Kekhawatiran Rendang Minangkabau Untuk Tembus Pasar Internasional

Oleh : Henmaidi Alfian
IMPIANNEWS.COM

"Radang Minangkabau Tahun Ini InsyaAlah Bersiap Menembus Pasar Timur Tengah"

Catatan, --- Sebagaimana banyak diberitakan, Pemda Payakumbuh berusaha menerobos pasar ekspor Randang. Sepertinyan titik terangnya sudah nampak dengan dilakukannya penandatanganan nota kesepahaman dengan Al Bait Maamour For Umra Service di Jakarta pada Rabu (19/2/2020).

Jumlahnya cukup besar, 480 ton dalam bentu bumbu randang. Upaya ini difasilitasi oleh Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo). Ini adalah suatu terobosan yang membanggakan. Masakan yang bertahun-tahun dinobatkan sebagai masakan terlezat di dunia versi CNN ini mulai memberikan peluang bisnis bagi masyarakat Sumatera Barat.

Namun dibalik rasa bangga itu, terselip kekhawatiran. Jika order perdana ini gagal memenuhi standar pemesan, maka untuk tahun-tahun berikutnya akan sangat sulit untuk menjangkau pasar timur tengah lagi khususnya untuk Jemaah haji. 

Kita jadi ingat kisah sedih ketika order perdana untuk melayani perusahaan penerbangan asing beberapa waktu lalu akhir gagal, dan hingga kini belum ada lagi order berikutnya. 

Penyebabnya sederhana: standar yang tidak tercapai, ukuran potongan daging dan kekerasannya yang tak seragam. Bagi kita sederhana, namun tidak demikian bagi perusahaan kelas dunia.

Apa saja yang menjadi kekhawatiran itu?
Rendang sebanyak 480 ton itu yang dikalkulasi akan dibuat selama dua bulan membutuhkan:
- sekitar dua juta butir kelapa!
- 48 Ton lengkuas
- 24 Ton jahe
- 50 ton lebih cabe
- 2 Ton lebih daun jeruk
- 2 ton lebih daun salam
- Belum lagi Daun kunyit, sere, daun salam, pala dll.

Dari mana bumbu semacam daun jeruk dan daun salam itu akan di cari? 

Tidak berhenti di situ saja,  selain kebutuhan harian, untuk kelacaran proses, perlu juga ada  safety stock yang cukup, sehingga membutuhkan storage serta cold storage dengan kapasitas tak sedikit.
Cukup satu bahan saja yang tidak tersedia, maka bumbu rendang tidak jadi.

Bagaimana menjamin santan sebanyak 10 ton per hari akan kontinyu tersedia, bagaimana menjamin kualitasnya, berapa kuali masak diperlukan jika tiap hari harus dihasilkan 10 ton randang? Padahal satu kuali normal cuma dapat memproses 7 - 10 kg rendang jadi. Dari situ saja maka tiap hari dibutuhkan 1000 - 1400 kuali pemasakan. Ini dengan asumsi jika proses dilakukan secara tradisional. 

Sementara kapasitas sentra rendang dengan system pemasakan modern menggunakan steam hanya 2 ton sehari, dengan kerja 3 shift sehari. Delapan ton sisanya akan dikerjakan secara tradisional.

Jika pekerjaan didistribusi kepada sekian UKM, maka bagaimana mendistribusikan bahan? Bagaimana mengatur bumbu? Bagaimana menjaga kualitas? Bagaimana penanganan rendang jadi, bagaimana pengumpulannya, dimana dikemas, dimana disterilkan, di mana disimpan?

Issue-issue ini diangkat oleh Tim dari Jurusan Teknik Industri Unand dalam pertemuan dengan pihak Pemda Kota Payakumbuh, dinas terkait serta UKM yang tergabung dalam koperasi IKO SERO Payakumbuh. 

Pertemuan itu terlaksana atas undangan dari Dinas Koperasi Payakumbuh kepada tim TI Unand, yang berlangsung di Kantor Balaikota Payakumbuh.

Ternyata Issuenya adalah Logistik - Supply Chain – Manajemen Kualitas

Dari Pertemuan antara tim TI Unand dengan pihak Pemda dan UKM Payakumbuh terungkap, bahwa issue utama dalam pemenuhan order ini bukanlah bagaimana memasak rendang, namun ternyata yang dominan adalah manajemen logistic dan supply chain serta manajemen kualitas. 

Diperlukan organisasi manajemen proyek yang kuat, system prosedur SOP yang jelas dan dipahami oleh semua yang terlibat. Sistem quality assurance harus benar-benar siap dengan SDM yang terlatih.

Tidaklah mudah memenuhi kebutuhan untuk pemenuhan order 480 ton rendang tanpa mengganggu pasokan local. Bumbu seperti jahe, lengkuwas, pala, kunyit dan cabe adalah bahan yang juga merupakan kebutuhan harian masyarakat, apalagi periode bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Adha.  Maka manajemen rantai pasoknya harus ditangani dengan sangat baik.

Tim dari Teknik Industri Unand bertekat akan berpartisipasi mengawal pemenuhan order randang ini dari sisi manajemen proyek, manajemen logistic, supply chain dan quality assurance. 

Pertemuan yang dilaksanakan hari Selasa (25/2/2020) adalah bentuk pertemuan pendahuluan yang akan dilanjutkan dengan komunikasi intensif, dan jadi bagian dari pengabdian pada masyarakat dosen Teknik Industri.

Tekad kita, order ini harus dapat berhasil. Bahwa 480 ton bumbu rendang yang dikirim haruslah 480 ton bumbu rendang terbaik, sehingga akan menghasilkan repeat order untuk tahun berikutnya. Dan setelah itu, perekonomian yang berasal dari rangkaian proses yang terlibat akan terangkat. 

Untuk tahun-tahun berikutnya, maka mulai dari jadwal penanaman bumbu alami: jahe, lengkuas, cabe, daun jeruk, daun salam, hingga pengelolaannya harus dijadwal dengan baik. 

Jika proyek Randang untuk haji ini berhasil, maka peluang untuk jenis produk lain tentu terbuka, dan Randang dapat jadi salah satu motor penggerak roda perekonomian Sumatera Barat. InsyaAllah.(rel/014)

Post a Comment

0 Comments