Pompeo Ungkap Rudal Milisi Pro-Iran Dekati Pasukan AS di Irak

IMPIANNEWS.COM (Washington,)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Michael Pompeo mengungkap bahwa rudal-rudal milisi Syiah pro-Iran telah dipindahkan ke dekat pangkalan militer Irak yang menampung pasukan Washington.

 Informasi dari intelijen Washington itu diungkap Pompeo kepada para pejabat Irak saat kunjungan mendadak ke Baghdad bulan ini.

Dua sumber keamanan Irak kepada Reuters mengonfirmasi materi yang disampaikan Pompeo itu. Apa yang dilakukan Menlu Amerika itu juga untuk menekan Baghdad agar menindak milisi yang membahayakan pasukan Washington.

Jika Baghdad tidak bertindak, lanjut salah satu sumber tersebut, AS akan merespons dengan paksa.

 Laporan Reuters yang dilansir Kamis (16/5/2019) itu muncul hampir bersamaan dengan perintah Pemerintah Donald Trump kepada para staf non-darurat agar meninggalkan Kedutaan Besar AS di Baghdad.

"Pesan dari Amerika jelas. Mereka menginginkan jaminan bahwa Irak akan menghentikan kelompok-kelompok (milisi) yang mengancam kepentingan AS," kata sumber senior militer Irak yang mengetahui kunjungan Pompeo.

"Mereka mengatakan jika AS diserang di tanah Irak, (mereka) itu akan mengambil tindakan untuk mempertahankan diri tanpa berkoordinasi dengan Baghdad."
Departemen Luar Negeri AS menolak untuk mengomentari rincian diskusi Pompeo dengan para pejabat Irak.

Sumber keamanan kedua Irak mengatakan, "Komunikasi yang disadap oleh Amerika menunjukkan beberapa kelompok milisi dipekerjakan kembali untuk mengambil posisi yang mencurigakan, yang dianggap sebagai provokasi oleh Amerika."

Dia mengatakan Irak diberitahu bahwa ancaman dari kelompok milisi itu akan ditangani secara langsung oleh Amerika dengan kekuatan.

Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi pada hari Selasa mengatakan bahwa pihaknya tidak mengamati gerakan yang menjadi ancaman bagi pihak mana pun. "Kami mengklarifikasi ke Amerika bahwa pemerintah melakukan tugasnya untuk melindungi semua pihak," katanya.

Ketegangan antara Washington dan Teheran meningkat awal bulan ini ketika pemerintahan Presiden AS Donald Trump meningkatkan tekanan sanksi yang merusak ekonomi negara para Mullah tersebut.

Sekadar diketahui, di Irak memang ada kelompok paramiliter yang menjadi bagian dari pasukan keamanan Irak. Namun, mereka beroperasi secara semi-independen dan didukung oleh politisi sekutu Iran.

Juru bicara untuk dua kelompok paramiliter yang didukung Iran mengatakan tidak ada rencana untuk menargetkan pasukan AS. Menurut mereka, pembicaraan tentang ancaman itu hanya "perang psikologis" yang dikobarkan oleh Washington.
Amerika Serikat mengatakan Iran adalah ancaman terbesar bagi perdamaian di kawasan itu.

 Washington ingin melemahkan paramiliter yang telah memperluas kekuasaannya atas tanah yang membentang ke Suriah dan Lebanon, dan agar Irak mengurangi ketergantungan pada ekspor gas Iran.

Iran melihat Irak sebagai penghubung penting ke dunia dalam menghadapi sanksi AS. Para analis mengatakan posisi pasukan dan roket milisi pro-Iran menunjukkan Teheran siap setidaknya untuk mengancam Amerika Serikat dengan kekerasan.

sumber : sindonews