan, dan profesionalismenya dalam berusaha, ayah 3 anak itu
berhasil menjadi pengusaha muda yang sukses.
Era reformasi
membuat Riza mulai terjun ke dunia politik. Latar belakang sebagai
akktifis dakwah di kampus ITB membuat dia dan kawan-kawan ikut
berpartisipasi politik di bawah naungan Partai Keadilan yang kemudian
berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Riza menjabat
Pengurus DPD Partai Keadilan Kabupaten Bandung pada 1999-2000, Pengurus
DPW PKS Jawa Barat bidang Perburuhan pada 2000-2005, dan Pengurus DPP
PKS Biro Hubungan Luar Negeri, Industri, dan Perdagangan pada 2005-2010.
Momen pemilu 2009, Riza maju sebagai senator Sumbar di DPD RI. Suami
dari Dr. Henny Yusnita itu, berhasil meraih suara terbanyak ketiga
setelah Emma Yohana dan Irman Gusman sehingga mengantarkan dirinya
sebagai Anggota DPD RI periode 2009-2014.
Tahun 2012, Pilkada
Payakumbuh ditabuh. Riza yang bergelar Datuak Rajo Ka Ampek Suku diminta
masyarakat Payakumbuh khususnya masyarakat Nagari Koto Nan Gadang untuk
maju sebagai calon wali kota. Permintaan dari masyarakat itu diakomodir
oleh DPP PKS. DPP keluarkan SK pencalonan Riza sebagai cawako
Payakumbuh 2012-2017. Meski harus “turun pangkat” dari jabatan Anggota
DPD RI menjadi Wali Kota, sebagai kader Riza taat dan patuh kepada
perintah pimpinan PKS untuk bertarung di Pilkada Payakumbuh.
Riza
Falepi-Suwandel Muchtar (FWAN) berhasil memenangkan Pilkada Payakumbuh
2012 sebanyak satu putaran saja. Hal ini membuktikan besarnya dukungan
dan harapan masyarakat Payakumbuh agar Riza menjabat wali kota. Sejak
dilantik oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno pada 23 September 2012,
pasangan FWAN langsung tancap gas.
Harapan besar masyarakat
Payakumbuh dijawab Riza dengan kerja maksimal. Jejak-jejak inovasi dan
prestasi Riza bersama jajaran bisa ditelusuri pada semua sektor
kehidupan di Payakumbuh. Tak hanya di sektor layanan dasar, seperti
infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. Tetapi juga pada sektor
pemerintahan, ekonomi, pertanian, pemuda, olahraga, dan lainnya. Semua
jejaknya nyata dan bisa dinikmati masyarakat Payakumbuh.
Pada
sektor keagamaan, Riza menjadi wali kota pertama yang mencanangkan
Pesantren Ramadan yang belum ada pada periode pemerintahan Wali Kota
Payakumbuh sebelumnya. Dia juga mencanangkan program Payakumbuh
Menghafal dan menyediakan hadiah umrah bagi pelajar yang hafal Alqur’an
30 juz.
Berbagai program keagamaan lainnya juga dicanangkan
mantan Anggota DPD RI ini. Gerakan Subuh Berjamaah menjadi sarana dialog
dan silaturahmi bagi Riza untuk menyerap aspirasi masyarakat dari
masjid ke masjid di samping menumbuhkan semangat cinta masjid di
kalangan generasi muda. Lalu ada program Payakumbuh Berwakaf. Program
kerja sama Pemko dengan Kemenag Payakumbuh itu merupakan program pertama
di Indonesia sehingga Payakumbuh dijadikan sebagai pilot project
nasional.
Dalam hal infrastruktur keagamaan, keberadaan masjid
yang representatif sangat dibutuhkan masyarakat Payakumbuh sebagai pusat
kegiatan keagamaan. Hal itu begitu disadari Riza. Pembangunan Masjid
Agung Payakumbuh sudah direncanakannya sejak awal menjabat. Lahan dan
maket masjid sudah disiapkan namun keinginannya tersebut ditolak oleh
DPRD Payakumbuh karena lahan yang tersedia dianggap kurang layak. Mantan
Aktifis Masjid Salman ITB itu tak patah arang. Pembangunan Masjid Agung
dialihkan ke kawasan Sawah Kareh, Kelurahan Pakan Sinayan, Kecamatan
Payakumbuh Barat. Niniak mamak dan masyarakat setempat menyambut baik
rencana pembangunan tersebut sehingga mulai dilakukan proses pembebasan
lahan.
Pada sektor pendidikan, Riza memberikan perhatian penuh
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dari segi anggaran, sektor
pendidikan menjadi prioritas dalam melahirkan anak didik yang berakhlak
mulia. Alokasi anggaran pendidikan di APBD Payakumbuh bahkan mencapai
30%. Peningkatan kualitas guru dan pengajar juga menjadi fokus
perhatiannya. Hasilnya, Payakumbuh mampu menjadi Pengelola Pendidikan
Terbaik di Sumbar. Dari segi pembangunan di bidang pendidikan, Riza
berinovasi untuk mendirikan 2 sekolah baru yaitu SMAN 5 Payakumbuh
dengan konsep Boarding dan SMK 4 dengan konsep SMK Informasi Teknologi
(IT).
Sektor infrastruktur Payakumbuh mengalami kemajuan sangat
pesat. Riza banyak melakukan perbaikan dan pelebaran jalan sehingga
jalan Payakumbuh masuk kategori baik atau mulus mencapai 95%. Berbagai
pembangunan infrastruktur dilakukan seperti Normalisasi Batang Pulau,
pembangunan drainase, saluran irigasi, embung, dan Water Treatment Plant
(WTP) yang merupakan teknologi canggih untuk memfilter air Batang Agam
menjadi air layak minum.
Berbekal kepiawaian lobi dan jaringan
Riza di tingkat pusat, dia berhasil mendatangkan anggaran dari
Kementerian PUPR untuk mega proyek Normalisasi Batang Agam. Anggaran
senilai Rp 195 M digelontorkan pemerintah pusat untuk pembangunan
terbesar yang ada dalam sejarah Kota Payakumbuh. Proyek multiyears
dengan pengerjaan sepanjang 10,6 km Batang Agam itu merupakan
masterpiece Riza selama memimpin Payakumbuh.
Riza mempunyai
kebiasaan unik dalam memantau infrastruktur. Hampir setiap akhir pekan,
dia blusukan sambil bersepeda keliling Kota Payakumbuh. Dengan turun
langsung, Riza mengaku lebih mengetahui persoalan daripada hanya duduk
manis menerima laporan bawahannya. "Fahmul as’al nisfu jawab (paham
persoalan, separuh dari jawaban)," ujarnya suatu kali.
Setiap
persoalan infrastruktur yang ditemui Riza di lapangan langsung direspon
dengan kebijakan pembangunan. Perhatiannya terhadap perbaikan
infrastruktur terutama irigasi sangat tinggi karena sangat dibutuhkan
petani dan petani adalah profesi mayoritas masyarakat Payakumbuh.
Blusukan bersepeda diiringi kebijakan pembangunan itu akhirnya
membuahkan prestasi. Payakumbuh dinobatkan sebagai Penyelenggara Irigasi
Terbaik Nasional.
Dalam bidang pemerintahan, Riza berusaha
keras mewujudkan Good Governance. Usahanya untuk "cuci piring" birokrasi
pada awal pemerintahan dan mengedepankan transparansi keuangan,
diganjar opini WTP untuk pertama kalinya dalam sejarah Payakumbuh. Sejak
itu Payakumbuh selalu mendapatkan opini WTP dari BPK sebanyak 5 kali
berturut-turut hingga sekarang. Selain itu, dalam hal evaluasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Payakumbuh mampu
meraih predikat BB. Dari seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia,
hanya 20 daerah yang bernilai BB termasuk Kota Payakumbuh.
Pada
sektor kesehatan, Riza memutuskan untuk merehab berat bangunan Puskesmas
Lamposi sehingga puskesmas tersebut bisa berdiri megah dan mendapat
akreditasi utama dari Kemenkes RI. Pembenahan sarana RSUD Payakumbuh
juga dilakukan. Ruang operasi dan rawat inap terus ditambah. Alhasil,
Gedung Kemuning 4 lantai RSUD berdiri megah dengan fasilitas dan
peralatan operasi terbaik di Sumatera Barat.
Prestasi di bidang
kesehatan dibuktikan dengan penghargaan Payakumbuh sebagai Kota Sehat
sebanyak 5 kali berturut-turut. Selain Dinas Kesehatan sebagai leading
sector, prestasi Kota Sehat juga ditunjang oleh program Rehab Rumah Tak
Layak Huni (RTLH) melalui Dinas Perumahan dan Permukiman. Sebanyak 2000
rumah sukses dibedah sehingga Kota Payakumbuh menjadi percontohan
nasional dalam program ini. Dalam hal jaminan kesehatan, Riza mampu
mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) dimana 96,69% masyarakat
Payakumbuh telah menjadi peserta BPJS Kesehatan. Capaian itu diganjar
penghargaan UHC JKN-KIS oleh Presiden RI.
Pada sektor pertanian,
berbagai inovasi terus dilakukan mulai dari peningkatan kapasitas
produksi padi hingga diversifikasi kepada budi daya holtikultura.
Terbaru, Riza menggagas penerapan teknologi sistem pengawetan pascapanen
untuk untuk produk sayuran ataupun holtikultura dengan tujuan alat
pengendali inflasi. Sehingga nantinya petani memiliki kebebasan untuk
menentukan waktu penjualan produk pertanian dalam menyikapi fluktuasi
harga.
Pada bidang olahraga, Riza punya prinsip Payakumbuh hanya
menggunakan atlet lokal atau putra daerah dalam berbagai perlombaan
seperti Porprov serta ajang lainnya. Menurutnya, percuma prestasi tinggi
tapi malah memakai atlet bayaran dari daerah lain. Hal ini tentu sangat
berpengaruh dalam proses pembinaan atlet. Kebijakan ini dia dukung
dengan kucuran bonus untuk peraih medali emas sebesar Rp 40 juta, perak
Rp 11 juta, dan perunggu Rp 9 juta. Atlet Payakumbuh yang notabene putra
daerah tadi, menjadi semakin semangat untuk berlatih demi mengejar
prestasi.
Infrastruktur olahraga juga disiapkan. Pembangunan GOR
dan stadion sepakbola berstandar nasional sedang dilakukan di Kelurahan
Tanjung Pauh, Payakumbuh Barat. Untuk pembangunan GOR diharapkan rampung
pada akhir Desember 2019. Sedangkan stadion dibangun secara bertahap
mulai tahun ini dengan dana dari pemerintah pusat.
Pada sektor
ekonomi, Riza berhasil menjadikan Payakumbuh sebagai kota yang memiliki
pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera Barat. Hal itu bisa terjadi
karena Riza menciptakan suasana ekonomi yang kondusif seperti
mempermudah perizinan sehingga kantor pelayanan dan perizinan Payakumbuh
menjadi terbaik nasional. Dengan itu, Riza mampu mempertahankan idle
capacity sehingga pertumbuhan ekonomi naik.
Pada periode
pemerintahan kedua, Riza berpasangan dengan Erwin Yunaz dengan fokus
kerja pembenahan bidang ekonomi sesuai dengan janji kampanyenya pada
Pilkada 2017. Inovasi ekonomi dimulai dengan mendeklarasikan Payakumbuh
sebagai Kota Rendang. Pengembangan produk rendang diyakini memiliki efek
daya ungkit yang besar untuk membangun ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat Payakumbuh.
Deklarasi tersebut tentu bukan sekedar
klaim. Sebelumnya Payakumbuh sudah punya 43 IKM rendang yang 40%
tersentralisasi di Kampung Rendang Lamposi. Produksi rendang IKM
Payakumbuh bahkan sudah mencapai 1 ton per hari.
Kondisi itu
didukung dengan semua bahan baku rendang tersedia di Payakumbuh. Mulai
dari ketersediaan daging, cabe khas Payakumbuh yaitu cabe Kopay, hingga
kelapanya. Kelapa Payakumbuh memiliki kelebihan dibandingkan kelapa
daerah lain dimana kandungan santannya yang cenderung mengeluarkan lebih
banyak minyak. Hal itu tentu menambah cita rasa rendang Payakumbuh itu
sendiri. Semua itu dipandang Riza sebagai opportunity yang harus digarap
serius.
Riza berpikir keras bagaimana caranya skala bisnis
rendang ini semakin besar dan bisa berproduksi dalam jumlah massal.
Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut. Mulai dari
pembangunan Gedung Sentra IKM Rendang, persiapan BUMD peternakan sapi,
pemanfaatan rumah potong hewan bertaraf internasional, teknologi
retouch, hingga pengadaan mesin vertical packaging.
Dari segi
marketing, produk rendang diliterasikan menjadi video dan buku. Buku
rendang Payakumbuh dibuat dua bahasa yaitu Indonesia-Inggris dan
Indonesia-Arab. Targetnya akan dijadikan 7 bahasa ditambah
Indonesia-Mandarin, Indonesia-Jepang, Indonesia-Korea,
Indonesia-Prancis, dan Indonesia-Spanyol. Itu semua diliterasikan dengan
tujuan untuk disebar ke seluruh dunia agar rendang Payakumbuh semakin
dikenal pasar internasional.
Selain itu, para pengusaha rendang
juga difasilitasi untuk mengikuti ekspo baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. Beberapa waktu yang lalu, Riza membawa sejumlah pengusaha
rendang Payakumbuh untuk mengikuti ekspo di Jeddah, Arab Saudi. Di sana,
Rendang Payakumbuh dipresentasikan dengan penyajian yang baik, mulai
dari segi ingredient, kandungan nutrisi, cara pengolahan, hingga kemasan
yang baik, sehingga mereka memahami bahwa wajar rendang diakui sebagai
makanan terlezat di dunia.
Ekspo tersebut membuahkan hasil.
Pengusaha Arab tertarik untuk membangun kerja sama dengan pengusaha
rendang Payakumbuh. Penandatanganan kesepakatan bisnis antara keduanya
dilakukan di KJRI Jeddah, 27 Januari 2019. Melalui transaksi business to
business itu, Payakumbuh dipastikan bakal mengekspor 20 ton rendang ke
Arab Saudi.
Semua inovasi itu dilakukan Riza demi kebangkitan
daerah yang dipimpinnya agar bisa beradaptasi dalam dunia yang terus
berkembang cepat dan dinamis. Dia punya pemikiran tentang model
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang berangkat dari sumber daya yang
ada di daerah itu sendiri. Sebab, setiap daerah mempunyai keunggulan dan
kelebihannya masing masing. Untuk menjadi sejahtera, daerah itu sendiri
yang harus menemukan caranya dan berdaya saing unggul.
Visinya
adalah model pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Visi
yang sangat sulit untuk diwujudkan suatu daerah. Ini hanya bisa
direalisasikan bila suatu daerah berada pada kepemimpinan yang tepat
dalam mewujudkan kerangka pembangunan yang berkelanjutan (sustainability
development).
Pertanyaannya, seperti apakah kapasitas minimum
seorang pemimpin yang bisa mewujudkan visi itu? Pertama, pemimpin itu
memiliki kepribadian yang kuat dan pantang menyerah untuk menghadirkan
visinya dan digaungkan terus kepada semua pemangku kepentingan di daerah
tersebut. Pemimpin yang mampu menjadi pelita bagi masyarakat sehingga
masyarakat di daerah itu sadar bahwa mereka memiliki kekuatan untuk
merubah diri dan ikut menjadi pemain global.
Kedua, pemimpin
yang memiliki daya kohesifitas untuk memastikan semua personil dan
pemangku kepentingan bisa memahami visinya, sehingga bisa bergerak dalam
ritme kerja yang relatif tinggi, efektif, dan efisien.
Ketiga,
memiliki kapasitas dan aksesibilitas kepada sumber-sumber keuangan.
Bukan pemimpin yang hanya bisa menghabiskan APBD namun tidak bisa
mencari sumber anggaran dan sumber daya untuk kemajuan daerahnya.
Melainkan pemimpin yang bisa mengakses sumber keuangan baik itu dari
komunitas bisnis lokal maupun global, baik dari pemerintah pusat maupun
pemerintah provinsi. Ketiga kriteria tersebut kiranya ada pada diri
seorang Riza Falepi.(ul)
0 Comments