Ferdinand: Jika Jokowi Menang, Kontrak PD dengan Prabowo Berakhir

IMPIANNEWS.COM (Jakarta). 

Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat (PD) Ferdinand Hutahaean membeberkan pesan dari Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait arah politik partainya.

Hal itu disampaikan Ferdinand saat menjadi narasumber acara Prime News di CNN Indonesia, Jumat (3/5/2019).

Mulanya pembawa acara menanyakan adakah pesan yang disampaikan SBY setelah pencoblosan selesai dilakukan.

"Kalau dari Pak SBY sendiri, apa pesan yang tersirat atau to the point yang disampaikan mungkin?" tanya pembawa acara.

Dengan tegas Ferdinand mengungkapkan bahwa pesan SBY kepada Demokrat yakni tetap mengawal Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hingga Pilpres 2019 selesai dilakukan.

"Ke kami itu jelas perintah SBY yang kami terima adalah tetap menuntaskan kewajiban moril politik Partai Demokrat di Koalisi Adil Makmur atau BPN, kami sendiri yang ditugaskan di sana, diperintahkan untuk tetap mengawal BPN sampai selesai kontestasi pilpres ini," ujar Ferdinand.

"Perintahnya ke kami, kalau memang harus bermuara di Mahkamah Konstitusi, back up, kalau memang dibutuhkan lawyer-lawyer Demokrat, dukung."

"Jadi itu perintah pak SBY ke kami, tetapi tidak boleh bergerak di luar konstitusi," sambungnya.

Selain itu, Ferdinand juga ingin menyampaikan sikap politik Demokrat terhadap pemenang pilpres.

Dirinya mengatakan bahwa kontrak politik Demokrat terhadap Koalisi Adil Makmur berakhir jika Jokowi ditetapkan sebagai pemenang.

"Saya ingin menyampaikan sikap politik partai Demokrat karena ini ada dua kemungkinan, pertama Jokowi menang atau kedua Prabowo menang," papar Ferdinand.

"Kalau Jokowi yang ditetapkan sebagai pemenang Pemilu oleh KPU, maka tentu komitmen dan kita anggaplah kontrak politik partai Demokrat dengan koalisi adil makmur berakhir ketika itu, ketika Jokowi ditetapkan sebagai pemenang," imbuhnya.

Pernyataan itu lantas ditanggapi oleh pembawa acara apa maksud ucapan 'berakhir' oleh Ferdinand.

"Berakhir artinya nyebrang?" tanya pembawa acara.

Dengan tegas Ferdinand menjelaskan maksudnya adalah Demokrat akan kembali menjadi partai yang mandiri dan berdaulat.

"Bukan nyebrang, artinya Partai Demokrat akan kembali menjadi partai yang mandiri dan berdaulat menentukan sikap politiknya," jelas Ferdinand.

"Apakah nanti kemudian akan menjadi tetap sebagai partai penyeimbang, tidak ada di pemerintahan, karena Demokrat tidak pernah mengenal oposisi, kami menyebut diri sebagai partai penyeimbang," tambahnya.

Ia lantas menyatakan jika kebijakan pemerintah baik dan pro rakyat maka Demokrat akan mendukung, begitu juga sebaliknya.

"Nah kalau posisi Pak Prabowo yang ditetapkan KPU sebagai pemenang maka Partai Demokrat akan melanjutkan kewajiban moral politiknya mengawal pemerintahan karena janji-janji politik harus direalisasikan," tegas Ferdinand.

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa keputusan Demokrat akan ditentukan oleh SBY.

Ia juga menyatakan bahwa hingga kini partainya juga masih menunggu hasil keputusan dari KPU.

Simak videonya dari menit 9.28.
Gestur AHY
Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY baru saja bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/5/2019).

Seusai pertemuan itu, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY langsung dicegat wartawan.

Para wartawan menanyakan isi pertemuan AHY dengan Jokowi.
AHY sempat memberikan pernyataan sekitar empat menit, didampingi Menteri Sekretaris Negara, Pratikno.

Namun, ketika salah seorang wartawan menanyakan bagaimana arah koalisi Partai Demokrat, AHY langsung memperlihatkan gestur tangan minta maaf.

AHY kemudian buru-buru meninggalkan para wartawan di Istana Negara.
Sebelumnya, AHY mengaku datang ke Istana memenuhi undangan Presiden Jokowi.

Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyambut baik undangan Presiden Jokowi.

"Sudah cukup lama tidak bersilaturahim, tadi kesempatan baik di tengah kesibukan beliau," ungkap AHY.

AHY menuturkan pertemuannya dengan Presiden Jokowi dilandasi semangat untuk melihat Indonesia lebih baik.

"Kita ingin sumbang pikiran, gagasan, semangat demokrasi harus terus melakukan tukar pikiran dan masukan," kata AHY.

Ketika ditanya apa masukannya kepada Presiden Jokowi, AHY menjawab diplomatis.

"Ini adalah silaturahmi setiap saat. Komunikasi kan tidak harus membicarakan politik secara pragmatis, tapi juga hal lain memajukan Indonesia ke depan," kata AHY.

AHY juga menyatakan bahwa sikap Partai Demokrat masih sama seperti yang pernah dia utarakan sebelumnya.
"Kita tetap seperti kemarin, pasca 17 April 2019 mudahan kita semuanya bisa tenang, sabar melihat situasi perkembangan. Mari sama-sama kita jadi masyarakat yang dewasa dalam alam demokrasi. Tentu ada perbedaan pendapat dalam politik, tapi sikap terbaik bagi kita adalah menunggu sampai perhitungan terakhir KPU," bebernya.

Dalam keterangannya, AHY juga mengapresiasi kinerja penyelenggara Pemilu 2019.

"Penyelenggara pemilu sudah menjalankan tugasnya yang berat.

 Cukup banyak saudara kita meninggal, sakit, hanya untuk bisa menyelenggarakan pemilu. Kita hormati itu semua. Mari sama-sama kita tunggu hasilnya. Perolehan suara saat ini kan bisa kita monitor bersama.

 Mudahan 22 Mei nanti kita semua bisa menerima hasilnya," pungkas AHY.
Simak video selengkapnya di bawah ini:

Pakai Mobil Berplat B 2024 AHY
Agus Harimurti Yudhoyono menggunakan mobil Toyota Land Cruiser hitam saat ke Istana untuk bertemu Presiden Joko Widodo.
Mobil tersebut bernomor polisi B 2024 AHY.

Pantauan Kompas.com, AHY tiba di Istana Kepresidenan Jakarta pukul 15.46 WIB.

AHY yang mengenakan batik bercorak abu-abu hanya didampingi oleh seorang asistennya.

Ia mengaku kedatangannya atas undangan dari Jokowi.
"Iya diundang," kata AHY.

Namun, AHY mengaku belum tahu apa yang menjadi pembahasan dengan Presiden Jokowi.

Ia meminta wartawan menunggu sampai pertemuan usai.
"Nanti ya," kata dia.

AHY lalu langsung berjalan menuju Istana Merdeka.

Ia sempat berada di ruang tunggu sebelum bertemu Jokowi.
Pertemuan berlangsung tertutup dari awak media.

Tahun 2024 adalah tahun di mana AHY digadang-gadang oleh kader Demokrat untuk menjadi pemimpin Indonesia.
Nama AHY sebenarnya sempat digadang-gadang menjadi Cawapres 2019, namun ia tak dipilih oleh capres Prabowo Subianto atau Jokowi.

Pada akhirnya Demokrat memutuskan mendukung Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga Uno di Pilpres 2019.

(TribunKaltim.co/Syaiful Syafar)