IMPIANNEWS.COM (Padang).
Sudah 2 tahun sudah penerapan kegiatan keagamaan berjalan maksimal sebagai penunjang program pendidikan berkarakter di SMAN 2 Payakumbuh.
Kepala SMAN 2 Payakumbuh, Irma Takarina yang juga merupakan kepsek berprestasi nasional adalah salah satu dari banyak kepala sekolah yang sangat peduli dengan keagamaan di Payakumbuh.
Selain PBM, keagamaan, SMAN 2 Payakumbuh juga sudah memiliki perpustakaan dengan Barcode system. Dengan sistem ini, Fungsional Pustakawan raih Juara I di tingkat nasional.
Saat dijumpai di ruang kerjanya, Kepala SMAN 2 Payakumbuh, Irma Takarina didampingi Kepala SLBN Centre, Dewi Marza menerangkan kebijakan yang dilaksanakan di sekolah mereka.
” Selain shalat wajib berjamaah, berjalan 2 tahun kita sudah terapkan kebijakan dan fasilitasi waktu 30 menit untuk shalat Dhuha, secara bergiliran. Kebijakan ini berlaku untuk semua anggota keluarga besar SMAN 2 Payakumbuh. Kegiatan ini langsung kita koordinir bersama Rohis SMAN 2. Siswa kita berjumlah sekitar 1113 dengan non muslim sekitar 10 siswa. Terkait program hafidz yang kita terapkan di sekolah, setiap hari Jum’at dan Sabtu kita sengaja pondokkan anak di Home Stay Harau di bawah bimbingan GPAI bersama Ustadz Amru Siregar menggelar latihan hafidz di alam. Dan siswa kita Akhlakul Imam merupakan siswa inklusi yang sudah hafidz dan juga raih 3 medali dalam kegiatan Global IT Challenge for Youth With Disablities tingkat Asia Pasifik untuk para remaja dengan kebutuhan khusus di Vietnam,” terang Irma Takarina
“Saat ini kami kekurangan Guru PAI, karena salah seorang GPAI kita, Ibu Zuriati masuki usia pensiun. Tolong pesan untuk kepala kankemenag, Kami butuh GPAI dari kemenag,” imbuh Irma Takarina.
Hal senada juga disampaikan Kepala SLBN Centre Payakumbuh, Dewi Marza.
“Kita pernah usulkan kepada Kepala kankemenag untuk penempatan GPAI PNS dari Kemenag untuk SLBN Centre, namun belum ada direalisasikan. Mungkin kemenag juga kekurangan, saat ini kami manfaatkan guru kelas dan guru honor. Semoga tahun ajaran 2018/2019 mendatang, mimpi kami dapat terwujud,” ungkap Kepala SLBN Centre Payakumbuh.
Secara teknis, permasalahan ini kami coba bicarakan dengan Kepala kankemenag melalui Kasi PAIs, Sri Yusnita.
” Memang benar saat ini kita kekurangan personil GPAI PNS untuk sekolah umum. Idealnya 1 sekolah 1 GPAI, namun kita belum bisa penuhi. Terkait kekurangan GPAI ini, kita suda usulkan ke Kanwil. Serta kita juga sudah kirimkan informasi staf kekurangan GPAI ini kepada Walikota Payakumbuh. Kita juga telah koordinasikan dengan Kasi Pendidikan Madrasah, kalau seandainya ada guru PAI madrasah yang mau pindah menjadi GGPAI sekolah umum. Namun kelemahannya terletak pada sertifikasi guru profesional mereka yang sudah ditentukan tingkat madrasahnya. Kita akan coba pelajari lebih lanjut regulasi terkait mutasi GPAI madrasah ke GPAI sekolah umum,” papar Sri Yusnita.
Kekurangan GPAI PNS juga diakui Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin di Jakarta, Senin (03/07), ” Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini dihadapkan pada problem fundamental berupa kekurangan guru agama. Menurunya, kekurangan guru agama Islam di sekolah sangat massif. Kira-kira sekitar 21ribu kekurangan guru agama Islam di sekolah,” terangnya.(ul).
Sudah 2 tahun sudah penerapan kegiatan keagamaan berjalan maksimal sebagai penunjang program pendidikan berkarakter di SMAN 2 Payakumbuh.
Kepala SMAN 2 Payakumbuh, Irma Takarina yang juga merupakan kepsek berprestasi nasional adalah salah satu dari banyak kepala sekolah yang sangat peduli dengan keagamaan di Payakumbuh.
Selain PBM, keagamaan, SMAN 2 Payakumbuh juga sudah memiliki perpustakaan dengan Barcode system. Dengan sistem ini, Fungsional Pustakawan raih Juara I di tingkat nasional.
Saat dijumpai di ruang kerjanya, Kepala SMAN 2 Payakumbuh, Irma Takarina didampingi Kepala SLBN Centre, Dewi Marza menerangkan kebijakan yang dilaksanakan di sekolah mereka.
” Selain shalat wajib berjamaah, berjalan 2 tahun kita sudah terapkan kebijakan dan fasilitasi waktu 30 menit untuk shalat Dhuha, secara bergiliran. Kebijakan ini berlaku untuk semua anggota keluarga besar SMAN 2 Payakumbuh. Kegiatan ini langsung kita koordinir bersama Rohis SMAN 2. Siswa kita berjumlah sekitar 1113 dengan non muslim sekitar 10 siswa. Terkait program hafidz yang kita terapkan di sekolah, setiap hari Jum’at dan Sabtu kita sengaja pondokkan anak di Home Stay Harau di bawah bimbingan GPAI bersama Ustadz Amru Siregar menggelar latihan hafidz di alam. Dan siswa kita Akhlakul Imam merupakan siswa inklusi yang sudah hafidz dan juga raih 3 medali dalam kegiatan Global IT Challenge for Youth With Disablities tingkat Asia Pasifik untuk para remaja dengan kebutuhan khusus di Vietnam,” terang Irma Takarina
“Saat ini kami kekurangan Guru PAI, karena salah seorang GPAI kita, Ibu Zuriati masuki usia pensiun. Tolong pesan untuk kepala kankemenag, Kami butuh GPAI dari kemenag,” imbuh Irma Takarina.
Hal senada juga disampaikan Kepala SLBN Centre Payakumbuh, Dewi Marza.
“Kita pernah usulkan kepada Kepala kankemenag untuk penempatan GPAI PNS dari Kemenag untuk SLBN Centre, namun belum ada direalisasikan. Mungkin kemenag juga kekurangan, saat ini kami manfaatkan guru kelas dan guru honor. Semoga tahun ajaran 2018/2019 mendatang, mimpi kami dapat terwujud,” ungkap Kepala SLBN Centre Payakumbuh.
Secara teknis, permasalahan ini kami coba bicarakan dengan Kepala kankemenag melalui Kasi PAIs, Sri Yusnita.
” Memang benar saat ini kita kekurangan personil GPAI PNS untuk sekolah umum. Idealnya 1 sekolah 1 GPAI, namun kita belum bisa penuhi. Terkait kekurangan GPAI ini, kita suda usulkan ke Kanwil. Serta kita juga sudah kirimkan informasi staf kekurangan GPAI ini kepada Walikota Payakumbuh. Kita juga telah koordinasikan dengan Kasi Pendidikan Madrasah, kalau seandainya ada guru PAI madrasah yang mau pindah menjadi GGPAI sekolah umum. Namun kelemahannya terletak pada sertifikasi guru profesional mereka yang sudah ditentukan tingkat madrasahnya. Kita akan coba pelajari lebih lanjut regulasi terkait mutasi GPAI madrasah ke GPAI sekolah umum,” papar Sri Yusnita.
Kekurangan GPAI PNS juga diakui Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin di Jakarta, Senin (03/07), ” Pendidikan Agama Islam di sekolah saat ini dihadapkan pada problem fundamental berupa kekurangan guru agama. Menurunya, kekurangan guru agama Islam di sekolah sangat massif. Kira-kira sekitar 21ribu kekurangan guru agama Islam di sekolah,” terangnya.(ul).