Joe Biden, Dapat Dukungan dari Mayoritas dan Kulit Hitam Jadi Batu Sandungan Donald Trump.



Joe Biden, Dapat Dukungan dari Mayoritas dan Kulit Hitam Jadi Batu Sandungan Donald Trump.

Joe Biden dan Donald Trump bersaing untuk dapat memenangkan pemilihan presiden pada 3 November 2020 mendatang. /Aljazeera.

IMPIANNEWS.COM (AS).

Setelah terjadinya kasus pembunuhan dan juga penembakan terhadap beberapa warga kulit hitam oleh petugas polisi, yang memicu aksi protes yang meluas selama berbulan-bulan, menuntut adanya keadilan rasial dan reformasi yang dilakukan oleh polisi di Amerika Serikat (AS).

Kini ketidaksetaraan rasial menjadi fokus tajam di AS dan menjadi topik yang menentukan dalam debat nasional untuk pemilihan Presiden AS.

Kerusuhan yang terjadi di sejumlah negara bagian, membuat Presiden AS Donald Trump dari Partai Republik berkampanye dengan seruan "hukum dan ketertiban".

Sedangkan, penantang utamanya, calon dari Partai Demokrat Joe Biden, lebih disibukkan dengan masalah ras yang rumit di AS dan mencoba untuk menarik pemilih kulit hitam.

Tetapi, setelah kurang dari dua bulan sebelum pemilihan, di tengah pandemi dan tingkat pengangguran yang meninggi, apakah orang kulit hitam Amerika masih memiliki energi untuk memberikan hak suara mereka yang berpotensi menentukan hasil pada Pilpres AS 2020?

Baru-baru ini, sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa Joe Biden jauh mengungguli Donald Trump di antara pemilih kulit hitam dengan dukungan 78 persen.

"Sebagian besar pemilih kulit hitam akan mendukung Joe Biden," kata Ravi Perry, Profesor dan Ketua Departemen Ilmu Politik di Universitas Howard, universitas yang secara historis berkulit hitam, dikutip impiannews.com lewat  Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Aljazeera, Senin, 14 September 2020.


"Tetapi ada perbedaan dalam antusiasme, di mana wanita kulit hitam, memiliki antusiasme yang jauh lebih besar terhadap Joe Biden. Namun, banyak anak muda yang mendukungnya tetapi dengan antusiasme yang jauh lebih sedikit," lanjut Ravi Perry.

Awal bulan ini, kedua kandidat mengunjungi Kenosha, Wisconsin, negara bagian yang menjadi medan pertempuran pemilihan Presiden AS dan juga tempat terjadinya kerusuhan akibat adanya tindakan rasisme dari petugas polisi kepada pria kulit hitam, Jacob Blake.

Dalam kunjungannya, Joe Biden berbicara di sebuah gereja lokal di Kenosha, setelah pertemuan pribadi dengan Jacob Blake dan keluarganya. 

Joe Biden mengatakan, kejadian saat ini akan membantu orang Amerika menghadapi rasisme sistemik selama berabad-abad.

Sedangkan Donald Trump, jangankan berbicara menyebut nama Jacob Blake, dia bahkan menolak untuk mengakui rasisme sistemik dan malah mengecam para pengunjuk rasa, lalu menawarkan dukungan tegasnya kepada penegak hukum.

Sejak tahun 1960, sejumlah data menunjukkan bahwa pemilih kulit hitam sangat mendukung Partai Demokrat, ketika partai tersebut mengeluarkan undang-undang hak-hak sipil yang melarang pengasingan rasial dan melarang diskriminasi rasial dalam pemungutan suara.

Tetapi jumlah pemilih kulit hitam, yang mulanya meningkat pada pemilihan 2008 dan 2012 ketika Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS kulit hitam pertama, kini kembali menurun sejak pemilihan 2016 ketika Hillary Clinton menjadi calon presiden dari Partai Demokrat.

Lebih dalam lagi, ada peningkatan tingkat sinisme di antara pemilih kulit hitam. Hal tersebut merujuk dari turunnya suara yang diperoleh Hillary Clinton dari pemilih kulit hitam saat melawan Donald Trump pada pemilihan 2016.

Maka dari itu, saat ini Donald Trump tengah berupaya keras untuk menarik pemilih kulit hitam karena di pemilihan 2016, dirinya mendapat 8 persen suara dari warga kulit hitam.

Dan menurut jajak pendapat baru-baru ini, 13 persen pemilih kulit hitam mengatakan mereka berencana untuk memilih Donald Trump kembali pada pemilihan tahun ini.

Analis dari Partai Demokrat, Terrance Woodbury mengatakan, Partai Demokrat tidak boleh lengah terhadap antusiasme pemilih kulit hitam.

Karena menurut data yang dia kumpulkan, setengah dari pemilih kulit hitam kemungkinan akan berdiam diri di rumah atau memberikan hak suaranya kepada Donald Trump, ketika saat ini Partai Republik sangat pandai berbicara tentang isu-isu penting bagi orang kulit hitam.

"Apa yang kami lihat di Konvensi Nasional Partai Republik adalah upaya yang sangat terbuka untuk berbicara langsung dengan isu-isu yang paling penting bagi orang kulit hitam, seperti reformasi peradilan pidana dan pengangguran," kata Terrance Woodbury.

Sedangakan menurut James Lance Taylor, Profesor di Universitas San Francisco, banyak orang kulit hitam yang akan memilih Joe Biden tanpa alasan lain selain untuk mencegah Donald Trump terpilih kembali menjadi Presiden AS.

Hal tersebut selaras dengan yang dikatakan Mantan Sekretaris Negara AS Madelaine Albright, ketika keinginan masyarakat untuk melihat Donald Trump dicopot dari jabatannya sekarang, menimbulkan urgensi tentang pentingnya pemungutan suara tahun ini.

"Bahkan di antara orang-orang yang tidak antusias dengan Joe Biden, orang-orang sudah mengetahui dengan jelas siapa yang harus mereka pilih," kata Madelaine Albright.

"Kami melihat seperti apa kepresidenan Donald Trump, dan bagaimana hal itu memengaruhi kehidupan dan kesehatan kami," lanjutnya.***