Jika Amerika Kalah Telak dan China Menjadi Negara Terkuat di Bumi



Xi Jinping dan pengaruhnya untuk membangun proyek ambisius Road and Belt.

IMPIANNEWS.COM (China).

Negara yang unggul di dunia memiliki kecenderungan untuk membentuk arah dunia dengan berbagai cara.

Mereka melakukan aktivitas yang secara tidak langsung akan mengubah geostrategis mereka.

Lebih dari itu, negara-negara terkuat juga memiliki kemampuan untuk membawa pengaruhnya ke seluruh sistem internasional.

Dampak politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum global ini dampaknya sangat besar.

Keunggulan global Inggris dan Amerika menciptakan fakta bahwa bahasa Inggris menjadi satu-satunya bahasa lingua franca di bumi.

Perdagangan budak tahun 1807, yang dihentikan oleh Inggris karena perkembangan filosofis dan politik Inggris.

Karena Inggrislah yang memiliki kekuatan angkatan laut, untuk benar-benar menegakkan larangan itu.

Kemenangan Barat dalam Perang Dunia menempatkannya dalam gaya pemerintahan demokratis di garis depan, sampai hari ini.

Mengutip National Interest, sejak paruh pertama abad ke-20 Amerika telah meninggalkan jejak sangat besar di dunia, melampaui geopolitik.

Arus nilai politik, aktivitas finansial, dan budaya yang mengalir dari Amerika tanpa henti memiliki efek yang tak terhitung.

Jumlah dari berbagai manifestasi pengaruh Amerika telah memainkan peran penting dalam pembentukan dunia modern.

Namun, saat ini keunggulan Amerika tersebut ditantang oleh China, di mana kedua negara tersebut tengah bertarung memperebutkan pengaruh di dunia.

Saat ini bisa dikatakan China adalah kekuatan global kedua, negara yang mampu mendekati Amerika dalam berbagai aspek.

Sementara Amerika tidak ingin kepemimpinannya tergantikan oleh China.

Pertarungan kedua negara ini berlangsung dalam waktu yang singkat, sejak zaman modern.

Meskipun tidak melalui perang langsung, kompetisi Tiongkok-Amerika diwujudkan dalam menebar pengaruh di seluruh dunia.

Dalam menebar pengaruhnya di dunia, jika Amerika kalah telah dari China diprediksi China bisa mengubah total tatanan dunia saat ini.

Seperti yang dilakukan oleh Inggris dan Amerika.

Faktanya China dalam proses transfer dari otoritarianisme yang relatif ringan, sejak Deng Xiaoping ke model baru yang mendekati definisi totalitarianisme.

Rezim totaliter menuntut kepatuhan ketat terhadap aturan dan gagasan dala kehidupan sehari-hari masyarakat, ini akan mengontrol setiap langkah orang.

Teknologi digital modern China, menawarkan pengawasan total dan data besar untuk memperhatikan dan menilai tindakan sehari-hari warganya yang beroperasi penuh tahun 2020.

Semua teknik statecraft ini benar-benar bukanlah sesuatu yang ingin dilihat lebih luas di dunia, namun kemungkinan bisa terjadi jika China menjadi kekuatan terbesar di dunia.

Proses ini bahkan sudah dimulai di Kamboja, negara dalam pengaruh China yang mendapat praktik pengawasan.

Kemudian, di Zimbabwe yang mengenalkan sistem pengenalan pemantauan wajah yang disedikan China.

Lalu Tanzania yang juga mengadopsi undang-undang keamanan siber, yang menyerupai model China begitu pula Uganda.

Di Pakistan, sistem pengawasan yang dijalankan oleh China telah dibuat di sepanjang rute koridor Ekonomi China-Pakistan. ***