IMPIANNEWS.COM (India).
Pelaksanaan lockdown di India dilansir dari Aljazeera.com mengalami kekacauan. Kelaparan, kurangnya Alat Pelindung Diri (APD) dan ventilator, hingga pekerja migran yang terabaikan, menjadi problematika sendiri dari
pelaksanaan lockdown di India.
Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengumumkan sebelumnya bahwa negara terpadat kedua di dunia tersebut akan menerapkan lockdown selama 21 hari sejak Selasa (24/7) lalu.
Lockdown dilakukan untuk menahan penyebaran virus COVID-19 di negara tersebut.
Pada 30 Januari 2020 lalu, virus corona pertama di India dilaporkan. Setelahnya, angka korban terinfeksi meningkat cepat. Lebih dari 700 orang terinfeksi dengan
catatan 17 di antaranya meninggal dunia.
1. Kekurangan APD dan ventilator
Distribusi APD medis di RS Pelamonia Makassar. IDN Times/Kodam XIV Hasanuddin
Terus meningkatnya kasus COVID-19 di India menyebabkan tenaga medis menghadapi kekurangan peralatan APD. Beberapa menyebutkan kekurangan
masker N-95 dan APD lainnya.
Hal ini disebut lantaran pemerintah yang terlalu terburu-buru padahal WHO telah memperingatkan untuk memproduksi alat pendukung bagi staf medis sejak Februari lalu.
Tak hanya itu, ketersediaan Ventilator juga terbatas. Ada hampir 100.000
ventilator yang dimiliki India dan sebagian besar dimiliki rumah sakit swasta dan telah digunakan oleh pasien kritis.
India disebutkan memerlukan sedikitnya 70.000 ventilator lagi, namun pada Jumat (27/3), pemerintah India hanya memesan 10.000 ventilator baru.
2. Terjadi sejumlah kekacauan, pemerintah upayakan agar tidak terjadi kelaparan
Warga menjaga jarak aman saat mengantre untuk membeli sayuran di sebuah stadion yang diubah menjadi pasar sementara saat diberlakukan penguncian (lockdown) secara nasional selama 21 hari untuk menghambat penularan virus COVID-19, di Vijayawada, selatan negara bagian Andhra Pradesh, India, Kamis (26/3/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Idrees Mohammedo)
Associate Professor di Institut Manajemen India, Ahmedabad, Reetika Khera mengklaim pidato pemberlakuan lockdown yang disampaikan perdana menteri
justru menciptakan kepanikan di tengah masyarakat.
Polisi juga disebut Reetika
salah menangani lockdown dan banyak melakukan kekerasan.
Lockdown juga menyebabkan penutupan layanan kesehatan dan membuat pasien dengan penyakit lain kini terdampar tanpa perawatan.
Menghindari terjadinya kelaparan di tengah kekacauan ini, pemerintah India telah mengumumkan adanya paket stimulus fiskal sebesar $23 miliar.
India diketahui memiliki program kesejahteraan yang ditujukan bagi penduduk miskin. Pemerintah tampaknya menggunakan layanan tersebut untuk menyediakan transfer uang tunai dan makanan secara langsung.
Sayangnya, dilansir dari Aljazeera.com, 85 persen penduduk India yang bekerja
di sektor informal dan migran justru tidak memiliki akses ke layanan ini.
3. Kekhawatiran akan nasib pekerja migran terabaikan
Para pekerja migran menunggu dalam antrian untuk menerima makanan gratis di luar stasiun kereta Howrah setelah India memerintahkan "lockdown" nasional untuk membatasi penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Kolkata, India, Rabu (25/3/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Rupak De Chowdhuri)
Cara pemerintah India yang hanya memberikan jarak empat jam ketikapemberitahuan lockdown dilakukan menimbulkan kekhawatiran daari Gerakan Kesehatan Rakyat.
"Yang benar-benar mengkhawatirkan adalah migrasi besar-besaran yang telah dimulai di seluruh negeri," kata Sundaraman dari gerakan Kesehatan Rakyat seperti dikutip dari Aljazeera.com.
"Lockdown seharusnya dilakukan secara bertahap. Orang tidak boleh terlantar tanpa pendapatan, tanpa pekerjaan," lanjut dia.
#tafch
#lockdont
#india
#viruscorona
0 Comments