7 Tahun Muhammad Yusuf, Putra Lima Puluh Kota Jelajah Indonesia dengan Mengayuh Sepeda

Petualang NKRI si Gondrong Muhammad Yusuf (lokasi Kalimantan)

IMPIANNEWS.COM 

Payakumbuh, - "Sebanyak 593 Polres di Indonesia telah dikunjungi Bapak Muhammad Yusuf selama 7 tahun. Sangat luar biasa. Sangat jarang ada, atau belum pernah ada pejabat atau polri yang mengunjungi Polres, sebanyaknya itu". Dikutip dari ungkapan mantan Kapolda Sumbar, Brigjend Drs. Bambang Sri Hermanto, MH, 2015 - sekapur sirih saat kunjungan terakhir dalam perjalanan Muhammad Yusuf di Mapolda Sumbar) 


Dialah Muhammad Yusuf terlahir di jorong XII Kampuang, Sei Kamuyang Kecamatan Luak kabupaten Lima Puluh Kota tanggal 10 Maret 1964. Dirinya seorang penjelajah Nusantara dengan sepeda kayuhnya, tahun 2008 hingga 2015. Terlahir dari keluarga petani pasangan Abdul Munaf Dt Paduko Sinaro dengan Erlis, keduanya sudah wafat. 


Sejak kecilnya, Yusuf yang sangat mencintai sepeda. Walau sulit untuk diwujudkan oleh orang tuanya, namun Yusuf anak terakhir dari 10 bersaudara ini tetap optimis suatu saat dirinya bakal punya sepeda. Dirinya bercita-cita suatu saat akan mengelilingi Indonesia tercinta dengan sepeda. 


Alhasil, dengan susah payah orangtuanya pun membelikan Yusuf sepeda untuk bersekolah di SD 01 Sei Kamuyang. Tamat dari SD, dirinya bersekolah di SMP Muhammaddiyah Andaleh dan lanjut ke SMPP 25 Payakumbuh (SMAN 2 Payakumbuh sekarang) hingga tamat tahun 1985 bersama rekannya Asmadi Thaher. Untuk bersekolah disana, Yusuf tetap mengayuh sepeda bersama rekannya. Bahkan pernah keliling Sumbar bersama 11 rekannya di SMPP 25 Payakumbuh. 


Saat berkunjung ke Balai Wartawan Luak Limo Puluah, (06/09/2021) sembari bersilaturahim, Yusuf yang juga pernah menjadi wartawan di beberapa media nasional tersebut mengkisahkan perjalanannya. Tak lupa, dirinya memperlihatkan arsip dokumentasi semua daerah yang dirinya pernah kunjungi. 


Kondisi ini membuat kagum wartawan senior Koran Padang, Dodi Sastra, kontributor Antara, Akmal, wartawan Posmetro Padang, serta wartawan media online yang ada di Balai Wartawan, siang itu. 


Dikisahkan, Yusuf adalah mahasiswa jebolan Sospol UNRI tahun 1991 bergelar Drs. Di kampus Yusuf dikenal kritis atas karyanya sebagai wartawan kampus, kala itu. Yusuf adalah keponakan dari Mukhlis Sulin, salah seorang tokoh berdirinya koran Singgalang. 


Dirinya pernah bergabung sebagai kontributor koran Singgalang Riau berkat binaan Hasril Chaniago. Tahun 1990 ,Yusuf bergabung dengan Genta dirangkap sebagai wartawan mingguan Al Azzam Riau. Tahun 2006, Yusuf mencoba tinggalkan dunia liputan sebagai wartawan. 


Yusuf mempunyai seorang istri (cerai - tak ingin sebutkan nama) dengan dikarunia 2 orang putri yang cantik. Namun, kedua putrinya tersebut dipanggil Sang Khalik tahun 1991 dan 1994. Kondisi ini membuat bathin Yusuf terpuruk jauh. 


Apakah berkeliling Indonesia merupakan obat atau pelarian seorang Yusuf  ?. Dirinya menjawab, tidak. Diungkapnya, ini hanya garisan Allah SWT pada diri saya. 


Dimasa berstatus jandanya, Yusuf mengoptimalkan diri untuk mantap mewujudkan cita-cita sejak kecilnya. Yakni mengelilingi Indonesia dengan sepeda kayuh. 


Untuk mewujudkan itu, Yusuf tampa ragu meminta surat rekomendasi dari Polres Kuantan Singingi dimana dirinya berdomisili, kala itu, yaitu di Kampung Baru. Dalam poin ketiga dari surat rekomendasi yang terbitkan Satintelkam Polres Kuantan Singingi  yang bernomor 39 tanggal 19 Desember 2008 tercantum rekomendasi untuk berkeliling Indonesia dalam misi kampanye "Gerakan Budaya Membaca".


Dengan daya ingatnya yang masih kuat, bermodal uang pribadi 20 juta ditambah 5 juta oleh Bupati Kuansing, kala itu Aziz Sukarni. Sepeda jenis Samki yang dilengkapi peralatan bengkel berjalan, ban dalam, pakaian secukupnya yang dipasangi lampu seadanya dan bendera merah putih, Yusuf mulai berkeliling provinsi Riau. 


Berikut rute perjalanan Yusuf yang dimulai dari provinsi Riau terus ke Bangko. Di Bangko Yusuf dihadapkan dengan seekor harimau melintas sore hari itu. Puas berkeliling di Jambi, Yusuf bersepeda menuju Bengkulu. Dalam perjalanannya, Yusuf selalu melaporkan diri ke Polres terkait. Tampa meninggalkan kewajiban sholat, Yusuf biasanya tidur di Rumah makan kantor polisi dan kantor kodim. 


Setiap mengunjungi provinsi yang ia lalui, Yusuf selalu melaporkan diri dan memperlihatkan surat rekomendasi perjalanannya. Setiap usai melaporkan diri, Yusuf selalu minta tanda tangan Kapolres yang teragenda dalam sebuah buku espedisi petualangan. 


Dari Bengkulu Yusuf berlanjut ke Sumatera Selatan, Palembang, Bangka Belitung, Okan Komering, Lampung, Merak, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogya, Jawa Timur, Bali. 


Pak Moh. Yusuf, berfoto dengan komunitas sepeda Aceh di dekat Makam Syiah Kuala Banda Aceh pada acara Fun Bike 'Jelajah Wisata Kota Madani'

Dari Bali, Yusuf bertolak ke NTB, NTT. Menuju Papua Yusuf transit di Buton Sulawesi Selatan, Sulbar, Mamuju, Balikpapan, Kaltim, Kalsel, Kalteng hingga Lamandou. Dari Kalbar Yusuf ke Sambas, Natuna. Dari Natuna Yusuf naik kapal Tanker ke Aceh hingga berkeliling di Aceh hingga Sabang. Di Aceh  Yusuf diundang Gubernur Aceh peringati 10 tahun tsunami Aceh. Dari Aceh, Yusuf menuju provinsi Sumatera Utara hingga puas berkeliling di wilayah hukum Sumut  termasuk di pulau. Dari Sumut, Yusuf menuju Sumatera Barat sebagai akhir petualangannya di tahun 2015.


Saat ditanya mendalam visi dan misi yang membuat Yusuf meninggalkan keluarga selama 7 tahun, petualangan Yusuf tentunya membuat keluarga khawatir, namun Yusuf tidak lupa berkomunikasi dengan keluarganya, walau dengan HP sederhana. 


"Saya berpetualang hanya untuk berkampanye," terangnya sambil melanjutkan kisahnya. 


Dalam petualangannya, Yusuf sudah mengunjungi 540 kota kabupaten di 34 provinsi. Dalam petualangan dari pangkal Indonesia hingga ujung ujungnya, Yusuf 170 kali naik kapal laut. Bahkan pernah dilintasi ular sanca saat ketiduran di pinggir hutan di Kalimantan. Selain itu Yusuf pernah terjebak banjir di Pacitan. Bahkan ban dalam pernah digantinya dengan lilitan padatan rerumputan di Poso Sulawesi dan Tenggamus Palembang. 


Di papua, Yusuf dan sepedanya naik pesawat sebanyak 7 kali dan 2 kali naik helikopter. 


Selama 1,5 tahun di Papua Yusuf pernah bergaul dengan warga disana, termasuk OPM yang kesehariannya mereka layaknya warga biasa saja. 


Diterangkan Yusuf, agar tidak tersesat Yusuf selalu berpedoman pada alam takambang jadi guru serta memanfatkan potensi jurnalisnya. Penunjuk arah berpedoman pada batu Km, marka jalan dan tiang listrik. 


Dalam berdialek dengan warga yang tentunya beda bahasa, Bahasa Indonesia selalu jadi jurus jitu bagi Yusuf. 


"Ini yang harus kita jaga,"ajaknya. 


Disamping mewujudkan niatnya berkeliling Indonesia, adapun tujuan Yusuf berpetualang adalah dalam rangka kampanye kampanye Gerakan Budaya Membaca, kampanye Perpolisian, kampanye stop global warming, kampanye bersepeda sehat, dan mewujudkan tanggung jawab moril Wartawan untuk selalu menjalin hubungan baik dengan pejabat, polisi, TNI, pengusaha dan warga. 


Insya Allah, selama berpetualang saya sehat-sehat saja. Entah berapa ban sepeda yang sudah dihabiskan Yusuf. Banyak pakaian yang diberi warga, polisi, TNI, BUMN dan warga. Hingga kini bukti fisik itu masih saya simpan. Pernah saya paketkan ke kampung saat dalam berpetualang. Sebanyak 593 tanda tangan alumni Akpol saya kantongi saat saya sampai di wilkumnya.


Sehabis tahun 2008, Yusuf tinggal di Jakarta saya bergabung dengan klub sepeda di Jakarta dalam tour Jakarta Bali (Februari hingga September 2019) Yusuf pun mendapat rekomendasi dari Korlantas Mabes Polri Jakarta bernomor 1 tanggal 25 Februari 2019 ditandatangani Kasubditdikmas Kombespol Darto Juhartono. Kegiatan tersebut pun berlangsung sukses. 


Indonesia itu luas sekali, kaya sekali akan semua kebutuhan warganya. Kaya perbedaan namun diikat NKRI dengan Bahasa Indonesia yang sempurna menyatukan kita. 


Namun, di usia senjanya mantan wartawan ini mesti cuti berpetualang dikarenakan terkena strok sejak Maret 2021. Kini penyakitnya mulai mereda, Yusuf pun mulai merangkai kata untuk membuat sebuah buku "berjudul Panglima Penjelajah NKRI dari Tanah Tan Malaka". 


Untuk menerbitkan buku itu, Yusuf terkendala biaya, dirinya sudah berkoordinasi dengan wartawan senior Hasril Chaniago dan beberapa wartawan senior yang dirinya kenal. Dirinya sangat berharap bantuan pemerintah daerah atau donatur untuk menerbitkan biografi Muhammad Yusuf sang petualang NKRI itu. 


"Saat ini hanya tinggal sejarah, kenangan hidup berpetualang. Kalau kurang yakin, silahkan datangi kami di Sei Kamuyang, tanyakan Yusuf Monek. Atau info lengkap bisa telepon saya di 081316907884. Saya akan terangkan, jelaskan semua petualangan saya, lengkap dengan bukti fisiknya. Atau bisa dicek di beberapa pemberitaan di media sosial,"sebut Yusuf. 


"Untuk diketahui dalam hidup kita paham regulasi, baik dari Allah maupun ciptaan pemerintah sah. Perlu tertib administrasi,  tertib pengarsipan. Dan dari perjalanan ini saya memiliki legalitas dan saya telah berupaya memotivasi dan mewariskan semangat bersepeda dengan rekan generasi sehobi,"pungkasnya. (Ul-014) 

Post a Comment

0 Comments