H. SAIFUL GUCI : ANTARA KARIR DAN PATUH KEPADA SUAMI

Ilustrasi
IMPIANNEWS.COM

CILOTEH TANPA SUARA --- “Assalamualaikum Pak Saiful Guci , sudah hampir sebulan saya ingin berdiskusi dengan bapak, tetang masalah saya. Begini saya dapat tawaran dari kantor tempat saya bekerja untuk melanjutkan study S2 keluar negeri, orang tua saya sangat mendukung tetapi suami saya melarang keras. Kami baru nikah 5 tahun dengan punya dua orang anak. Nah bagaimana sebaiknya pak Saiful Guci “ tulis Jenny dalam kotak percakapanku.
“Untuk menjawab masalah keluarga Juny tersebut tentu kamu sendiri yang bisa menjawab, pertama tanyailah hati nuranimu, apabila hati nurani menyatakan ikuti S2 untuk melanjutkan study keluar negari ya ikuti, dan apabila hati nuranimu mengatakan ikuti perintah suami untuk tidak pergi.. ya ikuti “ balas saya.
“itulah pak, jika saya ikuti hati nurani saya tentu saja saya ingin mengikuti kuliah S2 keluar negeri , karena sangat rugi kalau kita tidak ambil kesempatan yang hanya datang satu kali , dan menurut saya sangat berguna untuk pengembangan karir saya kelak…tapi saya bimbang karena tidak mendapat dukungan dan restu dari suami, maka saya minta pandangan pada bapak “ balas Jenny.
“itu tandanya kamu orang cerdas, bukan orang bijaksana. Orang cerdas selalu menilai sesuatu dengan untung rugi. Ingat… cerdas belum tentu bijaksana, tetapi bijaksana sudah pasti cerdas. Dalam hal ini sebagai seorang perempuan , sebagai seorang ibu dan sebagai istri dibutuhkan bijaksana. Orang bijaksana ikhlas untuk berkorban demi kebaikan dan tujuan bersama yang lebih baik “ tulis saya.
“jadi menurut pandangan bapak “ jawab Jenny singkat
“kalau pandangan saya, harus mengikuti syariat Islam dimana seorang istri harus mengikuti perintah dan larangan suami. Syariat Islam telah mengatur hak suami terhadap istri dengan cara mentaatinya (selama ia tidak keluar dari Syariat dan hukum Allah). Istri harus mentaati suami dalam segala hal yang tidak berbau maksiat, berusaha memenuhi segala kebutuhannya sehingga membuat suami ridha kepadanya.
Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan, “Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Begitu kuatnya perintah ketaatan seorang istri kepada suaminya.
Namun sekarang ini, perempuan telah terpenjara oleh kampanye Barat tentang “kesetaraan”, hadits ini pasti merisaukan. Sebab, baginya, ketaatan pada suami hanya akan membuatnya menjadi “sub-ordinasi” kaum pria. Dan merugikan terhadap perkembangan karir di dunia“ tulis saya.
“bukankah nanti apabila saya sukses akan berdampak buat kebahagian anak dan keluarga juga pak “ balas Jenny menimpali.
“memang benar hanya kesuksesan semu di dunia, karena kamu tidak akan masuk sorga, apabila kamu percaya sebagai orang Islam setiap kebaikan dan ketaatan mengikuti perintah suami akan dibalas oleh Allah masuk sorga . Yang perlu kamu pertimbangan anakmu masih kecil-kecil“ tulis saya.
“terhadap anak-anak orang tua saya siap mengasuh selama saya mengikuti pendidikan… Ohya ,bagaimana ceritanya pak, tak akan masuk sorga “ balas Jenny “Hanya orang-orang yang rela dan ridho melaksakan perintah Allah Subhanahu Wata’ala, yang di dadanya dipenuhi nikmat Iman dan Islam saja yang mampu mentaati perintah suaminya. Ia rela menjauhi sesuatu, jika suami melarangnya.
Sudah banyak contoh yang saya lihat disekitar saya, rumah tangga akan selalu ribut dan bahkan bercerai setelah sang istri kembali sekolah dari luar negeri . Sekarang, ada dua pilhan, berpendidikan S2 luar negeri dengan keluarga berantakan, atau hanya S1 tetapi dengan keluarga bahagia“ jawab saya.
“ tentu tak akan sampai disitulah pak Saiful Guci “ jawab Jenny singkat.
“hehehe… ketahuilah Istri yang taat adalah istri yang mengetahui kewajibannya dalam agama untuk mematuhi suaminya dan menyadari sepenuh hati betapa pentingnya mematuhi suami. Istri harus selalu mentaati suaminya pada hal-hal yang berguna dan bermanfaat, hingga menciptakan rasa aman dan kasih sayang dalam keluarga agar perahu kehidupan mereka berlayar dengan baik dan jauh dari ombak yang membuatnya bergocang begitu hebat.
Ketaatan kepada suami mungkin memberatkan seorang istri. Seberapa banyak istri mempersiapkan dirinya untuk mematuhi suaminya dan bersikap ikhlas dalam menjalankannya maka sebanyak itulah pahala yang akan didapatkannya, karena seperti yang dikatakan oleh para ulama salaf, “Balasan itu berbanding lurus dengan amal yang dilakukan seseorang.” Tidak diragukan bahwa istri bisa memetik banyak pahala selain taat kepada suami seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya, namun pahala yang didapatkannya tidak sempurna jika tidak mendapatkan pahala dalam menaati suaminya, menyenangkan hatinya dan tidak melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Taat kepada suami sudah tentu sorga balasannya “ ulas saya.
“saya memang kurang ilmu agama, dan nasehat –nasehat dari orang tua pak “ jawab Jenny singkat.
“saya ingin bertanya sama Jenny, apakah ada keinginan setelah meninggal dan di akhirat kelak akan masuk neraka ?” Tanya saya.
“tentu saja tidak mau pak, saya islam dan mengharapkan balasan sorga setiap perbuatan baik saya di dunia dan bukan masuk neraka “ balas Jenny.
“Nah, itu. Keridhoan suami menjadi keridhoan Allah. Istri yang tidak diridhoi suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur nikmat. Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa diantarantanya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya. (HR Bukhari Muslim) Dalam Islam , istri keluar rumah saja tanpa izin suami tidaklah boleh.Karena tempat asal wanita itu di rumah. Sebagaimana firman Allah, “Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian.” (QS. Al Ahzab [33]: 33). Saya tidak dapat bayangkan, istri keluar negeri tanpa izin suami, betapa murkanya Allah” ulas saya.
“memang berat, kalau mengikuti ketentuan Allah, begitukan pak “ tulis Jenny
“benar sekali Jenny. Semua ketentuan yang telah Allah tetapkan di atas sama sekali bukan bertujuan membatasi ruang gerak para wanita, merendahkan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang didengungkan oleh orang-orang kafir tentang ajaran Islam. Semua itu adalah syariat Allah yang sarat dengan hikmah. Dan hikmah dari melaksanakan dengan tulus semua ketetapan Allah di atas adalah berlangsungnya bahtera rumah tangga yang harmonis dan penuh dengan kenyamanan.
Untuk kamu ketahui tujuan terakhir pernikahan dalam agama Islam adalah untuk membina rumah tangga yang islami dan menerapkan syari’at. Memang segala sesuatunya dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Maka masyarakat yang damai dan menjalankan ajaran Allah juga berasal dari tiap-tiap keluarga yang damai dan menjalankan perintah Allah.
“terimaksih banyak Pak saiful Guci” jawab Jenny
“Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada kita semua keluarga yang barakah.” Balas saya.