Pertumbuhan Ekonomi dan Optimisme Matim


Alfred Tuname Warga Manggarai Timur, tinggal di Toka
IMPIANNEWS.COM (Manggarai Timur). 

Kabupaten Manggarai Timur (Matim) menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 9,91 % pada tahun 2023. Itu optimisme ekonomi. Sebagai optimisme, Pemda Matim ingin memacu segenap potensi dan sumber daya demi terwujudnya masyarakat Matim yan sejahtera, berdaya dan berbudaya atau “Matim Seber”. Rujukan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator penggenapan “Matim Seber”. 

Pada tahun 2012, laju pertumbuhan ekonomi Matim pernah mencapai 6 persen. Persentase itu menurun pada tahun 2013 menjadi 5,34 persen.

Sejak tahun 2013, laju pertumbuhan ekonomi Matim terus berada pada kondisi “stationary state” yakni kisaran 5 persen (tahun 2018 sebesar 5,08 persen-BPS 2018). Pada tahun 2018, laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sebesar 0,1 persen dari tahun 2017. Analisisnya, situasi politik Pilkada Matim 2018 tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. 

Sebagai nahkoda baru Kabupaten Manggarai Timur, Bupati Agas Andreas dan Wakil Bupati Jaghur Stefanus tampaknya tak nyaman dengan kondisi “stationary state” tersebut.

Yang ingin dicapai adalah steady state. Semua layar kebijakan dibuka sambil melihat potensi angin perubahan. Bahwa kapal Matim harus tiba pada titik pertumbuhan ekonomi 9,91 persen pada tahun 2023.   

Kalau mengacu pada pendekatan neoklasik R.F Harrod-Evsey Domar, investasi menjadi “layar” utama pertumbuhan ekonomi yang steady state. Dari sisi penawaran (supply side), adanya pembangunan infrastruktur (government expenditure), peningkatan kualitas SDM, ekstensifikasi pertanian dan reformasi birokrasi bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi in the long term. 

Untuk melihat SDM Matim, pendasarannya dimulai dari jumlah penduduk. Ekonom Adam Smith menjelaskan, meskipun tesisnya berlawan dengan Thomas R. Maltus dan David Ricardo, jumlah penduduk diyakini melahirkan ketersediaan tenaga kerja. 

Menurut data BPS tahun 2019, jumlah penduduk Matim pada tahun 2018 sebesar 283.313 jiwa.

Jumlah pekerja berumur 15 tahun ke atas adalah 151.273 (data tahun 2017). Dari jumlah tersebut, jumlah pekerja yang berusaha secara mandiri sebeser 61,8% dibandingkan pekerja sebagai  buruh, karyawan atau pegawai. Kondisi ini menjelaskan, mengutip Adam Smith, produktivitas pekerja akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Matim). 

Kebijakan dan terobosan konsep Sekolah Bahagia, Peningkatan IPM, Pelatihan dan Kewirausahaan, peningkatan produktivitas Bumdes, Koperasi “likang telu” dan pemanfaatan teknologi tepat guna menjadi bagian dari usaha peningkatkan SDM dan produktivitas pekerja Matim. Tanpa peningkatan SDM, pertumbuhan jumlah penduduk hanya menjadi beban pembangunan ekonomi dan kesejahteraan.  

Peningkatan SDM berkorelasi positif dengan kondisi geografis luas dan sumber daya alam (SDA) yang kaya. Kondisi sumber daya alam yang kaya memupuk gairah optimisme pertumbuhan ekonomi Matim. Dasarnya, SDM yang berkualitas mampu memanfaatkan SDA secara produktif dan kreatif. 

Dari kondisi SDA yang kaya itu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih menjadi penyumbang tersebar PDRB (45,39 persen pada tahun 2017). Persentase itu terus menurun dari tahun ke tahun yang disebabkan sistem pertanian subsistem dan belum menjadi “forward linkage” untuk sektor industri di Matim. 

Meskipun demikian, pertanian dan perkebunan tetap menjadi leading sector pertanian Matim. Dari analisis overlay tahun 2016 (BPS 2016), sektor unggulan adalah perdagangan besar/eceran dan reparasi dan perawatan mobil dan sepeda, sektor pendidikan dan sektor aktivitas kesehatan manusia dan aktivitas sosial. Sektor potensialnya adalah sektor pertambangan dan galian, sektok listrik dan gas, sektor pengadaan air dan sektor konstruksi. Poinnya adalah sektor potensial harus ditingkatkan dan sektor unggulan harus dimaksimalkan. 

Jabaran RPJMD dan kebijakan ekonomi Matim tampak kuat memperhatikan leading sector, sektor unggulan dan sektor potensial tersebut. Sebab, sektor-sektor tersebut berkontribusi pada peningkatan PDRB Matim yang menjadi dasar perhitungan pertumbuhan ekonomi. Yang paling mengesankan adalah pembangunan infrastruktur jalan 10 km per tahun di masing-masing kecamatan di Manggarai Timur. Pembangunan itu menjadi investasi berarti bagi peningkatan segala sektor ekonomi Matim. 

Selain itu, ketersediaan infrastruktur pertanian terus ditingkatan. Pembangunan irigasi, bendungan dan teknologi pertanian untuk petani perlu ditingkatkan demi produktivitas dan ketercukupan pangan daerah. Dengan begitu, Indeks Infrastruktur Pertanian yang hanya mencapai 37,02 persen tahun 2018 akan bisa mencapai 71, 30 persen pada tahun 2023. Dari situlah komodi pertanian dan perkebunan Matim bisa ditingkatkan menuju kemadirian pangan lokal (beras) dan ekspor (kopi, kakao, kemiri, cengkeh, dll). 

Peningkatan pembangunan infrastruktur, juga menjadi faktor pendorong peningkatan sektor pariwisata dan sektor jasa. Destinasi pariwista Matim masih butuh sentuhan akses dan fasilitas yang baik. Kerja sama regional (Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur) bidang pariwisata bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

Thus, faktor “eksternal” yang mendukung pertumbuhan ekonomi Matim adalah kontrol inflasi dan reformasi birokrasi. Inflasi itu bersifat volatile dan agak susah dikontrol. Faktor permintaan dan penawaran (bottle neck inflation) dan biaya produksi (cost push inflation) sangat berpengaruh pada inflasi. Dengan dasar Indeks Harga Konsumen (IHK), tingkat inflasi bervariasi pada setiap kelompok pengeluaran masyarakat. Maka usaha Pemda Matim mengontrol inflasi di kisaran 2 (YoY) persen cukup berat. Tetapi sebagai tekad, itu sungguh luar biasa. 

Ketika mengontrol inflasi seperti usaha memegang pasir, yang benar-benar bisa dibuat Pemda Matim adalah reformasi birokrasi (dummy variable). Titik pokoknya adalah SDM aparatur, akuntabilitas, pelayanan publik dan budaya kerja. Jika semua itu baik, secara tidak langsung, akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, tak ada lagi hambatan teknis dan administrasi bagi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. 

Semua kebijakan dan ambisi pemerintah tidak akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi apabila masyarakat tidak bergerak (produktif dan kreatif). Masyarakat harus lebih geliat dan berpartisipasi dalam membaca kebijakan pemerintah. “Government is not generator of economic growth; working people are”. Peringatan ekonom Amerika Phil Gramm itu benar dan penting untuk membuka sef of mind and culture kerja masyarakat Manggarai Timur. Singkatnya, optimisme pertumbuhan ekonomi 9,91 persen di tahun 2023 bisa tergenapi apabila segenap masyarkat Matim juga kerja, kerja dan kerja. (kh)

Post a Comment

0 Comments