Sekitar 40 Mayat Demonstran Sudan Bergelimpangan di Sungai Nil

Dokter menyebut, mayat-mayat ini diyakini bagian dari 100 orang yang tewas. Mereka kehilangan nyawa akibat serangan pasukan keamanan di kamp protes
IMPIANNEWS.COM (Khartoum). 

Sebanyak 40 mayat ditemukan dari Sungai Nil yang berada di Khartoum, Sudan. Menurut aktivis oposisi, mayat-mayat tersebut adalah demonstran korban kekerasan pasukan keamanan.

Dokter menyebut, mayat-mayat ini diyakini bagian dari 100 orang yang tewas. Mereka kehilangan nyawa akibat serangan pasukan keamanan di kamp protes pada awal pekan ini.

"Sebanyak 40 jenazah para martir mulia kami ditemukan di Sungai Nil kemarin," kata Komite Sentral Dokter Sudan dalam pernyataan, yang dikutip oleh BBC, Rabu, 5 Juni 2019.

Para demonstran tersebut telah menduduki wilayah di depan markas militer selama beberapa pekan. Mereka menginginkan agar tampuk kekuasaan dipegang oleh sipil.

Protes terjadi beberapa bulan sebelum penggulingan mantan Presiden Omar al-Bashir. Sesudah penggulingan, mereka menduduki alun-alun depan markas militer dan menuntut agar kekuasaan dikembalikan kepada sipil.

Seorang pejabat Komite Sentral Dokter Sudan mengaku telah menyelidiki dan memverfikasi jumlah korban tewas yang mencapai 100 orang. Dewan Transisi Militer (TMC) yang berkuasa di Sudan berjanji untuk menyelidiki pembantaian tersebut.

"Situasinya sulit. Sebagian besar rumah sakit telah merawat banyak korban di luar kemampuan mereka," tutur salah seorang dokter.

Dia menambahkan, kurangnya staf medis dan persediaan darah menjadi salah satu kendala. "Sulit untuk melakukan operasi karena hanya dapat dilakukan di rumah sakit tertentu," imbuh dokter tersebut.

Sementara itu, penguasa militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan militer telah memutuskan untuk membatalkan kesepakatan dengan para pengunjuk rasa. Dia menyerukan untuk diadakan pemilihan dalam waktu sembilan bulan.

Burhan mengatakan pemilihan itu akan berlangsung di bawah pengawasan regional dan internasional. Penyataan ini keluar setelah perundingan dengan Aliansi Kebebasan dan Perubahan gagal.