Gagal Dikonferensi KTT antara Korut dan Amerika Serikat, Kim Jong-Un Dicopot

IMPIANNEWS.COM (Korea Utara). 

Pemerintah Korea Utara dilaporkan mencopot salah satu pejabat tinggi mereka, Kim Yong-chol, dari jabatan kepala Departemen Fornt Persatuan Partai Buruh. Lelaki yang disebut tangan kanan Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong-un, itu didepak dari posisinya karena diduga gagal mengikat kesepakatan dalam Konferensi Tingkat Tinggi antara Korut dan Amerika Serikat, akhir Februari lalu.

Seperti dilansir Reuters, Kamis (25/4), kabar itu disampaikan oleh Kepala Komite Intelijen Parlemen Korea Selatan, Lee Hye-hoon. Akan tetapi, Badan Intelijen dan Kementerian Penyatuan Korea menolak menanggapi kabar itu.

Lee menyatakan posisi yang ditinggalkan Yong-chol diisi oleh Jang Kum Chol. Dia menyatakan tidak pernah mendengar sepak terjangnya.

Kabar penunjukkan Jang dilaporkan oleh kantor berita Korea Utara, KCNA. Meski demikian, pemerintah Korsel menyatakan masih terlalu dini menarik kesimpulan soal karir politik Yong-chol dan pengaruhnya dalam perundingan nuklir.


Yong-chol adalah perwira angkatan bersenjata Korut yang juga menjabat wakil ketua Komite Sentral Partai Buruh. Selama ini dia termasuk dalam anggota perundingan denuklirisasi dan kerap berurusan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo.

Yong-chol juga tidak nampak dalam rombongan lawatan Kim Jong-un ke Rusia. Padahal, dia selalu hadir dalam empat kali kunjungan kenegaraan ke China dan terlibat dalam dua KTT AS-Korut.

Kini Yong-chol disebut ditunjuk menjadi anggota Komisi Urusan Negara.

Diduga Yong-chol adalah orang yang berkeras supaya Jong-un tidak menuruti kemauan AS untuk melucuti seluruh persenjataan nuklir mereka jika ingin semua sanksi dicabut. Dia mendesak pelucutan bertahap dengan imbalan pembatalan sanksi-sanksi yang dianggap penting.

Perundingan antara AS-Korut kedua di Hanoi, Vietnam berakhir tanpa hasil. Jong-un menyatakan dia mau kembali bernegosiasi dengan Presiden AS, Donald Trump, tetapi memberi tenggat hingga akhir tahun ini. Jika hal itu tidak terlaksana, kemungkinan besar Korut akan melanjutkan program persenjataan nuklir dan membuat situasi di Semenanjung Korea kembali tegang. (ayp)