Catatan Indra Martini, "Menjadi Kepala Daerah Bataratik"

Bataratik berasal dari kata taratik. Kurang lebih kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya etika. Jadi, kalau anda untuk sesuatu hal tidak beretika, berarti anda manusia indak bataratik.

Tidak hanya dalam hidup sehari-hari kita harus beretika. Di dalam menjalankan sebuah pemerintahan juga ada etikanya, namanya Etika Berpemerintahan. 

Kepala Pemerintahan – baik itu Presiden, Gubernur, dan Bupati atau Walikota -- harus  menghormati, mengindahkan, dan menjalankan Etika Pemerintahan. Kalau tidak anda akan disebut dengan Kepala Pemerintahan yang tidak memiliki etika.

Dalam penyelenggaraan praktek pemerintahan, Etika Pemerintahan berfungsi sebagai acuan, penuntun, dan pedoman ketika melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. 

Selain sebagai acuan untuk menilai apakah keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan tersebut baik atau buruk maupun terpuji atau tercela.

Anda datang ke sebuah intansi, kemudian melihat pelayanan di instansi tersebut tidak beres, anda bisa marah.

 Tapi, kan tidak perlu pula anda menendang tong sampah plastik di sana atau membanting kursi. Atau, ketika anda dalam kegirangan saat menonton sebuah pertunjukan, kan tidak harus pula anda naik ke ke kursi sofa sambil teriak-teriak.

Setelah diamati, rata-rata Kepala Daerah demikian, akhirnya berurusan dengan hukum  dalam kasus klasik ; korupsi.

Secara undang-undang dan peraturan, mungkin seorang Walikota merasa benar dengan perbuatannya memarahi pegawainya bila ada yang salah. 

Menurut undang-undang Pemerintahan Daerah, sah. Tapi marah tanpa melihat waktu, tempat, apalagi konteks persoalan, secara Etika Berpemerintahan, taratik anda dipertanyakan. 

Bagi sebagian Kepala Pemerintahan, setelah berbagai peristiwa tak bataratik itu terjadi, ketika ditanya pihak lain menjawab dengan ringan, “Spontan saja !. Di luar kontrol saya ...” Kalau memang spontan dan di luar kontrol anda, pertanyaannya adalah kenapa anda bisa lolos sewaktu tes psikologi Calon Kepala Daerah dulu ? 
Jangan anda kira, orang lain tidak punya rasa marah seperti anda. 

Mungkin pegawai tertentu karena takut tanggal jabatan, hilang fasilitas, turun pangkat, dan sejenisnya hanya diam. Tapi, bukan tidak mungkin, ada pegawai yang mulai hilang pula kesabarannya melihat taratik anda menjadi tidak bataratik pula.

 Tiba-tiba saja, di saat anda asyik-asyiknya bepidato dengan mulut berbuih, ia soraki anda dihadapan orang banyak “ Ang gadang ota .. !”, bahkan dihadapan Forkopimda dipacaruik-annya anda. Lain pula pedihnya itu !

Karenanya, hati-hatilah anda bila sudah mulai hilang taratik, karena orang akan memperlakukan anda dengan kurang taratiknya pula.

Anda baru mau menjadi orang stres, sementara di luar sana, apalagi saat ini, orang-orang gila berkeliaran banyak sekali. ‘Bersertifikat’ malahan.

Anda bisa membaca lagi apa itu konsepsi etika, untuk pengetahuan anda. Perlu juga anda pahami apa itu the four cardinal virtues, supaya anda lebih bijaksana.

Sebagai Kepala Daerah anda bukan siapa-siapa, kalau tidak dibantu para pegawai pemerintah yang bahkan lebih lama mengabdinya kepada negara ini dibanding anda. Saya tidak mau mengatakan anda Si Dungu yang Lagi Beruntung.

 Tapi saya perlu mengingatkan anda semua Kepala Daerah untuk hidup bataratik. Waspadalah !.-